Sabtu, 25 Februari 2012

Cerpen " Surat Kecil dari Ojek Payung " by Dara ( Published : Harian Umum Singgalang )




  
Surat Kecil dari Ojek Payung
Oleh : TRIA DARA ANDIZA


            Sorot matanya masih terlihat kosong. Menatapku dalam kebimbangan, sambil sesekali mencoba tersenyum ke arahku. Tubuhnya yang tinggi bersandar dipagar gerbang kuning yang berkarat. Tubuhnya yang kurus dibaluti dengan baju ungu bercorak putih. Ya... Masih saja seperti itu. Dia yang selalu kulihat saat aku melintasi gerbang sekolah ini.
                Tak ada apapun yang dibawanya selain surat kecil berwarna ungu dan bunga mawar merah yang masih terlihat segar ditangannya. Menunggu seseorang dari hari ke hari. Aku tidak pernah melihat dia menukar pakaiannya dari hari ini sampai ke hari esoknya lagi. Posisi berdirinya pun tidak ada yang berbeda dari hari sebelumnya. Wajahnya juga tetap terlihat segar dengan kulit putih itu. Keberadaanya sedikit membuatku terusik, dengan pertanyaan yang selalu mempermainkan otakku. Sebenarnya siapa dia ? Mengapa dia ada disini ? Untuk siapa ? Siapa yang dia tunggu ?
                " Zee.. Zee.. Zee..." Suara itu terdengar menyapaku tiga kali berturut - turut. Aku sadar dan aku tau itu. Tapi mataku belum bisa lepas dari pandanganku pada laki - laki yang digerbang itu.
                " Zee.. loe ngeliatin siapa sih ?" tegur Debra mengguncang - guncang tubuhku sekuat tenaganya untuk menyadarkanku dari pandangan kosongku ini.
                " Tau ni Zee.. kayak kesambet setan aja loe ! " celetuk Kina.
                " Ah.. nggak. Nggak ada apa - apa kok. Yuk kita pulang !" ajakku mengalihkan pikiran mereka dan melajukan mobilku.
                " Iya...   ! Kerumah loe kan ?" Sambar Kina lagi.
                " Ya iyalah, masa kerumah ojek payung itu !" Gurauku sambil menunjuk pada anak kecil yang sedang bersemangat menyewakan payung pada anak - anak disekolah yang basah kuyup karna hujan yang deras sore ini.
                                                                                                ***
                " Asiiik.. kayaknya ni dunia cerah banget yaah ! Nyampe kamar langsung dengan semangatnya nyalain hapenya yang daritadi mati." Tukas Debra menyindirku.
                Ya memang... Sesampai dikamar, aku langsung mengotak - atik laci dimeja riasku mencari charger hapeku. Tak peduli bagaimana keadaan kamarku, saat aku menginjak lantainya dengan sepatu kotor yang masih melekat dikaki. Hari ini hujan deras, jalan menuju tempat parkiran sangat becek. Pantas saja, kalau sepatu putihku ini berubah warna menjadi coklat yang indah.
                " Tiap hari selalu gitu ya Zee ? Nggak ada variasi yang baru gitu dari hubungan kalian ?" tanya Kina dengan wajah polosnya.
                " Variasi baru maksud loe ?"
                " Ya secara gitu.. 2011 Zee ! Masi jaman ya ngobrol cuma lewat sms dan telvon doang ? Zee.. sekarang tu ada yang namanya Facebook, twitter, YM, truuus.. Skype.. Loe bisa langsung tau wajah dia gimana. Nah ini.. masi aja kayak tahun 70an loe berdua." Sepertinya Kina sekarang jadi pengamat teknologi yang baik, tapi sayang.. dia melupakan bahwa semua jaringan sosial yang dia sebutin tadi aku sudah punya id-nya. Jadi jangan menganggapku tidak tahu apa - apa soal itu.
                " Ya gue pernah ngajak dia lewat semcam itu kok Na.. "
                " Dan hasilnya ?" potong Kina sebelum aku melanjutkan ucapanku.
                " Dianya gak mau " singkatku.
                " Hmm loe tau gak itu artinya apa ? Tu cowok malu Zee.. dia tu jelek. Makanya gak berani lewat yang begituan. lagian mana ada ni ya, cowok cakep mau ngajak kenalan cewek, dengan pura - pura salah nomor gitu. Udah jaman kapaaaan kali Zee ??" lanjut Debra.
                " ya mungkin dia punya cara sendiri buat dapetin cinta sejatinya." tukasku.
                " nggak ! Kalo gue bilang sih dia tu malu dan gak laku karna tampangnya jelek."
                " Yee enak aja loe ! Dia bilang gak mau, karna dia punya alasannya. Dia pengen kalo kita ketemu secara langsung, gue tahu wajah dia secara langsung. Biar lebih surprise gitu " ucapku sambil mengingat bagaimana merdunya suara Ega saat berbicara padaku.
                " Ya syukur kalo wajah dia kayak Bradpit ! Nah kalo nggak ?" sindir Debra.
                " Jangan Bradpit ! Udah tua ! Yang lebih mudaan dong.. !" lanjut Kina dengan wajah polosnya.
                " Hmm Justin Bieber deh !"
                " Hmm gak.. gak.. terlalu muda wajahnya !"
