![]() |
Surat Kecil dari Ojek Payung
Oleh : TRIA DARA ANDIZA
Sorot matanya masih terlihat kosong. Menatapku dalam
kebimbangan, sambil sesekali mencoba tersenyum ke arahku. Tubuhnya yang tinggi
bersandar dipagar gerbang kuning yang berkarat. Tubuhnya yang kurus dibaluti
dengan baju ungu bercorak putih. Ya... Masih saja seperti itu. Dia yang selalu
kulihat saat aku melintasi gerbang sekolah ini.
Tak ada apapun yang dibawanya
selain surat kecil berwarna ungu dan bunga mawar merah yang masih terlihat
segar ditangannya. Menunggu seseorang dari hari ke hari. Aku tidak pernah
melihat dia menukar pakaiannya dari hari ini sampai ke hari esoknya lagi.
Posisi berdirinya pun tidak ada yang berbeda dari hari sebelumnya. Wajahnya
juga tetap terlihat segar dengan kulit putih itu. Keberadaanya sedikit
membuatku terusik, dengan pertanyaan yang selalu mempermainkan otakku.
Sebenarnya siapa dia ? Mengapa dia ada disini ? Untuk siapa ? Siapa yang dia
tunggu ?
" Zee.. Zee.. Zee..."
Suara itu terdengar menyapaku tiga kali berturut - turut. Aku sadar dan aku tau
itu. Tapi mataku belum bisa lepas dari pandanganku pada laki - laki yang
digerbang itu.
" Zee.. loe ngeliatin siapa
sih ?" tegur Debra mengguncang - guncang tubuhku sekuat tenaganya untuk
menyadarkanku dari pandangan kosongku ini.
" Tau ni Zee.. kayak
kesambet setan aja loe ! " celetuk Kina.
" Ah.. nggak. Nggak ada apa
- apa kok. Yuk kita pulang !" ajakku mengalihkan pikiran mereka dan
melajukan mobilku.
" Iya... ! Kerumah loe kan ?" Sambar Kina lagi.
" Ya iyalah, masa kerumah
ojek payung itu !" Gurauku sambil menunjuk pada anak kecil yang sedang
bersemangat menyewakan payung pada anak - anak disekolah yang basah kuyup karna
hujan yang deras sore ini.
***
" Asiiik.. kayaknya ni
dunia cerah banget yaah ! Nyampe kamar langsung dengan semangatnya nyalain
hapenya yang daritadi mati." Tukas Debra menyindirku.
Ya memang... Sesampai dikamar,
aku langsung mengotak - atik laci dimeja riasku mencari charger hapeku. Tak
peduli bagaimana keadaan kamarku, saat aku menginjak lantainya dengan sepatu
kotor yang masih melekat dikaki. Hari ini hujan deras, jalan menuju tempat
parkiran sangat becek. Pantas saja, kalau sepatu putihku ini berubah warna
menjadi coklat yang indah.
" Tiap hari selalu gitu ya
Zee ? Nggak ada variasi yang baru gitu dari hubungan kalian ?" tanya Kina
dengan wajah polosnya.
" Variasi baru maksud loe
?"
" Ya secara gitu.. 2011 Zee
! Masi jaman ya ngobrol cuma lewat sms dan telvon doang ? Zee.. sekarang tu ada
yang namanya Facebook, twitter, YM, truuus.. Skype.. Loe bisa langsung tau
wajah dia gimana. Nah ini.. masi aja kayak tahun 70an loe berdua."
Sepertinya Kina sekarang jadi pengamat teknologi yang baik, tapi sayang.. dia
melupakan bahwa semua jaringan sosial yang dia sebutin tadi aku sudah punya
id-nya. Jadi jangan menganggapku tidak tahu apa - apa soal itu.
" Ya gue pernah ngajak dia
lewat semcam itu kok Na.. "
" Dan hasilnya ?"
potong Kina sebelum aku melanjutkan ucapanku.
" Dianya gak mau "
singkatku.
" Hmm loe tau gak itu
artinya apa ? Tu cowok malu Zee.. dia tu jelek. Makanya gak berani lewat yang
begituan. lagian mana ada ni ya, cowok cakep mau ngajak kenalan cewek, dengan
pura - pura salah nomor gitu. Udah jaman kapaaaan kali Zee ??" lanjut
Debra.
" ya mungkin dia punya cara
sendiri buat dapetin cinta sejatinya." tukasku.
" nggak ! Kalo gue bilang
sih dia tu malu dan gak laku karna tampangnya jelek."
" Yee enak aja loe ! Dia
bilang gak mau, karna dia punya alasannya. Dia pengen kalo kita ketemu secara
langsung, gue tahu wajah dia secara langsung. Biar lebih surprise gitu "
ucapku sambil mengingat bagaimana merdunya suara Ega saat berbicara padaku.
" Ya syukur kalo wajah dia
kayak Bradpit ! Nah kalo nggak ?" sindir Debra.
" Jangan Bradpit ! Udah tua
! Yang lebih mudaan dong.. !" lanjut Kina dengan wajah polosnya.
" Hmm Justin Bieber deh
!"
" Hmm gak.. gak.. terlalu
muda wajahnya !"
" Hmm Pasha Ungu deh
!"
" Nah itu baru pas !
Biarpun umurnya uda mulai tua, tapi wajahnya masi muda. Jadi pas !"
Tingkah mereka membuatku tersenyum geli memerhatikan canda mereka tentang
prince charmingku. Mereka sibuk membayangkan seperti apa Ega, aku sendiri tidak
memedulikan itu. Bagiku ketenangan batinku bersama Ega, itu adalah hal yang
terpenting dibanding aku harus memikirkan bagaimana rupa Ega.
***
Aku tahu ini sudah terlalu malam
aku tidak berkutik memerhatikan putaran jam dibulatan polkadot merah dan putih
yang bersandar manja di dinding - dinding kamarku. Tiap malam aku rela
membiarkan mataku tak tidur bersama ragaku. Aku rela menjadi seseorang yang
insomnia hanya demi menunggu kabar dari Ega. Memerhatikan handphone disudut
ranjangku berharap lampunya berkedip menandakan ada pesan baru dari Ega.
Ini sudah dua minggu lebih aku
tidak mendengar kabar dari Ega lagi. Mungkin jika aku memakai logika dalam
perasaanku, aku akan berpikir bahwa Ega hanya ingin mempermainkanku. Tapi
hatiku berkata bukan. Ega bukanlah orang yang seperti itu. Aku masih ingat Ega
pernah mengatakan padaku bahwa aku akan melihat wajahnya dalam dua minggu ini.
Dan aku yakin, ini semua pasti permainan Ega ingin memberiku sebuah kejutan
dengan cara tidak menghubungiku seperti ini.
" Semoga" Pintaku.
***
Tak ada seorang pun yang
memerhatikan setiap kali melintas dihadapannya. Seperti dedaunan kering yang
jatuh, hingga tak perlu mendapat perhatian orang banyak. Tapi bukan untukku.
Bagaimana mungkin aku bisa melepaskan pandangan kedua bola mataku dari pria
tampan berkulit putih itu.
Tatapan matanya sangat indah
dengan alisnya yang cukup tebal itu. Hidung mancungnya yang terlihat sedikit
bengkok dibatangnya membuat hidungnya terlihat lebih mempesona. Apalagi dengan
balutan warna pink dibibirnya yang seksi itu. Membuatnya tampak begitu sempurna
dengan tubuh tingginya. Jadi wajar saja, kalau mataku begitu dimanjakan saat
melihat dirinya ada didepanku.
" Zee.... Ngeliatin siapa
lagi sih Zee ?" tanya Debra dengan heran menatapku dalam keadaan aneh.
" Zee.. loe punya kebiasaan
aneh banget deh gue liat akhir - akhir ini. Loe baik - baik aja kan Zee ?"
ucap Kina dengan wajah takut.
" Apaan sih.. gue baik -
baik aja kalii, gue tu tadi cuma ngeliatin dia.. !" ucapku sambil
membalikkan badanku ke arah cowok misterius di gerbang tadi.
" Dia siapa Zee ?"
serentak mereka.
" Tadi ada cowok cakep
disana, pake baju warna ungu, megang bunga gitu di gerbang Ra !"
" Mana Zee ? Loe naksir
sama satpam ? Tu kan Pak Suryo satpam sekolah kita !" tukas Debra yang
membentangkan lima jarinya dan mengayunkan didepan kedua mataku.
" Tadi beneran ada cowok
disana loh ! Hmm... mungkiin.. mungkiiin... dia diusir Pak Suryo kali ! "
ucapku berusaha berkelik agar mereka percaya bahwa yang aku bilang tadi benar.
Kemana perginya cowok itu ?
Bukannya tadi dia masih berdiri disana ? Setahuku mataku belum tersentuh minus
apapun sehingga membuatku salah penglihatan, bahwa beberapa detik yang lalu aku
masih melihat dia berdiri didepan gerbang itu.