                " Hmm Pasha Ungu deh !"
                " Nah itu baru pas ! Biarpun umurnya uda mulai tua, tapi wajahnya masi muda. Jadi pas !" Tingkah mereka membuatku tersenyum geli memerhatikan canda mereka tentang prince charmingku. Mereka sibuk membayangkan seperti apa Ega, aku sendiri tidak memedulikan itu. Bagiku ketenangan batinku bersama Ega, itu adalah hal yang terpenting dibanding aku harus memikirkan bagaimana rupa Ega.
                                                                                ***
                Aku tahu ini sudah terlalu malam aku tidak berkutik memerhatikan putaran jam dibulatan polkadot merah dan putih yang bersandar manja di dinding - dinding kamarku. Tiap malam aku rela membiarkan mataku tak tidur bersama ragaku. Aku rela menjadi seseorang yang insomnia hanya demi menunggu kabar dari Ega. Memerhatikan handphone disudut ranjangku berharap lampunya berkedip menandakan ada pesan baru dari Ega.
                Ini sudah dua minggu lebih aku tidak mendengar kabar dari Ega lagi. Mungkin jika aku memakai logika dalam perasaanku, aku akan berpikir bahwa Ega hanya ingin mempermainkanku. Tapi hatiku berkata bukan. Ega bukanlah orang yang seperti itu. Aku masih ingat Ega pernah mengatakan padaku bahwa aku akan melihat wajahnya dalam dua minggu ini. Dan aku yakin, ini semua pasti permainan Ega ingin memberiku sebuah kejutan dengan cara tidak menghubungiku seperti ini.
                " Semoga" Pintaku.
                                                                                ***
                Tak ada seorang pun yang memerhatikan setiap kali melintas dihadapannya. Seperti dedaunan kering yang jatuh, hingga tak perlu mendapat perhatian orang banyak. Tapi bukan untukku. Bagaimana mungkin aku bisa melepaskan pandangan kedua bola mataku dari pria tampan berkulit putih itu.
                Tatapan matanya sangat indah dengan alisnya yang cukup tebal itu. Hidung mancungnya yang terlihat sedikit bengkok dibatangnya membuat hidungnya terlihat lebih mempesona. Apalagi dengan balutan warna pink dibibirnya yang seksi itu. Membuatnya tampak begitu sempurna dengan tubuh tingginya. Jadi wajar saja, kalau mataku begitu dimanjakan saat melihat dirinya ada didepanku.
                " Zee.... Ngeliatin siapa lagi sih Zee ?" tanya Debra dengan heran menatapku dalam keadaan aneh.
                " Zee.. loe punya kebiasaan aneh banget deh gue liat akhir - akhir ini. Loe baik - baik aja kan Zee ?" ucap Kina dengan wajah takut.
                " Apaan sih.. gue baik - baik aja kalii, gue tu tadi cuma ngeliatin dia.. !" ucapku sambil membalikkan badanku ke arah cowok misterius di gerbang tadi.
                " Dia siapa Zee ?" serentak mereka.
                " Tadi ada cowok cakep disana, pake baju warna ungu, megang bunga gitu di gerbang Ra !"
                " Mana Zee ? Loe naksir sama satpam ? Tu kan Pak Suryo satpam sekolah kita !" tukas Debra yang membentangkan lima jarinya dan mengayunkan didepan kedua mataku.
                " Tadi beneran ada cowok disana loh ! Hmm... mungkiin.. mungkiiin... dia diusir Pak Suryo kali ! " ucapku berusaha berkelik agar mereka percaya bahwa yang aku bilang tadi benar.
                Kemana perginya cowok itu ? Bukannya tadi dia masih berdiri disana ? Setahuku mataku belum tersentuh minus apapun sehingga membuatku salah penglihatan, bahwa beberapa detik yang lalu aku masih melihat dia berdiri didepan gerbang itu.
                " Mungkin iya Zee ! Udah diusir Pak Suryo ! Lagian ini kan udah bell. Kalo bukan anak sekolahan kita pasti udah diusir. Yaudah yuk kita masuk !" Ujar Kina membelaku.
                Aku masih penasaran dengan cowok misterius di gerbang itu, untuk apa dan buat siapa disana. Entah kenapa otakku slalu berpikir tentang dia. Sudah dua minggu lebih dia disana. Aku juga tidak pernah melihat ada cewek yang menghampiri si misterius itu. Aku berpikir mungkin tidak ada salahnya aku melakukan hal konyol untuk mengetahui dia lebih dalam.
                Selama jam pelajaran sekolah, aku selalu berpikir tentang dia. Aku berharap bahwa waktu ini bisa berputar secepat mungkin agar aku bisa kembali memperhatikan dia yang selalu berdiri digerbang sana. Dan sepertinya penantianku pun berakhir. Bell sekolah  sudah berbunyi. Aku langsung mengambil langkah seribu berlari keluar ruangan untuk memastikan bahwa dia sudah ada disana.