" Mungkin iya Zee ! Udah
diusir Pak Suryo ! Lagian ini kan udah bell. Kalo bukan anak sekolahan kita
pasti udah diusir. Yaudah yuk kita masuk !" Ujar Kina membelaku.
Aku masih penasaran dengan cowok
misterius di gerbang itu, untuk apa dan buat siapa disana. Entah kenapa otakku
slalu berpikir tentang dia. Sudah dua minggu lebih dia disana. Aku juga tidak
pernah melihat ada cewek yang menghampiri si misterius itu. Aku berpikir
mungkin tidak ada salahnya aku melakukan hal konyol untuk mengetahui dia lebih
dalam.
Selama jam pelajaran sekolah, aku
selalu berpikir tentang dia. Aku berharap bahwa waktu ini bisa berputar secepat
mungkin agar aku bisa kembali memperhatikan dia yang selalu berdiri digerbang
sana. Dan sepertinya penantianku pun berakhir. Bell sekolah sudah berbunyi. Aku langsung mengambil
langkah seribu berlari keluar ruangan untuk memastikan bahwa dia sudah ada
disana.
Benar !!! tebakanku tidak salah
lagi. Cowok misterius itu telah berdiri dengan manis disana. Masih dengan baju
dan gaya yang sama. Aku tidak ingin lagi dibilang aneh oleh teman - temanku
karna ulahku yang sering memerhatikan cowok berbaju ungu itu. Aku segera
menarik tangan Debra dan Kina keluar kelas untuk membuktikan kepada mereka
siapa yang aku perhatikan selama ini.
" Tuh lihat di gerbang itu
! Sebenarnya dari dulu gue sering merhatiin tu cowok ! Dia aneh tau nggak, udah
dua minggu lebih dia berdiri didepan gerbang itu terus kayak lagi nunggu anak
disekolah ini, tapi gue perhatiin selama ini nggak ada yang nyamperin dia.
" ucapku sambil menunjuk ke arah cowok itu.
" Mana ? " ucap Debra
dan Kina menggerak - gerakkan kepalanya mencari keberadaan cowok itu.
" Itu tu disana ! Nyander
di gerbang sekolah pake baju warna ungu !" yakinku pada mereka.
" Iya ini gue juga lagi
merhatiin gerbang sekolah kita ! Nggak ada sama sekali cowok disana yang pake
baju ungu." tegas Debra sambil mengucek - ngucek matanya memastikan bahwa
dia tidak salah melihat.
" Ya Ampun Debra... KInaaaa
! Mata kalian kenapa sih ! Jelas - jelas tu cowok berdiri disana !"
" Nggak ada !" tagas
Debra dan Kina serentak.
" Masa sih ? Gue sendiri
liat ini ! Mata kalian kali yang salah !"
" Mata loe ! Bukan kita !
Nih bentar..... " ujar Debra menyuruhku menunggu dia yang sedang menarik
teman yang lain untuk meyakinkanku.
" Vi.. loe liat ada cowok
baju ungu gak di gerbang sana ?" tanya Debra.
" Cowok baju ungu ? "
ucap Vivi mengernyitkan keningnya.
" Iya.. ada nggak ?"
" Nggak ! Sama sekali nggak
ada yang pake baju ungu disana ! Anak sekolah kita semua."
" Hmm.. See Zeezee ! Loe
denger kata Vivi ?"
Aku tidak percaya bahwa teman -
temanku tidak melihat siapa - siapa di gerbang sana. Padahal jelas - jelas aku
melihat sendiri cowok itu masih berdiri di gerbang itu. Aku tidak mungkin salah
lihat. Tapi bagaimana mungkin ? Aku bisa melihatnya sedang teman - temanku
tidak ?
Di sepanjang jalan menuju
gerbang mataku tidak pernah lepas dari pandanganku padanya. Aku tidak mau
kehilangan jejaknya lagi. Aku ingin memastikan bahwa aku tidak salah lihat atau
aneh. Ini nyata sama sekali bukan hal gaib. Aku yakin itu !
Dan kini aku tepat berada
didepan cowok itu. Aku memerhatikannya dari atas kepala sampai ujung kakinya.
Aku pikir semua ini normal. Tak ada yang salah dengan diriku atau dirinya. Aku
ingin menyapanya, tapi mulut ini terkunci rapat. Bibirku hanya bisa diam
terpaku menatap wajahnya.
Mataku kembali melirik pada
teman - temanku, memberi isyarat bahwa dia sekarang ada didepan mataku. Tapi
lagi - lagi, teman - temanku menggelengkan kepalanya mengatakan bahwa tak ada
sama sekali orang yang aku maksud. lalu siapa sebenarnya yang berdiri
dihadapanku sekarang ? Hantu, setan atau makhluk gaib lainnya ? Tapi tidak
mungkin ! Kakinya masih menginjak tanah, dan dia juga menatapku walau tak
berbicara sepatah katapun.
Aku pun mengerti apa yang ada
dalam pikirannya. Dia pasti juga ikutan aneh melihat tingkahku yang
memerhatikannya seperti orang gila. Ya.. aku memang dibuat gila oleh
penglihatanku ini. Aku sama sekali tidak yakin bahwa ini semua hanyalah sebuah
ilusi atau khayalanku saja. Dia benar - benar nyata !
Kedua temanku menarikku menuju
tempat parkir. Tapi mataku belum bisa lepas darinya. Didalam mobil pun aku
tidak bergeming selain melihat dia, dia dan dia kembali. Aku sadar kali ini
temanku mengira aku sedikit tidak normal hari ini. Tapi apa daya, memang ini
kenyataanya. Aku memang melihat dia. Dan aku tidak mau dibuat gila olehnya
sampai aku dirumah nanti. Hari ini juga aku harus memerhatikan bahwa dia ada,
dan orang yang dia tunggu pun ada. dia bukanlah makhluk gaib atau hal lainnya.
Dia adalah manusia.
Akhirnya Debra dan Kina mau
menemaniku menunggu jawaban atas segala hal yang tidak lazim ini. Aku, Debra,
dan KIna duduk berdiam diri didalam mobil memerhatikan sosoknya dari jauh.
Mulutku tidak pernah berhenti meyakinkan Kina dan Debra, meski jawaban mereka
tetap saja sama, tidak ada apa - apa.
Satu per-satu murid disekolahku
sudah mulai hilang meninggalkan sekolah dan menuju ketempat halte diujung jalan
sana. Sekolah sudah mulai terlihat sepi, tapi dia masih saja tetap berdiri
disana. Aku semakin penasaran. Hatiku serasa dipermainkan oleh penglihatan ini.
Semua perasaan ada disini, penasaran, heran, aneh, curiga, tak percaya dan....
mulai berpikir aneh tentang dia dan diriku.
Ada apa dengan dia sebenarnya ?
Kenapa tak ada satupun yang bisa melihat dia kecuali aku ? Apa dia mempunyai
hubungan denganku ?
Dan ini sudah pukul lima sore.
Sudah lebih dari empat jam aku menunggu disini. Kali ini aku tidak mau dibuat
gila olehnya. Aku harus menghampiri dia sekarang, sebelum aku dibuat mati
penasaran oleh cowok misterius ini. Aku segera turun dari mobilku, berjalan
untuk menghampiri dia, diikuti teman - temanku.
Tapi hal bodoh lagi - lagi
mempermainkanku. Ketika aku berada hampir dekat dengannya, dia menghilang. Aku
yakin dia manusia. Tapi kemana perginya dia ? Kenapa secepat itu dia bisa
menghilang dari hadapanku ? Siapa sebenarnya dia ?? Ya Tuhan.. kali ini aku
benar - benar dipermainkan oleh diriku sendiri. Tapi ini bukanlah ilusiku. Aku
melihatnya dengan nyata.
" Kak... kak.. kakak cari
siapa ya ? " tanya anak kecil memegang beberapa payung warna - warni
ditangannya.
" Tadi ada cowok disini
pake baju warna ungu dek, adek liat nggak ? Dia pergi kemana ya ? Tadi dia
masih ada disini. " ucapku panik tidak percaya dengan ini semua.
" Cowok pake baju warna
ungu ? Daritadi nggak ada siapa - siapa kak disini."
" Tuh ! Denger kan Zee ?
Loe nggak percaya sih.... !" celetuk Kina.
" Kalau kemaren liat nggak
? Tadi pagi... atau... pokoknya tiap hari dia ada disini dek ! " ucapku
penuh gelisah.
" Nggak ada juga kak.
Tapiii.. kalau dua minggu yang lalu aku liat kak disini, pake baju warna ungu.
"
" Tuh kan ! Tu cowok ada !
Kalian sih nggak percaya sama gue !" aku begitu gembira begitu tau kalau
anak kecil ini juga pernah liat cowok itu.
" Tapi dia udah
meninggal." lanjut anak kecil tukang ojek payung itu.
" Mampus loe ! Hayoo lo
Zee.. loe ngeliatin siapa Zee ? " tukas Debra yang mulai bergidik
mendengar ucap anak kecil itu.
" Serius kamu dek ?"
tanyaku masih tidak percaya.
" Iya ! Eia.. nama kakak
Zeezee yaa ?" Tanya dia lagi.
" Iya.. kok kamu tau
?"
" Bentar kak ! Tunggu
disini dulu." si ojek payung itu berlari ketempat dia berteduh dan
mengambil sesuatu dari kotak tempat penyimpanan payungnya.
" Ini buat kakak !"
ucapnya sambil memberikanku bunga dan surat kecil berwarna ungu.
Aku semakin tidak percaya dengan
apa yang aku lihat sekarang. Bunga dan surat ini persis sama dengan yang aku
lihat saat cowok misterius itu berdiri didepan gerbang sekolahku.
" Kenapa ini buat kakak dek
?"
" Kata abang itu sebelum
dia meninggal, dia minta tolong dikasih buat murid disekolah ini yang bernama
ZeeZee. AKu kan tidak tau siapa yang namanya ZeeZee, makanya aku simpen
aja."
" Kenapa bisa dikasih ke
kamu ? Emangnya dia meninggal dimana ?" hatiku semakin diaduk - aduk saat
memegang bunga dan surat ungu ini.
" Disini ! Jadi waktu
itu.... abang itu sudah menunggu dari pagi waktu gerbang dibuka. Trus balik
lagi, pas gerbang dibuka sepulang sekolah. Dia nunggu aja disini sampe jam 5
lewat. trus pas dia mau balik nyeberang ngambil motornya yang berdiri disini,
dianya ketabrak bus TK yang disebelah SMA ini kak. waktu aku mau nolongin dia,
dianya cuma nitip pesan sama aku tolong kasi bunga dan surat ini sama ZeeZee,
trus dia meninggal setelah itu. Nyawanya nggak bisa diselamatkan lagi."
" Kenapa aku sama sekali
tidak tau kejadian itu ?"
" Oh.. kecelakaan bus kartika
itu ya dek ? Yaiyalah Zee loe nggak tau ! Itu kejadiannya dua minggu yang lalu,
hari Kamis sore saat semuanya udah pulang sekolah. Loe kan waktu itu keluar
kota dari hari kamis. Dan baru hari seninnya masuk. Berita itu lagi hangat -
hangatnya diomongin seminggu waktu itu. Hari senin gue rasa udah nggak ada yang
bahas lagi, makanya loe nggak tau sama sekali." kata Debra panjang lebar
menjelaskan padaku.
" Tapi apa hubungannya
cowok itu sama gue ?" ucapku dengan suara bergetar. Hatiku sudah
berfirasat yang buruk saat mendengar semua kabar ini. Tapi didalam hatiku,
masih berharap semoga yang ada dalam pikiranku saat ini tidak benar.
" Ya buka dong suratnya,
itu dari siapa !" suruh Kina.
Dear ZeeZee...
Hallo... gadis impianku
:)
Surpriseee ! Ini semua
kejutan buatmu ! Bukti dari janjiku padamu. Kamu akan tau wajahku dalam dua
minggu ini. Dan aku sengaja, tidak memberitahumu untuk datang hari ini
kesekolahmu. Aku mau ngasi surprise ! Pertemuan pertama yang sangat berkesan
buat kita. Dan ini bunga untukmu... sebagai lambang perasaanku Zee. Ungkapan
bahwa... " Aku Sayang Kamu ".
Semoga kamu senang sama
surprise aku Zee. Dan bisa terima cintaku, trus kita lanjutin hubungan kita
untuk pertemuan kedua, ketiga dan seterusnyaaa... Untuk yakinkan kamu, bahwa
kamu adalah cinta sejatiku.
Yourlove EGA VANDIKA
Surprise.. Ini memang surprise
Ga. Gadis impian, bunga, dan surat kecil yang kamu titip lewat ojek payung itu,
semuanya memang sebuah kejutan Ga. Aku memang mengharapkan sebuah kejutan, tapi
bukan ini Ga. Mendapatimu hanya dengan sosok bayanganmu. Aku inginkan dirimu
yang nyata Ga. Aku inginkan bersamamu dalam dunia yang nyata, bukan dunia maya
atau dunia yang baru lagi Ga. Bayangan arwahmu, memanglah menjadi pertemuan
yang pertama bagiku. Untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya. Kamu memang
cinta sejatiku Ga. Aku nggak akan pernah bisa lupain kamu dalam hidup aku.
Karna aku memang tidak bisa pungkiri bahwa... " AKU SAYANG KAMU".
1 komentar:
Gimana caranya supaya karya kita dimuat pada Koran Singgalang?
Posting Komentar