                Benar !!! tebakanku tidak salah lagi. Cowok misterius itu telah berdiri dengan manis disana. Masih dengan baju dan gaya yang sama. Aku tidak ingin lagi dibilang aneh oleh teman - temanku karna ulahku yang sering memerhatikan cowok berbaju ungu itu. Aku segera menarik tangan Debra dan Kina keluar kelas untuk membuktikan kepada mereka siapa yang aku perhatikan selama ini.
                " Tuh lihat di gerbang itu ! Sebenarnya dari dulu gue sering merhatiin tu cowok ! Dia aneh tau nggak, udah dua minggu lebih dia berdiri didepan gerbang itu terus kayak lagi nunggu anak disekolah ini, tapi gue perhatiin selama ini nggak ada yang nyamperin dia. " ucapku sambil menunjuk ke arah cowok itu.
                " Mana ? " ucap Debra dan Kina menggerak - gerakkan kepalanya mencari keberadaan cowok itu.
                " Itu tu disana ! Nyander di gerbang sekolah pake baju warna ungu !" yakinku pada mereka.
                " Iya ini gue juga lagi merhatiin gerbang sekolah kita ! Nggak ada sama sekali cowok disana yang pake baju ungu." tegas Debra sambil mengucek - ngucek matanya memastikan bahwa dia tidak salah melihat.
                " Ya Ampun Debra... KInaaaa ! Mata kalian kenapa sih ! Jelas - jelas tu cowok berdiri disana !"
                " Nggak ada !" tagas Debra dan Kina serentak.
                " Masa sih ? Gue sendiri liat ini ! Mata kalian kali yang salah !"
                " Mata loe ! Bukan kita ! Nih bentar..... " ujar Debra menyuruhku menunggu dia yang sedang menarik teman yang lain untuk meyakinkanku.
                " Vi.. loe liat ada cowok baju ungu gak di gerbang sana ?" tanya Debra.
                " Cowok baju ungu ? " ucap Vivi mengernyitkan keningnya.
                " Iya.. ada nggak ?"
                " Nggak ! Sama sekali nggak ada yang pake baju ungu disana ! Anak sekolah kita semua."
                " Hmm.. See Zeezee ! Loe denger kata Vivi ?"
                Aku tidak percaya bahwa teman - temanku tidak melihat siapa - siapa di gerbang sana. Padahal jelas - jelas aku melihat sendiri cowok itu masih berdiri di gerbang itu. Aku tidak mungkin salah lihat. Tapi bagaimana mungkin ? Aku bisa melihatnya sedang teman - temanku tidak ?
                Di sepanjang jalan menuju gerbang mataku tidak pernah lepas dari pandanganku padanya. Aku tidak mau kehilangan jejaknya lagi. Aku ingin memastikan bahwa aku tidak salah lihat atau aneh. Ini nyata sama sekali bukan hal gaib. Aku yakin itu !
                Dan kini aku tepat berada didepan cowok itu. Aku memerhatikannya dari atas kepala sampai ujung kakinya. Aku pikir semua ini normal. Tak ada yang salah dengan diriku atau dirinya. Aku ingin menyapanya, tapi mulut ini terkunci rapat. Bibirku hanya bisa diam terpaku menatap wajahnya.
                Mataku kembali melirik pada teman - temanku, memberi isyarat bahwa dia sekarang ada didepan mataku. Tapi lagi - lagi, teman - temanku menggelengkan kepalanya mengatakan bahwa tak ada sama sekali orang yang aku maksud. lalu siapa sebenarnya yang berdiri dihadapanku sekarang ? Hantu, setan atau makhluk gaib lainnya ? Tapi tidak mungkin ! Kakinya masih menginjak tanah, dan dia juga menatapku walau tak berbicara sepatah katapun.
                Aku pun mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Dia pasti juga ikutan aneh melihat tingkahku yang memerhatikannya seperti orang gila. Ya.. aku memang dibuat gila oleh penglihatanku ini. Aku sama sekali tidak yakin bahwa ini semua hanyalah sebuah ilusi atau khayalanku saja. Dia benar - benar nyata !
                Kedua temanku menarikku menuju tempat parkir. Tapi mataku belum bisa lepas darinya. Didalam mobil pun aku tidak bergeming selain melihat dia, dia dan dia kembali. Aku sadar kali ini temanku mengira aku sedikit tidak normal hari ini. Tapi apa daya, memang ini kenyataanya. Aku memang melihat dia. Dan aku tidak mau dibuat gila olehnya sampai aku dirumah nanti. Hari ini juga aku harus memerhatikan bahwa dia ada, dan orang yang dia tunggu pun ada. dia bukanlah makhluk gaib atau hal lainnya. Dia adalah manusia.
                Akhirnya Debra dan Kina mau menemaniku menunggu jawaban atas segala hal yang tidak lazim ini. Aku, Debra, dan KIna duduk berdiam diri didalam mobil memerhatikan sosoknya dari jauh. Mulutku tidak pernah berhenti meyakinkan Kina dan Debra, meski jawaban mereka tetap saja sama, tidak ada apa - apa.
                Satu per-satu murid disekolahku sudah mulai hilang meninggalkan sekolah dan menuju ketempat halte diujung jalan sana. Sekolah sudah mulai terlihat sepi, tapi dia masih saja tetap berdiri disana. Aku semakin penasaran. Hatiku serasa dipermainkan oleh penglihatan ini. Semua perasaan ada disini, penasaran, heran, aneh, curiga, tak percaya dan.... mulai berpikir aneh tentang dia dan diriku.
                Ada apa dengan dia sebenarnya ? Kenapa tak ada satupun yang bisa melihat dia kecuali aku ? Apa dia mempunyai hubungan denganku ?
                Dan ini sudah pukul lima sore. Sudah lebih dari empat jam aku menunggu disini. Kali ini aku tidak mau dibuat gila olehnya. Aku harus menghampiri dia sekarang, sebelum aku dibuat mati penasaran oleh cowok misterius ini. Aku segera turun dari mobilku, berjalan untuk menghampiri dia, diikuti teman - temanku.
                Tapi hal bodoh lagi - lagi mempermainkanku. Ketika aku berada hampir dekat dengannya, dia menghilang. Aku yakin dia manusia. Tapi kemana perginya dia ? Kenapa secepat itu dia bisa menghilang dari hadapanku ? Siapa sebenarnya dia ?? Ya Tuhan.. kali ini aku benar - benar dipermainkan oleh diriku sendiri. Tapi ini bukanlah ilusiku. Aku melihatnya dengan nyata.
                " Kak... kak.. kakak cari siapa ya ? " tanya anak kecil memegang beberapa payung warna - warni ditangannya.
                " Tadi ada cowok disini pake baju warna ungu dek, adek liat nggak ? Dia pergi kemana ya ? Tadi dia masih ada disini. " ucapku panik tidak percaya dengan ini semua.
                " Cowok pake baju warna ungu ? Daritadi nggak ada siapa - siapa kak disini."
                " Tuh ! Denger kan Zee ? Loe nggak percaya sih.... !" celetuk Kina.
                " Kalau kemaren liat nggak ? Tadi pagi... atau... pokoknya tiap hari dia ada disini dek ! " ucapku penuh gelisah.
                " Nggak ada juga kak. Tapiii.. kalau dua minggu yang lalu aku liat kak disini, pake baju warna ungu. "
                " Tuh kan ! Tu cowok ada ! Kalian sih nggak percaya sama gue !" aku begitu gembira begitu tau kalau anak kecil ini juga pernah liat cowok itu.
                " Tapi dia udah meninggal." lanjut anak kecil tukang ojek payung itu.
                " Mampus loe ! Hayoo lo Zee.. loe ngeliatin siapa Zee ? " tukas Debra yang mulai bergidik mendengar ucap anak kecil itu.
                " Serius kamu dek ?" tanyaku masih tidak percaya.
                " Iya ! Eia.. nama kakak Zeezee yaa ?" Tanya dia lagi.
                " Iya.. kok kamu tau ?"
                " Bentar kak ! Tunggu disini dulu." si ojek payung itu berlari ketempat dia berteduh dan mengambil sesuatu dari kotak tempat penyimpanan payungnya.
                " Ini buat kakak !" ucapnya sambil memberikanku bunga dan surat kecil berwarna ungu.
                Aku semakin tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Bunga dan surat ini persis sama dengan yang aku lihat saat cowok misterius itu berdiri didepan gerbang sekolahku.
                " Kenapa ini buat kakak dek ?"
                " Kata abang itu sebelum dia meninggal, dia minta tolong dikasih buat murid disekolah ini yang bernama ZeeZee. AKu kan tidak tau siapa yang namanya ZeeZee, makanya aku simpen aja."
                " Kenapa bisa dikasih ke kamu ? Emangnya dia meninggal dimana ?" hatiku semakin diaduk - aduk saat memegang bunga dan surat ungu ini.
                " Disini ! Jadi waktu itu.... abang itu sudah menunggu dari pagi waktu gerbang dibuka. Trus balik lagi, pas gerbang dibuka sepulang sekolah. Dia nunggu aja disini sampe jam 5 lewat. trus pas dia mau balik nyeberang ngambil motornya yang berdiri disini, dianya ketabrak bus TK yang disebelah SMA ini kak. waktu aku mau nolongin dia, dianya cuma nitip pesan sama aku tolong kasi bunga dan surat ini sama ZeeZee, trus dia meninggal setelah itu. Nyawanya nggak bisa diselamatkan lagi."
                " Kenapa aku sama sekali tidak tau kejadian itu ?"
                " Oh.. kecelakaan bus kartika itu ya dek ? Yaiyalah Zee loe nggak tau ! Itu kejadiannya dua minggu yang lalu, hari Kamis sore saat semuanya udah pulang sekolah. Loe kan waktu itu keluar kota dari hari kamis. Dan baru hari seninnya masuk. Berita itu lagi hangat - hangatnya diomongin seminggu waktu itu. Hari senin gue rasa udah nggak ada yang bahas lagi, makanya loe nggak tau sama sekali." kata Debra panjang lebar menjelaskan padaku.
                " Tapi apa hubungannya cowok itu sama gue ?" ucapku dengan suara bergetar. Hatiku sudah berfirasat yang buruk saat mendengar semua kabar ini. Tapi didalam hatiku, masih berharap semoga yang ada dalam pikiranku saat ini tidak benar.
                " Ya buka dong suratnya, itu dari siapa !" suruh Kina.
               

Dear ZeeZee...

            Hallo... gadis impianku :)
            Surpriseee ! Ini semua kejutan buatmu ! Bukti dari janjiku padamu. Kamu akan tau wajahku dalam dua minggu ini. Dan aku sengaja, tidak memberitahumu untuk datang hari ini kesekolahmu. Aku mau ngasi surprise ! Pertemuan pertama yang sangat berkesan buat kita. Dan ini bunga untukmu... sebagai lambang perasaanku Zee. Ungkapan bahwa... " Aku Sayang Kamu ".
            Semoga kamu senang sama surprise aku Zee. Dan bisa terima cintaku, trus kita lanjutin hubungan kita untuk pertemuan kedua, ketiga dan seterusnyaaa... Untuk yakinkan kamu, bahwa kamu adalah cinta sejatiku.

                                                                                                Yourlove                                                                                                                                              EGA VANDIKA




                Surprise.. Ini memang surprise Ga. Gadis impian, bunga, dan surat kecil yang kamu titip lewat ojek payung itu, semuanya memang sebuah kejutan Ga. Aku memang mengharapkan sebuah kejutan, tapi bukan ini Ga. Mendapatimu hanya dengan sosok bayanganmu. Aku inginkan dirimu yang nyata Ga. Aku inginkan bersamamu dalam dunia yang nyata, bukan dunia maya atau dunia yang baru lagi Ga. Bayangan arwahmu, memanglah menjadi pertemuan yang pertama bagiku. Untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya. Kamu memang cinta sejatiku Ga. Aku nggak akan pernah bisa lupain kamu dalam hidup aku. Karna aku memang tidak bisa pungkiri bahwa... " AKU SAYANG KAMU".

1 komentar:

Aziz Affan Ahaqi mengatakan...

Gimana caranya supaya karya kita dimuat pada Koran Singgalang?

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates