Rabu, 07 Maret 2012

Doremi Jingga ( Part 2 )


First Time..........


Sudah satu bulan sejak kematian Yoga, aku belum juga merasa baik. Hatiku masih saja sangat pilu mengingat semua kenangan manis tentangnya. Wajahnya masih terniang diingatanku. Terkadang air mataku jatuh dengan sendirinya tanpa kusadari. Mungkin sampai sekarang aku belum bisa untuk menuruti permintaan Yoga, yang menginginkan aku untuk jadi diriku yang dulu. Aku yang begitu ceria. Dan tidak terlalu bersedih atas kepergiannya. Ahh... yang benar saja ! Kehilangan kekasih yang begitu kita cintai, apa kita masih bisa tertawa, kembali ceria dan tidak terlalu bersedih atas semua itu ?? Suatu kenyataan tolol yang sangat sulit untuk dilakukan.
Aku memang lebih banyak diam setelah kejadian itu. Rasanya malas untuk berbicara banyak dan mengeluarkan suaraku untuk hal yang kuanggap tidak terlalu penting. Aku juga lebih suka menyendiri. Menghindar dari orang banyak yang tampak selalu ingin membuatku tersenyum kembali. Hmm.... tak ada yang bisa melakukannya. Mereka selalu berusaha memberikan surprise dan kejutan – kejutan lainnya yang menurut mereka bisa membuatku tersenyum. Tapi kenyataannya, tetap saja sia – sia. Aku nggak tau sampai kapan aku bisa bertahan seperti ini. Mencoba kuat untu kehilangan dua lelaki yang sangat berarti dalam hidupku.
Pagi itu sungguh sangat berbeda dari pagi yang dulu begitu heboh. Tapi sangat sama dengan pagi sejak sebulan yang lalu. Pagi yang begitu sepi. Sarapan pagi yang sangat dingin antara aku, Chiko, bunda dan direktur itu ( Aku belum mau menyebutnya sebagai Ayah ). Chiko mungkin tampak berusaha untuk berbicara dan mencairkan suasana. Tapi dia mengurungkan niatnya kembali, melihat aku yang sama sekali tidak bersemangat dalam hal apapun.
“ Eh iya sayang, olimpiade kamu gimana ? Katanya empat hari lagi kan lombanya ? “ tanya Bunda memecahkan keheningan dipagi itu.
“ Aku nggak jadi ikut. Aku mengundurkan diri.“ jawabku seperlunya
“ Loh ? Kenapa dek ? Bukannya itu kompetisi yang selama ini lo tunggu – tunggu ? Dan tujuan lo masuk ips juga salah satunya untuk itu kan ? Kenapa lo sekarang malah mengundurkan diri ?” tanya Chiko yang menyerbuku dengan banyak pertanyaan.
“ Gue nggak punya tujuan hidup apa - apa lagi kok “ kataku
“ Lo ngomong apa sih dek ?!! “ kata Chiko yang marah mendengar ucapanku.
Aku tidak mempedulikan Chiko yang khawatir dengan kondisiku sekarang ini. Setelah selesai makan, aku langsung pamit dan berjalan ke garasi mobil. Diikuti dengan Chiko dibelakangku. Dia mengerti dengan aku yang tak menyahuti ucapan terakhirnya tadi. Karna memang itulah aku yang sekarang. Aku yang begitu dingin.
                                                ******
Gerbang sekolah begitu sangat ramai dipenuhi dengan siswa dan siswi yang berdatangan silih berganti. Ada yang datang dengan kendaraannya masing – masing, dan ada juga yang datang dengan berjalan kaki. Semua kendaraan masuk satu persatu ke halaman parkir sekolah. Mobil dan motor yang sudah sangat dikenal dan tidak lazim lagi melihat mereka masuk dan menjajarkan kendaraannya bergandengan dengan kendaraan lainnya yang telah sampai lebih dulu.
Mobil Toyota Celica berwarna merah mengkilap datang memasuki gerbang sekolah. Dan dengan gesitnya mobil itu langsung menuju parkiran sekolah dan berjajar rapi dengan mobil – mobil lainnya. Semua mata tertuju padanya. Karna memang belum ada yang pernah melihat mobil ini memasuki sekolah. Bukan hanya karna mobilnya yang begitu keren, sangat bagus dan jelas harganya sangat mahal, yang membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke mobil itu. Tapi juga karna orang begitu penasaran, siapa pemilik dari mobil itu ? Mungkinkah sekeren mobilnya ? Dan buat apa orang itu kesini ?
Belum sempat pertanyaan itu terjawab, semua murid sudah dikejutkan dengan bunyi bel tanda masuk. Ada yang masih bertahan menunggu siapa orang dibalik mobil itu, tapi niat mereka jadi batal karna Pak Suryo, guru paling ganas disekolah sudah berjalan menghampiri murid – murid yang belum juga masuk kedalam kelasnya. Lelaki didalam mobil itu belum juga menampakkan dirinya. Dia masih saja tetap bertahan didalam sana, sambil menyunggingkan senyuman manis dibibirnya yang seksi dan sungguh mempesona itu. Tersenyum melihat orang – orang yang memperhatikan dia masuk dengan mobilnya sedari tadi.
Tangan putihnya kemudian mengecilkan volume dari tapenya yang dari tadi memutarkan lagu Aku Datang Untuk Mencintaimu dari Ungu. Lalu dia  mengambil ponselnya yang berada dibangku mobil sebelahnya. Dengan santainya dia mencari – cari nama seeorang yang akan diteleponnya. Dan pria tampan itu mulai mengeluarkan suaranya.
“ Hallo Pa.. aku sudah sampai disekolah. Kelasku dimana ? “ tanyanya dengan suara yang begitu lembut dan renyah.
“ Kelas XI IPS 2, tapi sebelumnya kamu pergi saja ke ruang kepala sekolah dulu, biar mereka yang nanti mengantar kamu kesana. “ jawab sesorang dibalik teleponnya.
“ Okey... Thank’s dad ! “ tutur cowok itu yang langsung menutup teleponnya dan keluar dari mobil mewahnya itu.
                                                ******
Hiruk pikuk suasana kelas masih terasa disaat jam pelajaran sudah dimulai. Memang guru yang akan memberikan pelajaran di jam pertama ini belum juga masuk. Jadi murid tetap saja sibuk dengan aktifitas mereka masing – masing. Sangat jauh berbeda dengan Debra yang hanya duduk terdiam dibangkunya yang terletak paling sudut di kelas ini. Tempat duduknya yang berdekatan dengan jendela kelas, membuat dia tak pernah mengalihkan pandangannya dari luar jendela tersebut. Entah apa yang dilihat Debra. Tatapannya begitu kosong dan wajahnya tampak sangat murung.
Memang tidak asing lagi melihat keadaan Debra seperti ini. Teman – temannya juga membiarkan Debra yang hanya duduk bermenung sendirian disudut kelas itu. Bukannya mereka tak peduli dengan Debra, tapi setiap kali mereka mengajak Debra untuk berbicara atau bermain dengan yang lainnya, Debra selalu menolak. Dia lebih memilih untuk sendiri.
“ Eh.. katanya kelas kita kedatangan anak baru, denger – denger cakeep banget loh ! Kayak Pasha Ungu !” tutur Shiren.
“ Ngarep loe kayak Pasha Ungu.. ya nggak mungkin banget lah” balas Chika.
“ Yiieee beneran lagi. Kita lihat aja nanti kalau loe nggak percaya “ sergah Shiren
“ Anak baru itu yang pake mobil merah itu bukan ? “ tanya Vega
“ Hmm... gak tau juga sih. Gue nggak liat.. mang mobilnya gimana ? Keren gak ?” tanya Shiren penasaran
“ Bagus banget... kayak mobil Aa’ !!” seru Vega
“ Beneran loe ??? tuh Ka denger.. gue yakin cowoknya juga pasti mirip banget ma Pasha !” kata Shiren dengan semangat
“ Hmm.. terserah deeh.... capek ngomong cliquers maniak ! Untung aja yang satu lagi gak ikut... coba aja kalau ikut, wuuuihh bisa – bisa gue puyeng denger loe semua pada ngomong “ jawab Chika dengan malas – malasan.
Satu lagi yang dimaksudkan Chika adalah Debra. Ya.. tentu saja. Siapa lagi kalau bukan dia ? Debra yang begitu sangat menggilai Ungu, bahkan lebih juga diantara teman – temannya yang lain. Apalagi kalau sesuatu itu menyangkut Pasha, pasti dia yang nyerocos nggak habis – habisnya membahas itu. Tapi dengan kondisi Debra sekarang... entahlah !
Terdengar suara kaki melangkah dari luar. Semua murid – murid langsung duduk dengan rapi, karna jam pertama sekarang akan berhadapan langsung dengan guru yang paling ganas itu, Pak suryo. Jadi mereka langsung duduk dengan rapi. Hmm... jarang – jarang banget kelas IPS bisa patuh seperti ini. Tapi bukan IPS namanya, kalau tidak ada sesuatu yang aneh yang bakal terjadi. Liat saja nanti, entah apa yang terjadi dikelas ini.
“ Pagi anak – anak !” sapa Pak Suryo dengan suara yang mungkin dia rasa cukup manis, tapi tetap saja terdengar garang.
“ Pagi pak.... “ jawab semua murid dengan bersemangat
“ Maaf saya terlambat. Tapi keterlambatan saya, tidak mungkin jika tidak ada sebab.”
“ Nggak apa – apa kok pak, lama – lama juga kita malah bersyukur. “ kata salah seorang murid laki – laki yang terkenal paling badung disekolah ini, Jerry.
Pak Suryo tidak terlalu mempedulikan kata Jerry yang kedengarannya tidak sopan itu. Sepertinya Pak Suryo sedang malas berdebat dengan Jerry.
“ Hari ini saya membawakan teman baru untuk kalian semua. Nenji silahkan masuk!! “ tutur Pak Suryo.
Cowok tampan itu mulai melangkah masuk kedalam kelas. Semua murid langsung mengalihkan perhatiannya ke depan kelas. Terutama cewek – cewek, mereka pada antusias ngeliatin tampang Nenji yang cool dan keren abis yang mirip banget dengan Pasha Ungu itu. Cowok tampan dengan bibir merah yang sangat mempesona, dengan diikuti jenggot kecil dibawah bibirnya layaknya style pentolan group band ungu itu. Hidungnya yang mancung dan sedikit bengkok persis sama nggak ada bedanya dengan Pasha. Lekungan matanya yang indah dan teduh dengan tatapannya yang nggak ada bedanya lagi. Rambutnya yang dibuat mohak benar – benar menunjukan seperti tak ada perbedaan dari mereka.
Mungkin melihat Nenji sekarang, layaknya seperti melihat Pasha Ungu diwaktu mudanya. Sekarang hanya menunggu suara dari cowok ganteng itu, apakah juga akan sama dengan Sigit Purnomo ?? Hmm... seperti kembaran yang sangat sulit dipercaya.
“ Teman kalian ini pindahan dari Bandung. Untuk lebih lengkapnya sekarang kamu bisa perkenalkan diri kamu, Ayo!” tambah Pak Suryo mempersilahkan pada Nenji untuk memperkenalkan diri.
“ Terima kasih Pak !“
“ Assalamualaikum teman – teman!” sapa Nenji pada teman – teman barunya di kelas XI IPS 2
“ Waalaikumsalam !” jawab mereka serentak
“ Kenalin nama gue Nenji Alvaro, panggil gue Nenji. Gue pindahan dari SMA YWKA Bandung, terima kasih !” ucap Nenji mengakhiri perkenalannya.
“ Wew... namanya aja mirip banget sama anaknya Pasha, kamu anak kandung Aa’ yang paling gede ya ? Kakaknya Kiesha dooongg ??” celetuk Vega dengan gaya genitnya menggoda si ganteng satu itu.
“ Huhuhu.... “ seru murid XI IPS 2
“ Nama loe aneh banget ! Nenji !! Hmm... Emak lo ngidam pengen ketemu ninja ya waktu hamil loe ? Makanya kasi nama loe nenji !Hahaha...” kata salah seorang cowok sambil tertawa terbahak – bahak.
“ Hahaha.....” sahut siswa lainnya
“ Haha.. Gak lucu ! Namanya bagus lagi... keren banget ! Jarang – jarang kan ada nama orang yang gitu, daripada nama loe... Basyruddin ! Nama kampung banget !!” sergah Dinda yang duduk tepat didepan Nenji berdiri.
“ Terus alamat rumah loe dimana ? Makanan kesukaan loe ? Hobi loe apa ?” Cerocos Laura yang duduk bersebelahan dengan Ruddi, nama keren dari Basyruddin. Hahaha...
“Huhuhu...” seru murid lagi
“ Kalo alamat facebook loe ? Twitter, no hp loe, daannn... udah punya cewek belum sih ??? “ tambah Riva yang terkenal cewek paling genit dan lebay disekolah
“ Huhuhu...” seru murid serempak
“ Tampang loe kan mirip banget ma Aa’ ni, bisa nyanyi Ungu gak sih ?? sekalian buat hibur sahabat gue yang dari tadi Cuma diem aja tu ! “ sahut Chika sambil menunjuk kearah Debra dan membuat semua orang terdiam dan mengalihkan pandangannya dengan menatap Debra yang dari tadi sama sekali tidak mempedulikan kehebohan yang terjadi pada kelasnya.
Telinganya seperti tuli, karna sangat acuh dengan apa yang terjadi tadi. Dia terus menatap keluar jendela tanpa menggubris orang – orang yang sejak tadi sudah sibuk dengan kedatangan murid baru yang sangat mirip dengan idolanya itu. Debra sama sekali tidak melihat kearah Nenji. Dia terus menatap keluar jendela mengarahkan pandangannya ke lantai atas. Dia sama sekali tidak peduli. Dia tetap saja diam, meski kini semua mata tertuju padanya.
“ Chika... loe ngomong apa sih ? “ tegur Shiren.
“ Ya loe lihat aja sendiri, orang udah pada sibuk perhatiin si Nenji anak baru yang mirip banget ma idolanya sendiri, dia tetap aja nggak peduli. Terus ngenatap keluar jendela. Badannya ada disini, tapi pikirannya melayang tau nggak ! Disaat semua orang udah pada ngeliat dia, dia nya sendiri tetap aja nggak peduli !” tambah Chika.
“ Sudah... sudah !” Pak Suryo membangunkan murid – murid yang tertegun melihat Debra, dan sekaligus menenangkan kegaduhan yang terjadi didalam kelas.
“ Oke... kamu boleh duduk dibangku yang kosong itu Nenji, dibangku belakang itu.” Tunjuk Pak Suryo ke sebuah bangku kosong yang berada diantara bangku Debra dan Jerry. Memang murid – murid di sekolah itu duduk sendiri – sendiri, layaknya seperti bangku anak kuliahan.
Nenji langsung berjalan kearah bangku yang ditunjukan oleh Pak Suryo itu. Mata Nenji tak pernah berhenti menatap Debra mulai dari ia masuk tadi, memperkenalkan diri, dan sewaktu Chika menyebutkan nama Debra. Hingga kini ketika ia berjalan menuju bangkunya yang bersebelahan dengan Debra, Nenji tetap saja tidak mengalihkan pandangannya pada Debra. Dia terus menatap Debra dengan tatapan yang dalam.
“ Hey... kenalin nama gue Jerry ! Loe panggil gue Ije aja. “ sapa cowok badung itu dengan senyumannya, sambil mengulurkan tangannya.
“ Nenji “ jawab Nenji membalas uluran tangannya Ije. Setelah membalas uluran tangannya Ije, Nenji kembali menatap Debra yang sama sekali tidak beralih dari tatapannya diluar jendela.
“ Nggak usah heran dan ngerasa aneh ngeliat dia. Orangnya memang gitu. Dia memang pendiam banget. “ tutur Ije memberikan penjelasan pada Nenji yang sedari tadi terus menatap Debra.
“ Orangnya memang aneh gitu ?” tanya Nenji penasaran
“ Nggak sih... dulunya dia heboh banget ! Seru banget lah pokoknya. Dia juga sahabat cewek gue kok, tapi udah satu bulan ini dia berubah drastis banget. Kenapa ??? Loe naksir ma dia ? “ ucap ije sambil tersenyum simpul menangkap maksud dibalik tatapan dan pertanyaan Nenji terhadap Debra.
Nenji hanya tersenyum menanggapi pertanyaan dari Ije. Dia tidak membantah pertanyaan Ije yang menyatakan kalau dirinya suka pada Debra. Karna sejak pertama kali dia melihat Debra, Nenji sudah mulai merasakan rasa yang bergejolak dihatinya. Hatinya begitu teduh dan merasakan kenyamanan yang luar biasa disaat dia menatap wajah Debra yang lembut itu.
“ Hahaha... cari yang lain aja deh !! Nggak usah ngarepin Debra ! Dia nggak bakalan mungkin suka sama Loe, ya walau gue akui Loe itu mirip banget ma idolanya dia, Pasha. Tapi itu bukan jaminan buat dia bisa suka juga ma loe. Mending loe sama Shiren, atau nggak Chika. Udah putih, hidung mancung. Bibir Shiren yang pink dan lembut, Chika dengan bibirnya yang tipis dan mata yang indah. Rambut Shiren yang coklat dan ikal, dengan bola mata coklatnya. Benar – benar buat mereka jadi primadona sekolah. Atau nggak... cewek – cewek lain disekolah ini juga banyak yang lebih cakep kok. Dibandingin Debra, jauh lah..., atau ada pilihan satu lagi, kalau lo pengen ngedapetin Debra juga, lo mesti belajar banyak dari Yoga. “ cerocos Ije dengan panjang lebar.
“ Heh.. emangnya gue ngeliat cewek dari kecantikannya apa ?? Nggak lagi !! Yang penting gue nyaman dan ngerasa ada feel ama dia, gue pasti bakal berusaha mati – matian buat bisa dapetin dia. Dan tunggu ! Yoga ???!! Siapa tu ? Cowoknya dia ?? “
“ Dulu... sekarang udah nggak. Debra jomblo kok sekarang !” jawab Ije yang tak pernah lepas dari senyuman jahilnya itu.
“ Ooh... mantannya ? Kelas berapa emang ? Sekolah sini juga ? Gue mau kok belajar dari dia. “ ucap Nenji yang semakin serius untuk mendekati Debra.
“ Hahaha... kayaknya loe serius banget ya pengen ngedeketin Debra ?? Yaudah.. kalau gitu loe dateng aja ke TPU Pusat, loe cari ntar yang ada namanya Ariyoga Beraldi, loe tanya aja disana “ tutur Ije sambil tertawa melihat antusiasnya Nenji.
“ TPU ??? Maksud loe apa sih ? Serius dong !!” tanya Nenji yang tak mengerti dengan ucapan Ije.
“ Cowoknya itu udah meninggal satu bulan lebih yang lalu. Mereka berdua benar – benar pasangan yang serasi banget. Debra sangat mencintai Yoga. Makanya setelah Yoga meninggal, dia jadi hancur banget kayak gini. Pendiam, sering menyendiri, bahkan dulu dia yang selalu rajin belajar, jadi mulai aut – autan sejak ditinggal Yoga. Pokoknya hancur dan terpukul banget deh. Makanya tadi gue bilang, cari yang lain aja ! Dia sangat mencintai Yoga !”
“ Hmm.... itu bukan alasan buat gue mundur Je. Gue yang bakal buat dia berubah kayak dulu lagi. Gue bakal bikin dia ngerasain cinta yang baru lagi. Gue bakal gantiin posisi Yoga dihatinya “ ucap Nenji dengan yakin.
“ Iya deeeh.... percaya gue !!” sahut Ije
Nenji mulai menunjukan keseriusannya pada Ije. Dia langsung berancang – ancang untuk bisa berkenalan langsung dengan Debra. Nggak peduli dengan Pak Suryo yang tampak sibuk mengambil absen murid – murid dalam kelas.
“ Hey.. nama loe sapa ? Gue Nenji Alvaro, panggil aja gue Nenji !” tutur Nenji dengan mengulurkan tangannya kehadapan Debra. Sambil memberikan senyuman manis dibibirnya yang jelas membuat semua wanita tergoda melihatnya, Nenji tetap sabar menunggu balasan dari Debra.
Debra mulai menyadari kalau laki – laki disebelahnya itu mengajak ia berbicara. Debra mulai mengarahkan pandangan matanya kepada cowok ganteng itu. Debra menatapnya dingin. Tak ada sedikitpun senyuman yang diberikan Debra padanya, gadis satu ini juga tidak membalas uluran tangan Nenji. Bahkan perkenalan Nenji yang menanyakan namanya siapa, Debra juga tidak menjawabnya.
Dia hanya menatap cowok itu, dan kemudian beralih lagi menatap keluar jendela. Entah apa yang dipikirkan Debra. Mungkin ini tidak terlalu penting baginya. Ya karna memang sekarang Debra hanya mau membuka suaranya jika ada hal – hal penting saja. Soal perkenalan, toh juga tadi dia cukup mendengar dengan baik perkenalan Nenji didepan kelas, walau dia tampak seperti acuh tak acuh.
Nenji menarik tangannya kembali. Tapi dia tidak menghentikan usahanya sampai disana saja. Nenji seperti menemukan berjuta cara lagi untuk menaklukan hati gadis manis itu.
“ Ngeliatin apaan sih ? Daritadi nggak pernah berhenti ngeliat kesana ? Mang ada cowok cakep ya ? Secakep Pasha Ungu nggak ???? Kalau nggak mending ngeliatin gue aja deh ! Gue bersedia kok, ditatap lama – lama sama gadis semanis loe “ ucap Nenji menggoda Debra. Tapi Debra sama sekali tidak mempedulikan Nenji.
“ Halloooo... loe denger gue nggak sih ? Nama Loe sapa?” tanya Nenji sambil melambaikan tangannya kewajah Debra. Tapi Debra tetap saja tidak peduli dengan apa yang dilakukan Nenji. Mau dia jungkirbalik ngapain kek buat cari perhatian Debra, dijamin Debra tidak akan mengacuhkannya.
Pak Suryo terus mengambil absen murid satu per satu. Dan kini, tepat digilirannya Debra.
“ Debra Alenca Vioza “ panggil Pak Suryo.
“ Ya Pak “ sahut Debra sambil mengangkat tangannya
Akhirnya Debra mengeluarkan suaranya juga. Dan hal itu langsung dijadikan sebuah kesempatan bagi Nenji. Santapan lezatnya untuk menjahili Debra kembali.
“ Oohh.. gue tahu kenapa loe nggak mau nyebutin nama loe. Karna loe malu yaaa ?? Malu nama loe kayak si belang hitam putih itu ?? ZEBRA ALENCA VIOZA.... iyaaaa kaaannn ??? “ ucap Nenji menggoda Debra, berusaha mencairkan suasana perkenalan mereka yang dingin. Bahkan dengan santainya, Nenji lebih jahil lagi dengan mengajukan jari telunjuknya kehidung Debra, biar kelihatan lebih jahil dan akrab.
Nenji tampak tersenyum manis dan tak pernah – pernah hentinya menggoda Debra. Dan kini, Debra benar – benar jenuh diganggu oleh laki – laki berparas tampan itu. Debra langsung menatap tajam kearah Nenji. Debra menatapnya dengan geram, tatapan yang begitu marah dan sangat dingin. Tapi Nenji tetap saja menganggap santai tatapan Debra itu.
“ Kenapa liatin gue sampai segitunya ??? Gue cakep yaaa ?? “ goda Nenji yang tak pernah melepaskan jari telunjuknya dari hidung Debra  dan dengan senyuman jahil yang tak pernah lepas dari bibir seksinya itu.
“..................” Debra tetap diam dan menatap dingin serta marah pada Nenji. Debra benar – benar merasa jenuh diberlakukan seperti itu.
“ Ah.......... Gak usah bohong deh. Jujur aja terus terang ! Loe bukan cewek pertama yang liatin gue sampai kayak gitu. Ketampanan gue mang udah kebukti kok. So, loe nggak usah gengsi gitu. “
Ije mulai mengerti dengan tatapan mata Debra pada Nenji. Ije langsung mengajak Nenji berbicara dengannya. Dia nggak ingin melihat Debra lebih marah lagi pada Nenji. Ije langsung melontarkan banyolannya dan membuat Nenji ikut tertawa mendengarnya. Ije memang mudah dengan cepat bergaul dengan orang lain. Tapi orangnya juga nggak sembarangan. Tipe orang seperti Nenji yang sangat supel dan juga sedikit nakal, pasti akan sangat mudah bagi Ije untuk bisa akrab dengannya. Makanya mereka malah asyik bicara dan tertawa berdua.
“ Heh !! Kalian yang dibelakang itu ! Daritadi saya liat tidak pernah berhenti bicara. Keluar saja kalau masih ada yang ingin dibicarakan !” bentak Pak Suryo yang dari tadi memerhatikan Nenji dan Ije yang sedang asyik mengobrol itu.
Debra langsung berdiri dari bangkunya. Kemudian dia berjalan kedepan. Dan tanpa meminta izin terlebih dahulu, Debra langsung keluar dari kelasnya dengan tatapan yang kosong.
“ Debra... kamu mau kemana ? Bukan kamu yang saya maksud !” sahut Pak Suryo. Tapi Debra seolah – olah tak mendengar ucapan Pak Suryo, dia terus melangkah keluar. Dan Pak Suryo juga tidak berusaha lagi untuk memanggilnya lebih jauh. Dia juga sama sekali tidak marah, dan membiarkan Debra pergi begitu saja.
“ Dia kenapa sih ? Bukannya kita yang disuruh keluar ? Kok malah dia yang pergi ?” tanya Nenji heran.
“ Nggak usah heran deh. Dia mang gitu ! Dia sering keluar kelas nggak jelas ! Guru – guru juga nggak akan ada yang ngelarang dia. Guru ngerti banget ma keadaan dia. Sibuk dengan dunianya sendiri. “ tutur Ije menjawab pertanyaan Nenji.
“ Sebenarnya dia ngeliatin apaan sih keluar jendela ?? Nggak berhenti – berhenti gitu ? “
“ Loe liat keatas dari luar jendela itu. Lantai tiga, tempatnya anak kelas tiga. Dan tepat banget didepan itu, tu kelasnya Yoga. Kelas XII IPA  3. Ya setiap hari dia cuma mandengin kelas Yoga doang. “ jelas Ije.
“ Hah ? Apa gunanya coba ? Mangnya Yoganya bakal muncul dari kelas itu “ balas Nenji
“ Ya mana gue tau, loe tanya aja langsung ma dia. “ sahut Ije
“ Baiklah ! Sekarang langsung saja kita mulai belajar. Materi sekarang tentang Limit Trigonometri “ tutur Pak Suryo sambil berdiri dan langsung menulis pemahasannya di papan tulis.
Berdirinya Pak Suryo diiringi dengan gelak tawa siswa terutama ketika Pak Suryo membalikkan badannya menulis di papan tulis. Cewek – cewek tampak tertawa dengan geli melihat sesuatu yang terjadi pada celana Pak Suryo dibagian belakangnya. Pak Suryo menyadari kalau tertawanya murid – murid sudah keterlaluan. Karna suara gelak tawa mereka terdengar begitu keras.
“ Heh !! Kenapa kalian malah tertawa hah ??!! Memangnya ada yang lucu dari pelajaran Limit ini ? Ributnya sama seperti pasar !! “ bentak Pak Suryo
“ Pelajarannya mang gak ada yang lucu pak. Tapi celana bapak yang lucu !” sahut Gito salah seorang murid disana, diikuti dengan tawa murid sekelas.
“ Celana saya ? Tidak ada yang lucu dari celana saya !” tambah Pak Suryo yang semakin geram mendengar tawa siswanya.
“ Pak... bapak pake pembalut apa sih ?? Kok malah tembus gitu ?? “ tanya Vira yang menyambut gelak tawa mereka lebih keras lagi.
“ Makanya Pak.. belajar dari kita yang cewek – cewek ini. Pake Charm Bodyfit pak! Anti Kerut Anti Bocor CharmBodyfit !” sahut Mega sambil menirukan nyanyian seperti lagu yang dibawakan Revalina S. Temat diikuti dengan gayanya langsung.
“ Hahahhahaha “ suara tawa makin membahana.
Pak Suryo tampak linglung membolak – balik celananya, sambil mengahadap kebelakang. Tapi yang namanya noda merah itu terletak dibelakang, Pak Suryo pasti tidak akan bisa melihatnya dengan jelas.
“ Hari pertama dapet ya Pak ? Banyak banget tembusnya ??” tanya Andre menggoda Pak Suryo.
“ Hahahahhaha “ seru siswa sekalian
“ Sudah !!! Diam !!! Tidak ada yang lucu sama sekali ! Saya keluar sebentar ! Kalian semua tidak ada yang boleh keluar ! Tunggu saya dalam kelas !! “ Bentak Pak Suryo dengan amarah yang semakin meledak – ledak.
“ Siiip Pak ! Nyucinya yang bersih ya Paaak “ tutur Dinda.
Pak Suryo langsung berlari keluar kelas, sambil menutup celana belakangnya dengan kedua telapak tangannya. Gelak tawa murid – murid masih terdengar dengan sangat jelas. Mereka semuanya puas karna telah berhasil mengerjai Pak Suryo. Dan tentunya karna mereka tidak jadi melanjutkan pelajaran yang sangat membosankan bagi siswa itu.
“ Welcome to XI IPS 2 Nenji Alvaro ! “ tutur Ije merangkul bahu Nenji dengan akrab.
“ Hahaha... yaya ! Udah biasa lagi. Tapi bedanya dulu gue yang jadi pelopor ngerjain gurunya. Dan sambutan anak – anak lain gak sampe segininya. Biasalah anak IPA kayak gimana. Makanya gue pengen pindah ke IPS waktu disini. Ini dia yang gue tunggu – tunggu sebenarnya. Dan ngomong – ngomong, Loe yang ngerjain ya Je ?” jawab Nenji ditengah kebisingan mendengar suara tawa murid lainnya.
“ Hahaha... menurut loe ??” goda Ije.
“ Sarap loe ! Parah banget tau nggak !” celetuk Nenji tertawa melihat kejahilan teman barunya itu.
“ Hahaha... siapa suruh jadi guru belagu dan killer ? Terima nasib aja deehhh ! Eh... keluar yuuk ! Sekalian gue jadi guide loe ! Gue kasih tahu tentang seluk beluk sekolah ini !” tambah Ije
“ Boleh !!” balas Nenji dengan semangat
“ Ije... lain kali ngerjain yang lebih parahnya ya ! Biar kita nggak belajar matematika ma dia lagi! Hahaha “ tutur Chika sambil tertawa manis.
“ Siiip dah Ka ! Untuk loe apa sih yang nggak ! Asalkan loe seneng gue bersedia kok cantik “ goda Ije dengan senyuman jahilnya itu pada Chika.
“ Yeee.... mulai deh lo !” balas Chika
Nenji dan Ije pun segera berlalu meninggalkan keramaian dan kehebohan yang terjadi didalam kelas itu.









Anything For You

          Ije ingin menunjuki satu per satu setiap sudut ruangan sekolah dengan fungsinya lengkap pada Nenji. Mulai dari lantai satu sampai tingkat atasnya. Mereka berjalan dengan santai sambil sesekali tertawa mendapati lelucon diantara mereka.
          “Loe suka sama Chika ? “ tanya Nenji serius
          “Menurut loe gimana ? “ Ije malah balik bertanya dengan senyuman nakalnya.
          “ Yang gue liat sih kayaknya iya... bener kan ?” tebak Nenji
          “ Hehe.. iya sih ! Tapi dia nya slalu nganggep gue becanda... jadi ya mpe sekarang gak berani – berani juga gue nyatain cinta ma dia “ tutur Ije
          “Jiaaah..... cowok badung kayak loe malu nyatain cinta ???!! Ckckck... Parah !” celetuk Nenji
          “ Eh... jangan salah loe ! Gue terkenal playboy disini. Tapi untuk yang satu itu, dia cewek yang beda. Makanya sampe sekarang gue masih cari cara buat dapetin dia “ balas Ije.
          “ Iyaiya !Tampang playboy loe mang keliatan banget sih ! hehehe “
          “ Udah aah.... gak usah bahas itu lagi. Ini ni.... mading sekolah ! Loe bisa numpang tenar lewat sini !”kata Ije sambil menunjuk pada sebuah mading sekolah yang menempel didinding dekat ruangan majelis guru.
          “ Sepi banget madingnya ? “ tutur Nenji sambil membaca berita – berita dan kertas kertas yang ada didalamnya.
          “ Hmm.... iya bener ! Sepi ! Semenjak Debra udah hancur gitu, gak ada lagi ide – ide kreatif yang mewarnai isi mading ini. “tambah Ije
          “ Debra ???! Mangnya dia anak mading juga ya ?”
          “ Yups ! Dia pimpinan ekskul ini. pimpinan dari mading dan jadi pimpinan redaksi juga buat majalah sekolah. Biasanya dia selalu ikut turun tangan bantu anak – anak yang lainnya. Tapi sekarang, udah gak ada lagi. “ jelas Ije
          “ Hmm... benar – benar ancur banget ya sejak dia ditinggal pergi “
          “ Iya..., makanya sekarang tugas loe ! Balikin Debra kita yang dulu “ tambah Ije.
          “ Iyeiye ! Doain aja !” jawab Nenji sambil tersenyum. Manis.
          “ Yok lanjut tempat lain !” ajak Ije.
          Nenji dan Ije melanjuti perjalanan mereka menelusuri disetiap sudut sekolah. Ije juga memberitahukan tempat nongkrong dia dan teman – temannya. Termasuk jalan pintas mereka untuk cabut dan terlambat. Biar nggak ketahuan dan gak dapat hukuman. Semua tempat sudah mereka telusuri, dan sekarang tinggal satu ruangan dilantai tiga. Ruangan Debra !
          “ Ni... ruangan cewek loe !” tutur Ije
          “ Cewek gue ?? Debra maksud loe ?” tanya Nenji heran.
          “ Jiee... gr banget loe ! Kapan jadiannya ?? “ celetuk Ije sambil meledek Nenji.
          “ Ya trus sapa dong ? Gue kan blum punya cewek disini. “ jawab Nenji
          “ Hahaha... yaya Debra ! Teempat semedi dia disini ni ! Kalau loe kehilangan dia, nggak tau dia dimana, loe cari aja disini. Pasti ada !” jelas ije sambil menunjuk kelas kosong itu.
          “ Jadi dia keluar kelas tadi, berarti dia kesini ? “
          “ Yupz ! Loe intip aja jendelanya. Pasti ada dia. Tapi kalau lo berani... ntar jangan – jangan yang ada pas loe ngintip, bukannya Debranya yang lo liat, tapi malah yang aneh – aneh. Srrrr.... berdiri disini aja udah bikin bulu kuduk gue merinding. Gue nggak berani ngintip, bukan cuma gue ! Anak – anak yang lain juga kok !” jelas Ije.
          “ Mang ni tempat apaan sih dulu ?? Mang sih serem amat. Tapi kok Debra bisa ada didalem ? Dan kenapa dia suka benget kesini ?” serbu Nenji dengan banyak pertanyaan yang jelas memperlihatkan dirinya yang begitu penasaran.
          “ Nanya satu – satu bung ! Banyak amat ! Ini dulu kelas 3 Ipa 7. Tapi sejak 5 tahun yang lalu, kelas ini udah ditutup. Pihak sekolah memang gak ada yang beriiin jawaban secara pasti kenapa kelas ini ditutup dan dikosongin kayak gini. Digembok segala lagi. Tapi kita semua udah bisa ambil kesimpulan, kelas ini pasti angker. Dulu kita pernah dengar, semua siswi cewek dalam kelas ini pernah kesurupan dalam hari dan jam yang sama. Ngeri banget lah pokoknya ! Gue dulu pernah liat videonya mereka kesurupan. Makanya gak ada yang sama sekali berani buat masuk atau ngintip kedalam kelas ini. Dari luar aja, aura seremnya udah kebaca. “
          “ Trus kenapa Debra suka kesini ? Dan betah benget gitu ? Aneh banget sih !” tanya Nenji sambil mengernyitkan keningnya, heran melihat tingkah aneh Debra.
          “ Ya iya ! Mang lo naksir cewek aneh sih ! Hahaha.... gak juga sih. Debra cewek yang baik lagi. Dia sama sekali gak aneh. Tapi ya, kalau soal yang satu ini, ya itu memang diri dia. Katanya dia begitu tenang, waktu pertama nginjakin kakinya dikelas itu. Dari luar aja, dia udah bisa merasakannya. Dia memang suka tempat yang sepi sih. Makanya dia nyaman banget berada disini. Ya kalau udah soal itu sih, gak ada orang yang tau lagi kan penyebabnya kenapa. Menyangkut ketenangan batin soalnya. Penjaga sekolah juga udah ngasi kunci serapnya buat Debra. Jadi kalau dia mau masuk, dia gak perlu lagi minta dibukain sama penjaga sekolahnya. “
          Nenji hanya terdiam mendengar penjelasan dari Ije. Sama sekali tidak ada jawaban. Nenji tampak memikirkan sesuatu yang hinggap dikepalanya. Entah apa itu.
          “ Heh ! Kenapa loe ?? Takut yaa ? Serem kan ? Hahaha... gue udah nebak ! Gak Cuma loe lagi yang merinding berada didekat kelas ini. “ kata Ije.
          “ Hmm... iya sih. Tapi gue gak mikir seremnya itu kok. “ bantah Nenji
          “ Trus apa ? “
          “ Hmm... udahlah.. ! Gak usah dibahas ! Yuk balik ! Males gue lama – lama disini !” ajak Nenji
          “ Yeee.... bilang aja takut !!!! Hahahahahaha.... “ ledek Ije.
                                                ******
          Jam terus berdetak kencang, dan memecahkan kesunyian yang terjadi dikamarku ini. Sudah dua jam aku pulang dari sekolah dan berdiam diri dikamar. Aku belum juga makan sesuap nasi pun. Tapi memang aku tidak nafsu makan akhir – akhir ini, jadi nggak heran jam segini aku masih saja belum lapar.
          Aku berbaring ditempat tidurku, sambil mendekap sebuah foto didadaku. Lengkap dengan bingkainya sekalian. Ku mencoba untuk mendekap eratnya, untuk menghilangkan rasa sesak didadaku yang sudah lama kurasakan sejak kepergian dirinya. Bukan karna suatu penyakit atau apa lah...  Ini seperti gumpalan air mata yang tak bisa tumpah hingga harus berdiam diri didadaku. Hingga membuatku merasakan kesakitan yang luar biasa. Bukan karna aku tidak ingin mengeluarkan air mataku, tapi karna air mata ini telah habis untuknya. Aku kembali merasa kesepian sejak ditinggal pergi olehnya.
          Ku mencoba bangkit dan duduk kembali diatas tempat tidurku. Rasa rindu yang begitu dalam semakin membuatku terpukul jika setiap kali membayangkan kalau memang dirinya tak ada lagi disini. Tapi hingga sekarang, aku masih berkeyakinan kalau dia masih ada. Mengingat isi suratnya yang dia tulis untukku. Ya.. memang dia telah pergi. Tapi yang pergi adalah raganya, bukan jiwanya. Melihat fotonya yang sedari tadi kudekap erat, membuat hatiku sedikit nyaman dan tenang.
          Garis – garis wajahnya yang memancarkan sosok jiwa yang begitu lembut. Bibirku tersenyum simpul melihat gambar foto seseorang yang sangat kucintai itu.
          “ Sore sayang..... “ sapaku pada sebuah foto yang sama sekali tak bergerak dan tak menjawab ucapanku itu.
          “ Sekolah begitu sepi sejak gak ada kamu lagi. “ lanjutku berbicara pada foto Yoga tersebut. Mungkin keliatan aneh. Tapi sungguh sangat biasa bagiku.
          “ Hmm... aku kangen kamu banget Yoga. Makan dikantin bareng kamu, pergi sekolah bareng, dan bantuin aku ngerjain tugas sekolah diperpus. Tapi sekarang udah gak ada lagi. “ tuturku dengan raut muka yang sedih sambil mengusap lembut fotonya.
Meski tidak ada jawaban sama sekali, aku ingin tetap melanjutkan perbincanganku dengan foto Yoga. Ini adalah hal yang sudah biasa dan sangat lama kulakukan. Bahkan sejak Yoga masih hidup. Setiap pulang sekolah, aku selalu cerita padanya tentang apa saja kejadian yang telah terjadi dalam satu hari ini. Aku memang biasa curhat padanya. Lewat telefon, sms, atau ketemu langsung dengannya. Tapi sekarang memang keadaanya berbeda. Dulu aku cerita langsung padanya, dan sekarang aku hanya bisa cerita pada fotonya saja. Menyedihkan..... tapi mungkin ini yang bisa membuat aku tenang.
“ Eia Yoga... aku mau cerita. Tadi ada anak baru disekolahku. Dia juga masuk kelas aku. Namanya Nenji. Nama yang aneh..... dan dia...... “ Hmm... aku terdiam sejenak untuk bisa melanjutkan ceritaku kembali. Sulit juga untuk menceritakan dan mendeskripsikan cowok baru ini pada kekasihku Yoga. Aku teringat isi surat dia, yang menyuruhku untuk membuka hatiku kembali setelah kepergiannya. Tapi sampai sekarang, hal itu tetap saja belum bisa aku lakukan.
“ Dan dia sangat mirip sekali dengan Pasha. Aku akui itu. Tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya !” ucapku. Aku memandang foto Yoga lebih lama dan dalam. Seolah – olah dia juga ikut berbicara padaku. Aku seperti merasakan kalau dia tidak sependapat dengan ucapanku tadi.
“ Iya Yoga... aku tahu ! Kamu memang nyuruh aku untuk buka hati buat orang lain. Tapi aku nggak bisa Yoga. Aku nggak bisa lupain kamu. Aku nggak bisa mencintai orang lain. Yang ada dihatiku cuma ada kamu, kamu dan kamu. Gak ada nama lain dihatiku. “ tambahku.
“ Kamu bilang nggak bisa, karna kamu belum mau mencobanya. “ sahut seseorang yang sejak tadi sudah berdiri sambil bersandar dipintu kamarku yang telah terbuka.
“ Chiko ??? Sejak kapan loe ada disana ? “ tanyaku heran melihat kedatangannya.
“ Sejak loe mulai gila dengan aktifitas bodoh loe sehari – hari itu ! “ tutur Chiko dingin.
“ Maksud loe apa ? “
  Ya... aktifitas gila loe ! Tiap hari ngajakin tu foto ngomong. Mangnya ada jawaban apa dari dia ? Mau sampe kapan loe kayak gini dek ? Yoga tu udah pergi, loe harus bisa lepas dari bayang – bayang dia !“ ucap Chiko
“ Nggak segampang itu kak ! “ jawabku singkat.
“ Okey ! Gue bisa ngerti kalo loe nggak bisa lupain dia secepatnya. Tapi loe harus bangkit dong dek. Loe jangan kayak gini terus. Coba dong hadapi dunia luar dengan senyuman loe yang dulu. Dengan keceriaan loe ! Gue kangen dek sama loe ! Gue kangen sama diri loe yang dulu !! “ kata Chiko dengan suara serak menahan tangis yang akan keluar dari dirinya nanti.
Aku hanya diam dan tak bisa mengeluarkan kata – kata apapun. Chiko pun mulai jenuh untuk menunggu jwaban dari aku lagi. Karna memang terkadang jika aku tak bisa menjawab apa – apa lagi, mungkin sampai matahari terbenam-pun dia menunggu jawabanku, aku tidak akan mengeluarkan suaraku.
“ Yaudahlah... loe makan gi dek ! Daritadi pulang sekolah belum ada makan gue liat. “ lanjut Chiko.
“Maafkan aku Chiko... aku nggak bermaksud bikin kamu sedih dan panik karna keadaanku sekarang. Tapi memang ini yang bisa aku lakukan untuk mengendalikan diriku dan membuatku tenang kembali “ ucap batinku lirih.
***
          “ Lesu amat Ko, kenapa loe ? “ tanya Niko sambil membawakan Chiko sebotol minuman fanta yang masih dingin di kantin sekolah pagi itu.
          “ Gue mikirin Debra. Lama – lama dia makin gila dan aneh aja tau nggak. Gue khawatir kalau sampe ini akan berpengaruh pada kejiwaannya. “
          “ Maksud loe dia jadi gila gitu ? “
          “ Ya bisa jadi.. “ jawab Chiko singkat dan pasrah
          “ Trus loe mau diemin adik loe kayak gitu aja ? “
          “ Ya nggak lah... gue masih cari cara yang tepat buat ngembaliin dia kayak dulu lagi. Tapi gue nggak tau itu apa “
          Sedang asyiknya Chiko dan Niko ngobrol dalam pembicaraan yang serius, Nenji dan Ije datang bersamaan sambil tertawa dalam omongan mereka. Nenji dan Ije duduk tidak terlalu jauh dari meja Chiko dan Niko. Nenji dan ije langsung memesan makanan dan minuman yang akan disantapnya. Tampak Chiko yang sedang memerhatikan Nenji masuk dari tadi.
          “ Gue denger – denger dia suka ma adik loe. “ tutur Niko yang mengetahui tatapan Chiko tertuju pada siapa.
          “ Ya.. tapi adek gue sama sekali nggak “
          “ Ya kan masih awal – awal gini, ntar lama – lama pasti adek loe juga suka. Mirip idolanya gitu, masa dia sama sekali nggak tertarik. “
          “ Loe pikir Debra yang dulu sama apa ma debra yang sekarang ? Nggak lagi, sekali dia bilang nggak suka, ya tetap nggak suka. “ jelas Chiko
          “ Gue rasa cowok itu pinter naklukin hati cewek – cewek yang ada disini. Loe lihat aja tu....” tunjuk Niko yang memerhatikan cewek – cewek disekilingnya pada asyik mandangin wajah tampan Nenji.
          “ Haloo Nenji, pagi – pagi udah ada dikantin aja.. laper ya ?? Nggak sempat sarapan dirumah ?? Kalo nggak besok gue buatin deh buat loe. “ tutur salah seoarang cewek genit menggoda Nenji yang sedang asyik berbicara dengan Ije itu.
          “ Bawain gue sarapan ?? Hahaha... boleh ! Asal gak ngeropotin loe aja “ jawab Nenji lagi yang tak kalah menggoda dengan tatapan nakalnya itu.
          “ Beneran ni ?? Besok gue bawain ya ! Awas loh kalo nggak dimakan !” ancam gadis centil itu.
          “ Siiip dah ! Makan gratis sapa yang nolak “ balas Nenji
          “ Yaudah.. aku tinggal dulu ya. Daah... “ ucap gadis itu menggoda sambil berlalu pergi meninggalkan Nenji dan Ije.
          “ Gila loe.. tu cewek bisa nanggepin serius tau nggak!” tutur Ije
          “ Bodo amat ! Mau nanggepin serius atau nggak !” jawab Nenji santai.
          “ Eh cewek – cewek disini tu pada suka sama loe ! Loe liat deh tu, daritadi mereka Cuma mandengin loe doang. “
          Nenji mulai membalikkan badannya dan melihat keadaan sekelilingnya. Sontak gadis – gadis yang dari tadi menatap Nenji, melambaikan tangannya. Nenji pun juga langsung membalas dengan senyuman menggodanya yang nakal itu.
          “ Hehehe... maap ya, kegantengan loe kalah saing ma gue. Sorry kalau fans loe pada beralih ke gue “ jawab Nenji becanda pada Ije.
          “ Sialan loe ! Songong amat ! Gue masih punya fans yang setia lagi” tutur Ije yang tak mau kalah.
          “ Ooo yaa ? Sapa coba fans setianya ? “
          “ Loe Nenji ya ?” ucap salah seorang cowok yang datang menghampiri meja Nenji dan Ije.
          “ Iya gue Nenji. Kakak pasti Chiko ya ? Kakaknya Debra. “ jawab Nenji sopan sambil mengulurkan tangannya.
          “ Iya.. loe tau dari ije ya ?” balas Chiko ramah.
          “ Iya kak “
          “ Ada apa ni kak ? ada urusannya ma Debra ?” tanya Ije langsung pada sasarannya.
          “ Iya.. loe tau aja Je !” sahut Niko yang berdiri disamping Chiko.
          “ Nenji loe bisa bantu gue nggak ? “ tanya Chiko serius.
          “ Boleh... bantu apa ni kak ? Kalau tujuannya buat Debra, gue siap kok bakal lakuin apaaa aja. Asalkan kakak ntarnya ngerestuin gue ma Debra “ jawab Nenji santai.
          “ Hehe.. itu ntar urusannya gampang. Gue serahin semuanya ma Debra. Sekarang loe bantu gue aja dulu “
          “ Okey... apa yang bisa gue lakuin ? “                                                                                                            ***
          Semakin hari omongan cewek – cewek disini, slalu saja seputar Nenji. Lama – lama aku ikut muak juga mendengarnya. Seperti tak ada pembahasan lain yang lebih penting aja. Sahabatku juga tak henti – hentinya, membanggakan Nenji didepanku. Bahkan tak sesekali mereka menyuruhku melayani pendekatan Nenji dengan senang hati terhadapku.
          “ Ra... jangan ketus – ketus mulu dong ma Nenji ! Kasian dia.. cowok secakep gitu, malah dijutekin ma loe. Ntar bisa – bisa fansnya pada marah loh, dan nganggep loe cewek sok jual mahal lah, ini lah, kan nggak enak didenger Ra” ucap Shiren.
          “ Fans... kayak artis papan atas banget dia “ tukasku
          “ Yee mang iya ! Disini kan dia diidolain banget ma cewek – cewk sekolahan. “ jawab Echa.
          “ Hu uh... dan sayangnya sekian banyak cewek yang mau ma dia, yang dia suka Cuma loe ! Tapi loe nya malah kayak gitu “ tutur Chika.
          “ Kenapa sih pada sibuk banget ngurusin soal ini ? Nggak penting tau nggak ! Capek ya ngomong hal yang nggak bermutu kayakl gini !” tukasku sambil beranjak meninggalkan mereka.
          “ Hmm... pergi lagiii ! Diajakin ngomong malah kayak gitu !” ucap Chika dengan ketus.
          “ Mau kemana Ra ? Ke kelas kosong itu lagi ? “ tanya Echa, walau tidak mendapat jawaban sedikitpun dariku.
                                                          ***
          Aku nggak mengerti mengapa semua oarang ingin sekali menjodohkan aku dengan Nenji. Apa mereka sama sekali nggak ada mikirin tentang perasaanku sedikitpun apa ?? Memangnya mereka pikir melupakan Yoga semudah membalikkan telapak tangan ? Nggak segampang itu. aku benar – benar jenuh dengan omongan mereka yang slalu berkutik tentang itu saja.
          Semakin hari membuatku nggak betah berada dikeramaian terutama didekat mereka yang selalu membicarakan tentang Nenji. Apalagi jika dikelas atau dimana aku berada, selalu saja bertemu dengan Nenji, yang tak pernah henti – hentinya untuk mengusikku dan berusaha mengajakku berbicara dengannya. Tapi tetap saja, tingkahnya membuatku bertambah kesal dengan perlakuan bodohnya itu. Makanya aku lebih memilih berlama – lama diruanganku ini. Ruangan dimana hanya ada aku. Dan tak seseorangpun yang berani masuk ke kelas kosong ini. Termasuk Nenji. Dia tidak akan berani mengikutiku sampai kekelas ini. Aku berani menjamin itu.
          Sampai sekarang tidak ada yang berbeda dari kelas ini. Masih saja mengerikan. Tapi entah mengapa hingga detik ini aku tetap merasakan kenyamanan yang luar biasa. Walau debunya samakin menumpuk tebal dan membuat nafas menjadi sesak. Lumut yang menempel dijendela juga semakin banyak dan hampir membuatku tak bisa lagi melihat indahnya pemandangan diluar sekolah.
          “ Kreek.. kreek “ terdengar suara orang yang mencoba membuka pintu dari luar kelas ini. Ganggang pintu juga tampak bergerak karna dipegang oleh seseorang. Sepertinya ada yang mencoba ingin masuk. Tapi siapa ? Berani sekali dia ??
          “ Siapa ? “ sontak suaraku langsung keluar memastikan benar atau tidak ada orang dibalik pintu itu. Pintu itu pun sekarang benar – benar terbuka. Dan seoarang laki – laki dengan tubuh tinggi dengan badan yang proporsinal ditambah dengan dadanya yang bidang. Sepertinya aku mengenal siapa lelaki ini.
Mulai dari gerak jalannya yang mungkin sedikit bungkuk, tapi tetap kelihatan keren. Gaya jalan idolaku. Tapi aku masih tak melihat wajahnya dengan jelas, karna disini begitu gelap dan hanya ada sedikit cahaya dari luar jendela yang tlah tertutupi dengan lumut itu.
          “ Gelap amat tempatnya ! Kirain gak ada loe disini. Abisnya nggak ada keliatan orang sama sekali. Untung aja loe udah ngeluarin suara, kalau nggak gue bisa keluar lagi ni dari tempat yang katanya mengerikan ini. “ suara seorang cowok yang sudah kukenal. Dia berbicara sambil berjalan menghampiriku. Tapi masa iya itu dia ?? Berani sekali dia masuk ketempat ini.
          “ Nenji ?? “ tanyaku memastikannya.
          “ HeHeHe.. ternyata loe hafal dan tau banget ya suara gue ! Diam – diam loe perhatian juga ya ma gue ??? “ ucapnya yang tak pernah lepas dari kata – katanya yang selalu menggodaku itu.
          “ Perhatian ? Kurang kerjaan banget ! “ jawabku ketus.
          “ Alaah... gak usah malu – malu. Cuma ada kita berdua disini ! Nggak akan ada yang denger ! Lo bisa kok dengan terus terang bilang kalau loe juga sebenarnya suka sama gue “ bisik Nenji ditelingaku dengan rayuan mautnya itu.
          “ Loe ge –er banget ya jadi orang. Bisa nggak sih berhenti buat ngusik hidup gue !” tuturku yang sudah mulai jenuh dengan sikapnya itu.
          “ Nggak bisa !” jawabnya santai dengan melihat seisi ruangan ini.
          “ Kenapa ??!!”
          “ Karna gue suka sama loe !” Nenji menatapku dalam. Tatapan yang indah... Uupzz ! Inget aku lagi marah sama dia. Aku nggak boleh terpesona begini padanya. Aku akui dia memang tampan, ganteng, cakep dan apa lah... tapi untuk saat ini hatiku masih bersama Yoga. Jadi aku nggak akan pernah terayu oleh omongannya itu.
          “ Loe pikir gue bakal seneng denger ucapan loe barusan ?? Trus ntar gue bilang, Gue juga suka sama loe Nenjiii..... loe pikir gue bakal ngomong kayak gitu apa ? Sama seperti cewek – cewek yang selama ini mengharapkan kata – kata itu keluar dari mulut loe pada mereka. Nggak ya Nenji ! Gue nggak sama kayak cewek – cewek lainnya yang menggilai loe ! Dan semakin lama gue semakin jijik tau nggak dengan sikap loe yang nggak pernah henti – hentinya buat ganggu gue !” kataku dengan nada suara yang marah dan kesal padanya.
          “ Nggak ! Gue sama sekali nggak ada berpikiran seperti itu. gue tau loe beda dari mereka. Makanya gue suka sama loe,dan............. mungkin bisa dibilang cinta. “ katanya berbisik lagi ditelingaku. Aroma nafasnya yang begitu segar, memberikan kehangatan dan keteduhan pada jiwaku.
Nggak !! Bicara apa aku barusan ?? Tampangnya aja udah penggoda wanita banget ! Dia pasti cowok yang playboy, dan kata – kata ini juga pasti sudah sering dikeluarkannya pada cewek – cewek lain. Ingat Debra.... ! Kamu masih sangat mencintai Yoga !
          “ Kenapa diem ? Loe juga suka sama gue??“ tanya dia yang semakin menggoda ku itu.
          “ Dasar orang gila ! “ bentakku dan berjalan meninggalkannya.
          Dia mengambil tanganku dan mengenggamnya dengan sangat erat. Menghalangiku untuk pergi keluar dan meninggalkannya sendiri disni. Hangat. Dan jujur, genggamannya memberiku kenyamanan. Tapi kesadaranku masih kurasakan, aku cepat – cepat berusaha melepaskan genggaman itu dari tangannya.Tapi dia sungguh kuat. Kuat tapi sama sekali tidak terasa sakit bagiku. Dia sungguh sangat mengerti bagaimana memegang erat tangan wanita.
          “ Lepasin nggak ?? Gue mau keluar !” bentakku padanya.
          “ Ngapain keluar ? Gue masih pengen berduaan sama loe. “ jawabnya yang semakin gila itu.
          “ Loe jangan gila ya ?? Ini tempat bahaya ! Banyak setannya ! Bisa – bisa loe kerasukan setan dan bertingkah yang nggak – nggak sama gue !”
          “ Maksud loe apa ? Gue bakal perkosa loe gitu ??!! Ya ampun Ra... Ra.. pikiran loe sempit banget sih ! Loe pikir tampang gue ada tampang mesum gitu ?” tanya Nenji santai dengan senyuman manisnya yang semakin menggoda dan tetap tidak melepaskan genggaman tangannya itu.
Tampangnya memang memperlihatkan cowok baik – baik, tapi aku ingin cepat – cepat keluar dari sini. Aku tidak ingin berlama – lama bersamanya. Apalagi melihat wajahnya yang innocent itu. Aku takut jatuh cinta padanya. Aku belum kuat untuk saat ini.
“ Emang nggak ada. Tapi yang namanya setan kan bisa masuk gitu aja ke tubuh loe, dan berbuat yang nggak – nggak ! Dan gue takut ! “ tambahku.
“ Tuuh... kan loe tau kalau disini banyak setannya dan bisa bikin loe juga kerasukan. Trus kenapa loe betah banget disini ?”
“ Terserah gue ! Gak ada hak loe ikut campur !” tukasku
“ Berarti juga jadi hak gue untuk jatuh cinta sama loe, dan nggak akan ngelepasin loe gitu aja ! Loe nggak bisa ngelarang gue buat ngedeketin loe terus.” Jawabnya yang tak mau kalah. Jawaban yang lembut dengan suaranya yang tetap merdu dan menggoda itu.
“ Terserah loe ! Gue capek tau nggak !” jawabku yang tak pernah menatap matanya.
“ Kenapa loe nggak mau natap mata gue ?” ucapnya serius.
“ Pertanyaan nggak penting ! Lepasin tangan gue ! Gue mau keluar !”
“ Gue nggak akan ngelepasin tangan loe, sebelum loe jawab pertanyaan gue !” tutur dia yang masih bersikeras menggenggam erat tanganku.
“ Gue... gue nggak bisa jawab ! Udah dong lepasin tangan gue !” rintihku padanya yang pura – pura merasa sakit. Padahal sebenarnya tidak, aku hanya berusaha mengalihkan pertanyaannya yang semakin bisa menebak isi pikiranku itu.
“ Jangan pura – pura ngerasa sakit deh ! Pake ngerengek segala ! Genggaman gue gak sakit kok. Jawab aja dulu “ ucapnya lembut. Tuuh kan.. dia semakin bisa menebak pikiranku. Aargh.... !! Aku semakin tak bisa berkutik.
“ Loe takut jatuh cinta sama gue ?” Pertanyaannya dengan santai dan semakin tepat pada sasarannya. Dia terus membuyuriku dengan pertanyaan – pertanyaannya yang membuatku tak tau harus menjawab apa.
Aku hanya bisa diam dan menundukkan wajahku kebawah. Aku semakin takut untuk menatapnya. Kurasakan hembusan nafasnya tepat dimukaku. Dia mendekati wajahnya pada mukaku. Ya Tuhan... apa lagi yang mau diperbuat cowok gila ini ?? Nggak cukup apa dia mencoba merayuku setiap hari yang tak pernah bosan – bosannya dari mulai dia masuk kesekolah ini sampe sekarang, 3 minggu setelah dia menjadi anak baru itu.
Wajahnya semakin dekat ada dihadapanku, desah nafasnya sangat terasa jelas menghangatkanku. Hembusan nafasnya yang segar. Aku semakin tak berkutik. Kakiku gemetar dan takut kalau – kalau cowok ini berbuat nekat dan gila. Dan kini bibirnya mencoba mendekati bibirku. Ya Tuhan jangan sampai dia mencoba untuk......
“ Hahaha... gitu aja udah takut ! Tenang aja, gue nggak segila itu kali !” katanya sambil tertawa lepas dan mengusap rambutku. Dia pasti tahu, aku sungguh gemetar dan takut padanya tadi. Dan dia pasti mengetahui, apa yang ada didalam pikiranku.
“ Udahlah... masuk gi kekelas ! Jangan bolos terus dari jam pelajaran ! Sayang kaan ? Loe kan pinter, masa jadi males gini belajarnya. Habis ini loe masuk dalam kelas yaaa “ katanya dengan penuh perhatian, lembut dan sangat menenangkanku.
Ucapannya lembut dengan senyumnya yang sudah pasti manis itu. Walau aku hanya melihatnya sekilas. Sekali lagi, aku nggak mau menatap dia. Dia berkata sambil megusap kepalaku lagi. Perhatian yang begitu tulus.
“ Makasi ya.“ kata – kata itu terlontar dari mulutku. Aku sendiri tak mengetahui tujuannya untuk apa. Entah untuk perhatiannya itu, atau karna dia yang tidak jadi menciumku. Hmm... entahlah !
“ Makasi juga yaa... udah mau bicara banyak sama gue. “ katanya sambil tersenyum menatapku dalam.
Aku tak menjawab sepatah katapun padanya lagi. Aku langsung pergi keluar meninggalkannya. Cowok aneh yang sudah 3 minggu ini selalu saja mengusikku dengan rayuan gombalnya itu. Bahkan dengan nekatnya dia berani masuk dalam kelas kosong yang ditakuti semua orang itu kecuali aku. Entah apa yang diinginkan oleh laki – laki ini. Hmm......
                                                ***
Aku menuruti kata – katanya tadi. Aku segera masuk ke dalam kelas. Dan ternyata dia juga mengikutiku dari belakang. Dia berjalan dengan santai tapi tampak seperti mengawasiku, kalau – kalau aku nggak jadi masuk kedalam kelas. Hingga sekarang aku masih merasakan gemetaran pada tubuhku. Apalagi mengingat kejadian tadi. Kejadian yang membuat dia hampir menciumi bibirku. Aahh... untung saja itu tidak sempat terjadi. Tapi hembusan nafasnya masih terasa hangat olehku sampai saat ini.
“ Loe kenapa Ra ? Pucat amat ??” tanya Shiren yang duduk didepanku. Dia langsung membalikkan badannya, mendapatiku yang masuk dengan wajah yang pucat, ketakutan dan tubuh yang gemetar. Nenji pun juga masuk kekelas, tapi keliatan sangat tenang dan santai. Sangat jauh berbeda dengan aku.
“ Nggak kenapa – napa kok. “ jawabku singkat, berusaha tampak tenang.
“ Loe apain dia hah ? Gimanapun juga dia sahabat gue tau nggak !” tanya Ije pada Nenji yang baru datang dan duduk disebelahnya itu.
“ Weees... Nanya loe kayak gitu banget ! Ya nggak gue apa – apain lah. Mangnya bisa berbuat apa gue ma dia ? Bisa mati gue ma Chiko, niat gue buat nolongin. Masa gue mau hancurin dia sih ? Ya nggak mungkin lah Je.. tenang aja lagi ! “ jawab Nenji santai
“ Trus kok dia pucat amat gitu ? Masuknya barengan lagi ma Loe.. dia kenapa ? “ tanya Ije khawatir
“ Dia shock aja kali, gue berani masuk kedalam ruangan dia. Kan biasanya nggak ada orang yang berani masuk kesana “
“ Loe jadi masuk kekelas itu ? “ tanya Ije nggak percaya
“ Iya.. kenapa emang ??”
“ Bukannya loe takut ya ma kelas itu. Dan loe bilang ke gue, kalau loe takut ma kegelapan. Kok loe bisa – bisanya berani masuk kesana ?”
“ Ya emang iya. Tadi waktu baru nginjak kaki gue didalemnya aja, bulu kuduk gue langsung merinding. Ngeri banget euy ! Tapi gue bersikap santai aja, malu dong dihadapan dia masa gue takut. Banci banget gue jadi cowok !” jawab nenji yang mulai menceritakan gimana dia menahan rasa takutnya itu ketika berada didalamnya.
“ Trus tentang ketakutan loe ma kegelapan gimana ? Bentar – bentar.... loe nggak ngapain – ngapain dia kan didalem sana ??” serbu Ije dengan banyak pertanyaan.
“ Wooohooo... pertanyaan loe mulai nggak waras nih ! Maksud loe apa nanya kayak gitu ! Loe pikir gue cowok  apa ? Ya nggak lah.. gue masih mikir kali Je buat ngelakun hal kayak gitu. Gue tu sayang banget ma dia. Gue nggak mungkin mau nyakitin dia sedikitpun. Jangan asal nanya loe ! “ jawab Nenji
“ Iyaiya... sorry deh ! Gue percaya sama loe..., tapi loe belum jawab pertanyaan gue. Kok loe mau – maunya sih ?? Kan loe takut banget ma kegelapan, berani banget masuk kesana “
“ Hahaha... gue coba ngalahin rasa ketakutan gue je. Mau nggak mau, gue harus beraniin diri buat masuk kesana. Lagian juga buat Debra gini... apapun gue lakuin deh buat dia, nyawa juga gue kasih ! Pokoknya..... Anything For You laahh.... “ tutur Nenji dengan santai tertawa sangat manis.
“ Hahaha... Gila loe ! Tapi gue salut sama loe ! Lanjut Jii... gue dukung banget loe ma Debra ! Kejar dia terus.. ! Luluhin hati dia bro ! “ dukung Ije
“ Siiip... Beres Je “ balas Nenji
                                               





Sweet memory

Dimalam yang dingin itu, Nenji berdiri sendirian di teras balkon kamarnya sambil memegangi sebuah bingkai foto ditangannya. Foto seeorang gadis berparas ayu dan lembut yang tertera disana.  Nenji memandangi foto itu dengan wajah yang sedih dan tatapan yang begitu dalam. Tergambar dari wajah Nenji, dia seperti sangat merindukan gadis itu.
Dibelainya foto itu dengan lembut, sambil tersenyum manis. Sesekali Nenji memejamkan matanya dan menarik nafas dalam – dalam, sambil mendekap hangat foto itu pada dadanya. Wajah Nenji yang sehari – harinya slalu tampak ceria, tapi kini jauh berbeda dimalam itu. Nenji hanya terdiam dan terus menatap foto itu. Tatapan yang penuh dengan kerinduan.
“ Kangen ya sama dia ?? Hmm... lagi apa ya dia sekarang ?? Dia liat kita nggak ya disini ? “ sapa seorang cewek yang tiba – tiba datang merangkul Nenji dan menyandarkan kepalanya dibahu Nenji. Sambil menatap kelangit cerah, yang malam itu dipenuhi dengan bintang – bintang.
“ Hmm... kakak ? Kirain siapa... iya kak, dia lagi apa ya sekarang ? Gue rasa dia lagi liat kita deh dari atas sana.. “ sahut Nenji pada kakak kandungnya yang cantik itu, Nindy.
“ Orang baik, biasanya memang dipanggil lebih cepet. “ tambah gadis cantik berkulit putih itu.
“ Berarti kita nggak baik dong ?? Kok nggak dipanggil ?” celetuk Nenji
“ Hehehe... nggak gitu juga sayang maksud aku “ ujar Nindy sambil mengusap rambut adik tampannya satu itu.
“ Gue kngen kak sama dia... kangen sama suara lembutnya, tawanya,becanda – becanda bareng ama dia. Dan sikapnya yang slalu bikin hati gue teduh “ tutur Nenji sedih
“ Cinta pertama memang sulit buat dilupain dek... gue juga yakin, dia disana juga pasti sangat merindukan loe. Makanya dia nggak pengen liat cowoknya yang ganteng ini malah bersedih kayak gini “
“ Nggak nyangka aja, udah hampir dua tahun dia ninggalin gue untuk selamanya “
“ Iyaya.. kalau dihitung – hitung, beberapa bulan lagi, udah cukup  banget 2 tahun loh ! Masa sih sampe sekarang, adik gue yang satu ini terus – terusan jomblo dan memikirkan dia ? Apa nggak kepengen punya pacar baru lagi dek ?? Udah ada disekolah baru, mangnya gak ada yaa, yang bisa bikin loe jatuh cinta lagi ??” tambah Nindy
“ Ada sih... “ ujar Nenji sambil tersenyum manis sendiri.
“ Oh yaa ?? Siapa ? Kok loe nggak ada cerita sih sama gue ?? Curang loe dek, gue kan biasanya slalu cerita ma loe tentang apaaa aja. Masa sekarang adik gue lagi jatuh cinta, gue nya gak tau sama sekali “ tutur Nindy manja sambil manyun gitu.
“ Hoho.. jangun manyun gitu dooong ! Jelek tau ! “ canda Nenji sambil mencet hidung kakaknya yang mancung itu.
“ Ya cerita dong sama gue, gimana dia !”
  Ya dianya sih nggak ada respon apa – apa. Malah ketus banget ama gue. Dari sekian banyak cewek – cewek disana, dia aja yang bersikap dingin ma gue. “
“ Hah ? Masa sih ? Tumben banget loe dikacangin ama cewek ?? Biasanya kan loe yang selalu ngacangin mereka ?? Hahaha... Pasha Ungu dicuekin !! “ ledek Nindy.
“ Ya makanya itu yang bikin gue penasaran. Padahal dia ngefans banget loe ma Ungu, tapi dia sama sekali nggak suka sama gue “
“ Aneh yaa.... ! Kenapa sih ?? Mangnya dia cantik banget ya ?”
“ Loe tau nggak lagu Izinkan Aku dari Ungu ?? Loe deskripsiin aja ndiri dari lyric tu lagu. Ntar loe pasti bisa gambarin gimana cewek yang sekarang. “ ujar Nenji.
Nindy pun langsung mengernyitkan keningnya, sambil memikirkan setiap bait dalam lagu itu. Dan untuk kemudian dia melirikkan matanya pada Nenji sambil tersenyum simpul.
“ Jangan bilang loe jatuh cinta ama dia yang sekarang, karna dia..... “ ujar Nindy yang tidak melanjutkan tebakannya itu.
“ Yup ! Loe bener kak ! Sejak pertama gue ngeliat dia, gue juga kaget banget. Kok bisa yaa ? Dan lama – lama gue tatap dia, hati gue ngerasa nyamaan banget. Teduh banget lah pokoknya. Dan sejak itu, gue terus cari tahu dan deketin dia. Dan gue makin yakin, mereka berdua benar – benar mirip. Walaupun ada beberapa karakter mereka yang gue liat berbeda. Ya jelaslah, gak ada orang yang sama persis. Kembar asli juga belum tentu sama kan ?? Mungkin awalnya gue memang jatuh cinta karna dia yang dulu, tapi sekarang gue semakin yakin, kalau gue jatuh cinta sekarang bukan karna dia lagi. Tapi memang, gue benar – benar ada rasa feel ama jiwanya yang sekarang, Debra ! “ jelas Nenji.
“ Namanya Debra ?? Lucu yaa... trus kenapa coba dia bisa nggak ada respon gitu ama loe ?” tanya Nindy lgi.
“ Dia baru aja kehilangan cowoknya. Cowoknya meninggal kurang lebih 2 bulan yang lalu lah. Makanya maklum aja, kalau dia belum bisa buka hati buat orang lain “
“ Ooo... gue kira dia sok jual mahal juga ma loe ! Ya udah kalau gitu usaha dong ! Kejar dia terus.. kalau loe yakin Debra benar – benar yang terbaik buat loe. Dan satu – satunya orang yang bisa gantiin dia, loe jangan pernah menyerah buat naklukin hati Debra. Buat dia bisa buka hatinya untuk loe, gantiin posisi cowoknya yang lama “ nasehat Nindy.
“ Ya kak.. cuma dia yang bisa bikin gue jatuh cinta lagi. Gue bakal berusaha dapetin dia. Makasi ya semangatnya kakakku sayang, kakakku yang paling cantiiik... “ ujar Nenji sambil memeluk erat kakaknya itu. Keakraban kakak adik yang luar biasa. Kasih sayang mereka begitu erat satu sama lain.
“ Iya adiikku sayang yang paling ganteng ! Tapi... ntar kalau loe udah bisa dapetin dia, jangan lupa kenalin dia ke gue yaah !” jawab Nindy sambil membalas pelukan sayang adiknya itu.
“ Siip ! Gue janji ma loe ! Ntar kalo dia udah mulai ngerespon dan baik hati ma gue, gue bakal kenalinnya langsung sama si Nindot jelek satu ini “ kata Nenji dengan penuh semangat.
“ Katanya tadi cantiiik.... gimana sih ??! Malah bilang jelek sekarang !’ rengek Nindy manja.
“ Hahaha.. iyaiya ! Nindy cantiikku ! “ ujar Nenji tertawa becandain kakaknya itu.
                                                ***
“ Dua hari lagi “ gumamkuku sambil melihat kalender dibuku diary kecilku, yang dibulatkan pada tanggal 3 Mei.
Aku tersenyum pada diary kecil itu dan kemudian memasukkanya kembali pada tas sekolahku berwarna Ungu. Ini adalah tanggal pertama dibulan Mei. Biasanya ditanggal ini, aku sudah mempersiapkan rencana yang akan aku dan Yoga lakukan ditanggal 3 itu. Tapi kini, mungkin tak ada lagi. Karna sekarang, hanya ada aku sendiri.
“ Mau liburan kemana dek 3 hari lagi ?” tanya Chiko membuka pembicaraan ketika kami berdua didalam mobil menuju sekolah.
“ Belum tau... mungkin dirumah aja. “ jawabku singkat. Liburan yang dimaksudkan Chiko adalah liburan kami siswa kelas 2 dan kelas 1. Karna selama satu minggu lebih kami akan diliburkan, sebab siswa kelas 3 akan melaksanakan Ujian Nasional.
“ Eh anak baru dikelas loe gimana ceritanya ? Kenapa nggak pergi bareng dia aja liburan besok ni ?” tanya Chiko dengan bersemangat.
“ Penting ya bahas dia ?? “ jawabku ketus.
“ Dia keliatannya anak yang  baik dek, setia banget lagi kayaknya “ tambah Chiko.
“ Kalau gitu loe aja ma dia “
“ Masa jeruk makan jeruk ! Kenapa sih loe nggak mau banget ma dia ? Dia kayaknya serius banget naksir ma loe !”
“ Kalau sekali lagi loe ngomongin tentang dia, gue turun dan naik taksi kesekolah “ kataku mulai marah sama Chiko.
“ Maapmaap ! Nggak bahas itu lagi deh... “ ujar Chiko pasrah mengikuti kata – kataku.
Sekolah memang masih sepi pagi itu. Banyak yang belum datang. Parkiran sekolah pun bisa dihitung kendaraanya ada berapa aja.
“ Tiiit...tiiiit “ suara klakson mobil merah yang satu – satunya disekolah.
“ Pagi Pak Dirmaan....... ! Baru potong rambut yaaa ??? Hmm... keren sih daripada yang dulu. Tapi lebih cakep kalau dimohakin deh Pak, Wajah Bapak cocok soalnya ! “ sapa cowok itu panjang lebar dengan membuka kaca mobilnya.
Dia tampak sangat akrab sekali dengan Pak Dirman. Buktinya saja Pak Dirman menanggapi omongan dia, dan mereka pun jadi berbicara lebih panjang berdua. Padahal baru 3 minggu lebih disini, tapi dia benar – benar kaliatan sangat akrab dengan orang – orang yang berada disekolah ini. dia memang sangat pandai bergaul dan ramah. “Hmm Nenji Nenji...............” gumamku dalam hati sambil tersenyum. Tersenyum ??? Waw.. ! Baru kali ini bisa tersenyum melihat tingkah cowok itu.
“ Tersenyum ngeliatin sapa ?? Anaknya mang supel yaa, gampang banget deket ma orang “ ujar Chiko.
Aduuh... Chiko ternyata memerhatikanku daritadi yang sedang asyik melihat Nenji. Semoga saja tidak ada perubahan yang berarti dari mukaku tadi selain senyuman yang kupancarkan.
“ Gue turun duluan. “ balasku yang tak mau menghiraukan perkataan Chiko menyangkut Nenji tadi. Aku tidak ingin terlalu banyak membicarakan cowok itu.
“ Heii... Pagi maniiis ! Pemandangan yang menyejukkan mata banget nih dipagi hari !!” sapa Nenji yang juga baru turun dari mobilnya. Dan seperti biasa, aku tidak mau menghiraukannya. Aku terus berjalan menuju kelasku. Dan aku pun tau, dia langsung mengejarku. Dan berjalan berdampingan denganku.
“ Pagi – pagi aja kita udah ketemu.. biasanya kata orang jodoh loh !!” sahut nenji lagi, berusaha mengajakku berbicara. Tetap saja, aku tak mau memberikan tanggapan apapun pada cowok itu.
“ Mungkin enak kali yaa... kalau kita berdua lagi di kelas itu. Gelap – gelapan, sunyi, nggak ada orang daaan..... “ Nenji pun nggak ngelanjutin ucapannya, karna melihatku yang nggak suka dengan omongannya barusan. Aku langsung menatap tajam dan sinis padanya. Menunjukkan ketidaksukaanku pada topik dia kali ini.
“ Iya deh maap... Gak bahas itu lagi ! Yaa abis, kalau kemaren kan enak, loe bisa ngomong sama gue, sekarang malah diem lagii. Ngomong dong Ra, gue pengen denger suara loe lagi. Ntar beneran nggak bisa ngomong loh.. Ayoo ?? Mauu ?” cerocos Nenji panjang lebar.
“ Capek ngomong sama orang yang nggak penting “ tukasku.
“ Pagi Nenji “ sapa Anne, cewek tercantik dan terpopuler disekolah.
“ Pagi Anne.. “ balas Nenji dengan senyum manisnya itu.
“ Pagi amat Ji datengnya “ sapa Luna yang tak kalah dikenalnya juga sama anak satu sekolahan. Tapi dia sedikit lebih sombong daripada Anne.
“ Haruus dong !” Balas Nenji lagi dengan ramah.
          Pagi Nenji... Pagi Nenji.. Pagi Nenji dan bla – bla.... sapa setiap orang yang berpapasan dengan kami.  Sapaannya dengan Nenji lebih tepatnya. Arrghh... benar – benar pria idaman wanita. Tapi nggak cuma cewek aja sih yang menyapa dia ketika aku jalan berbarengan dengan Nenji, banyak juga cowok – cowok yang telah datang pagi ini juga ikut menyapanya. Sepertinya dia sangat dekat dengan siapapun dan dikenal oleh banyak orang disekolah. Memang benar kata Chiko, anaknya supel dan pintar bergaul. Jadi jangan heran, setiap orang yang berpapasan dengannya, akan menyapa cowok berkulit putih, tinggi dan tampan ini. Dia mempunyai teman dimana – mana.
“ Tadi loe bilang apa ?? Sorry gue nggak denger. Tadi lagi nyapa anak – anak “ tutur Nenji
“ Bukannya elo yang disapa mereka “ ketusku
“ Hehehe.... nggak juga, tadi ada gue yang nyapa juga kok. Ada temen didepan mata, masa iya cuma diem aja, ngggak enak juga kaan ??” jawabnya ramah. Aku cuma diam dan tak menyahuti ucapannya lagi.
“ Walaupun ngomongnya ketus – ketus gituu... nggak apa – apa kok. Gue cukup seneng banget. Seenggak – enggaknya ni lebih baik dari loe yang dulu waktu pertama kita ketemu “ Ujar Nenji lagi ketika kami baru sampe dikelas.
Hanya ada kami berdua. Aku mencoba mengalihkan pembicaraanku dengan Nenji. Aku pura – pura mengambil sebuah buku pelajaran dengan berkedok mau baca – baca buku ini. Hmm.. rajin banget sih.
“ Bluum .....“ diary kecilku terjatuh. Aku langsung mengambilnya, daan...
“ Diarynya warna ungu, tasnya juga warna ungu. Warna Ungu, warna hidupku.. “ ujar Nenji yang tak penting itu dengan langsung mengambil diary kecilku.
“ Sini balikin !“ pintaku pada Nenji
“ Bentar yaa... gue mau lihat – lihat dulu “ ucapnya yang mulai gila lagi, sambil membuka halaman diaryku satu persatu.
“ Nggak sopan banget ya jadi orang !!” kataku yang mulai marah dengan sikap konyolnya.
“ Nggak gue baca juga kok, cuma bolak – balik doang. Eiitz... ada kelender kecilnya juga ni !!  3 Mei... Anniversary !” tambahnya ketika melihat bulatan pink dikalenderku itu dan tulisan Anniversarynya dengan tinta berwarna Ungu.
Aku mulai geram dan capek melayani cowok gila ini. Kubiarkan saja dia dulu. Lagian juga aku yakin, dia takkan mungkin selancang itu mau baca isi tulisanku disana.
“ Anniversary loe ama Yoga yaa ? Uda yang keberapa lama emangnya ?” tanya nenji santai dan tetap menyunggingkan senyum manisnya itu.
“ Bukan urusan loe !! Udah sini balikin !!” kataku yang langsung mengambil paksa buku itu dari tangannya.
“ Gitu aja maraah... Maaf yaa maniis “
                                                ***
Huuuaaaah..... semakin hari hidupku selalu saja berhadapan dengan pria berhidung mancung Pasha Ungu itu. Nggak pernah – pernah bosannya dia mengusikku. Baik didalam kelas, istirahat, pulang sekolah atau ketika aku dirumah sekalipun. Ponselku tak pernah berhenti berdering yang menandakan panggilan darinya. Meskipun terkadang sering ku reject karna jenuh, tapi dia tetap saja nggak jera – jeranya untuk menggangguku. Aku sendiri juga nggak tahu, dia dapat nomorku darimana. Tapi hal itu pasti sangatlah mudah baginya, mengingat dia yang punya banyak teman disekolah.
Awalnya aku nggak tahu sama sekali itu nomor siapa, tapi ketika aku angkat dan mendengar suaranya, aku langsung tau kalau itu dia. Karna siapa lagi yang memiliki suara mirip dengan Aa’ Pasha itu kalau bukan dia. Teleponnya langsung kumatikan dan tak pernah kuangkat lagi hingga detik ini.
Malah dia berbuat yang lebih gila lagi akhir – akhir ini. Dia sering main kerumahku dengan Ije. Walaupun dengan alasan ingin bertemu dengan Chiko. Dan memang sih, mereka keliatan sangat akrab dan sering bermain bersama dirumahku. Gelak tawa mereka juga terdengar sangat dekat satu sama lain. Pantas saja, kakakku Chiko selalu membanggakan Nenji didepanku. Ternyata mereka berteman cukup baik.
Hmm besok adalah hari bersejarahku. Ingin sekali merayakannya, walau aku cuma sendiri. Untung saja besok sudah mulai libur sekolah, karna sekolah sudah mulai disiapkan untuk menyusun bangku buat anak kelas tiga ujian nanti. Jadi aku punya banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang berarti besok. Semoga saja besok menjadi hari yang indah, Amiin ! ujarku dalam hati.
                                                ***
Aduuhh... cuaca hari ini benar – benar sama sekali nggak bersahabat. Baru juga jam 2 siang gini. Jakarta sudah begitu kelam seperti akan hujan lebat. Bisa – bisa rencanaku hari ini gagal. Tapi nggak boleh. Bagaimanapun juga aku harus melaksanakan rencanaku.
Malah Chiko belum datang juga lagi menjemputku. Padahal sudah satu jam lebih les ku selesai. Sudah dari tadi aku menunggu jemputannya, tapi dia nggak dateng – dateng juga. Menyebalkan !!
“ Siang gadis manisku... lagi nunggu jemputan yaa ??” aah.. lagi – lagi harus dia ! Kenapa sih dia selalu ada dimanapun aku berada ?? Huuvf !!
“ Kalau Chiko belum dateng, pulang ama gue aja Yuk... gue antar !” ajaknya.
“ Nggak usah.. gue nunggu Chiko aja “ jawabku singkat dan tetap saja dingin.
“ Chiko nggak akan dateng lagi, tadi dia nyuruh gue buat jemput loe ! Katanya dia ada urusan gitu “ jawab Nenji. Aku menatap matanya, mencoba memastikan apakah dia benar – benar serius atau nggak.
“ Aduuh... jangan tatap gue kayak gitu dong ! Jadi malu nihh... ntar jadi benrean suka sama gue lohh.. mau ???” godanya.
“ Jangan ge – er deh ! Gue Cuma mau mastiin bener atau nggak !”
“ Terus terang juga nggak apa – apa kok, kalau loe juga sebenarnya pengen natap gue lama – lama. Gue memang tampan, dan udah nggak diraguin lagi laaaah.... “ katanya yang semakin narsis itu.
“ Ckckck... haus banget ya akan pujian ?? Kasian banget !” ketusku
“ Oooh iya ! Kalau pujian dari loe gue ngarep banget ! Jadi gimana ?? Beneer kaaan ???” jawabnya lagi.
“ Hah.... dasar orang aneh !” tukasku. Aku langsung mengambil handphone dan mencoba menelepon Chiko memastikan dia benar – benar menyuruh orang sinting ini menjemputku. Tapi handphonenya malah gak aktif.. Arrgh ! Chiko benar – benar menyebalkan !
“ Nggak akan nyambung lagi.. tadi aja Chiko nelepon gue pake hape Niko. Hapenya mati, udah gitu ban mobilnya juga kempes. Dia lagi dibengkel.. makanya dia suruh gue buat jemput loe. Gimana ?? Sekarang nggak nolak lagi kan buat gue antar pulang ?? Bentar lagi mau hujan loh ! Ntar loe sakit lagi kehujanan gitu “ tambah Nenji.
“ NGGAK !! Gue lebih baik naik taksi daripada naik mobil loe !”
“ Hah ??? Masa ?? Mobil gue mobil Aa’ loh ! Series nya sama banget lagi ! Masa sih nggak pengen nyobain ??” rayunya lagi.
“ Kalau yang bawa beneran Aa’.. gue baru mau naik. Tapi kalau itu loe, mending nggak deh ! “ tukasku.
“ Jangan segitunya !! Ntar beneran rugi loh !! “
“ Taksiii !!! “ teriakku ketika melihat taksi lewat dihadapanku. Taksi itupun berhenti, dan aku langsung mendekatinya buat masuk, kutinggalkan Nenji sendiri. Aku tetap nggak ingin pulang bersamanya.
“ Debraa... !! Pulang sama gue aja! Gak usah naik taksi ! Gue bisa kena marah sama kakak loe kalau gue nggak bawa loe pulang !“ teriak Nenji cemas. Aku tidak menghiraukannya, dan segera masuk kedalam taksi.
“ Ke TPU Pusat pak !” kataku pada sopir taksi tersebut. Taksi langsung melaju dan meninggalkan nenji. Tapi ternyata Nenji tidak menyerah, dia mengikutiku dari belakang. Karna aku takut dia mengetahui kalau aku nggak pulang kerumah langsung, dengan sedikit menuruni gengsiku, aku mengetik sms padanya.
Send to : Nenji
Nggak usah ikutin gue !! Gue langsung pulang kok !! Kalau loe tetap bersikeras buat ngikutin gue, jangan harap gue masih mau untuk melihat muka loe lagi !!!!
                                                  ***
“ Hallo kak.. dia gak mau pulang ama gue ! Dia lebih milih naik taksi. Dia juga ngancam gue buat nggak ngikutin dia, dia bilang dia langsung pulang kerumah. Jadi gue mesti gimana nih ? Ngikutin dia terus atau ??” tanya Nenji lewat ponselnya Chiko yang telah aktif lagi karna dia sudah sampai dirumah.
“ Ya udah.. loe pulang aja ! Dia juga pasti pulang kok ! Gak usah ikutin dia lagi.Thanks ya Jii... “ jawab Chiko dari seberang telepon
“ Iya sama- sama...  eh gimana mobil loe ?? Masih dibengkel ?” tanya Nenji melanjutkan perbincangannya.
“ Masih nii.. perlu diservis juga yang lainnya “
“ Ooh.. yaudah ! Ntar kalo ada perlu apa – apa lagi tentang Debra, loe bisa ngubungin gue lagi. “ saran Nenji
“ Oke ! Pasti gue bakalan hubungin loe !Makasi banget ya Jii “ ucap Chiko
“ Ya kakak iparkuu “ ujar nenji dengan pede-nya.
“ Hahaha.... iya – iya adik iparku “ balas Chiko dengan santai dan akrab
                                                *******
Langit yang tadi begitu kelam kini telah menumpahkan isinya. Air hujan yang begitu deras membasahi tubuhku. Aku terus berjalan melewati satu demi persatu tempat peristirahatan orang terakhir yang aku sama sekali tidak mengenali mereka. Hanya satu nama yang kutuju, Ariyoga Beraldi. Kubaca batu nisan satu persatu memastikan bahwa setiap makam yang aku lewati bukanlah makam Yoga.
Terakhir kalinya aku berada disini, ketika aku pergi bersama pelayat lainnya unutk mengantarkan Yoga tenang didunianya sekarang. Semenjak itu, aku tak pernah lagi datang kesini. Bukannya aku nggak mau, tapi karna aku belum kuat untuk melangkahkan kakiku disini.
Dulu aku pernah bergumam dalam hati, bahwa aku akan kembali kesini, disaat aku sudah benar – benar bisa melepas Yoga dari hidupku. Melepaskan kepergiannya untuk selamanya. Dan kini, aku telah berdiri disini. Tepat disamping makam Yoga. Entah apa yang membuatku berani untuk menginjakkan kakiku disini.
Mungkinkah aku telah bisa melepaskan kepergian Yoga ??? Aahh.... mungkin hati kecilku masih berkata tidak. Aku datang kesini hanya untuk merayakan moment yang setiap tahunnya aku rayakan selalu bersama dia. Dan kini hingga dia pergipun, aku harus tetap merayakannya bersama Yoga. Karna ini adalah hari kita berdua. Hari dan tanggal jadian kita berdua.
“ Happy anniversary Yoga !!” suaraku lirih ditengah gemuruh yang terus terdengar dari langit yang begitu kelam dan hujan deras.
“ Aku tau aku nggak akan bisa mendengar kamu membalas ucapanku. Tapi aku yakin, didalam sana pasti kamu juga ingin merayakan hari ini bersamaku. Aku datang disini Yoga. Aku kembali menginjakkan kakiku disini. Meskipun ini sangat berat bagiku. “ air mata jatuh membasahiku seiring dengan air hujan yang sedari tadi terus mengalir dipipiku.
“ Dulu kita masih bisa ngerayain sama – sama, jauh – jauh hari kita udah mikirin, apa yaaa acara kita untuk tahun ini ??? Hehe.... tapi sekarang udah nggak ada lagi “ kataku sambil tertawa sedih.
“ Aku nggak tahu Yoga, sampai kapan aku bisa seperti ini. Terus menyendiri dan nggak bisa lepas dari kamu. Aku tau ini salah Yoga, tapi aku nggak bisa mengendaliin diri aku. “
“ Eh ya... biasanya tiap kali kita rayain anniversary, kita selalu foto bareng. Ntar kita tempel dibuku cinta dan blog kita berdua, trus cerita – cerita dan pengalaman menarik kita selama satu tahun ini. tentunya juga harapan kita untuk tahun berikutnya. “
“ Naah... aku udah siapin camdig nih. Kita foto bareng lagi yaa... trus kita simpen fotonya “ kataku bersemangat. Dan aku pun langsung mengambil gambar kami saat itu juga. Gambar kamiii ??? Yaa..... gambar aku dan makamnya Yoga.
Lalu aku terdiam dan tertunduk lemah. Aku menangis dan terus menangis melihat hasil foto yang telah kuambil. Kini hanya ada aku, Yoga sama sekali tak ada. Aku semakin tak berdaya, apalagi ditambah hujan yang begitu deras. Aku kedinginan, dan rasanya begitu sulit untuk bangkit.
Kakiku benar – benar kaku, dan tubuhku tak mampu untuk bergerak lagi. Kepalaku semakin pusing, karna hantaman air hujan yang kian terus menusuk dikepalaku. Kusandarkan diriku dibatu nisan Yoga. Kupejamkan mata dan biarkan diriku tenang sejenak. Mencoba merasakan kehangatan Yoga disini.
Heump.... mungkin aku tertidur cukup pulas, hingga sekarang aku tak merasakan lagi air hujan yang jatuh membasahiku. Mungkin hujan sudah benar – benar reda. Dan cuaca kembali panas. Karna itulah yang aku rasakan sekarang, tak ada air hujan lagi dan begitu hangat.
Tapi tunggu....!!! Kehangatan ini, rasanya bukan seperti panasnya matahari. Tapi melainkan seperti hangat tubuh seseorang. Tubuh siapa ?? Mungkinkah itu Yoga yang memberikanku kehangatan ini ?? Ahhh.... yang benar saja Debra ! Jangan gila !! Aku juga merasakan tubuhku sedikit terguncang. Dan mendengar seperti tepakan jalan seseorang. Ada apa ini ?? Apa yang terjadi sekarang padaku ?? Ku coba bukakan mata dan........
“ Nenji ????!!!!!!! Ngapain loe gendong gue gini ??? Turunin Gue !!!” bentakku kaget melihat sosok Nenji didepan mataku.
“ Loe kuat jalan nggak ??? Mobil gue masih jauh loe ! Udah deh diam aja ! Biarin gue gendong loe sampe mobil gue nanti.” jawabnya dengan santai sambil terus berjalan meninggalkan pemakaman ini.
“ Nggak !! Gue nggak mau !! Gue bilang turunin gue sekarang juga !! gue bisa jalan sendiri !!” bentakku dengan nada yang semakin tinggi padanya. Dan....
“ Plaaaak “ Nenji menurunkanku dengan tidak berperasaan. Aku terjatuh dibuatnya. Badanku jadi kotor karna mengenai genangan air bercampur tanah seperti ini.
“ Loe bisa nurunin gue baik – baik nggak sih ?? Nggak punya perasaan banget jadi orang !! “ amarahku yang semakin meledak – ledak padanya.
“ Kalau loe minta dituruninnya baik – baik sama gue, mungkin gue pasti bakal nurunin loe dengan baik – baik juga. Tapi kalau cara loe kayak gitu, sorry kalau gue nuruninnya nggak berperasaan juga !“ balas Nenji dengan ketus. Nggak biasanya dia bersikap seperti ini padaku. Ada apa dengan dia ?? kesambet setan disini apa ??
“ Gue kan juga nggak minta loe buat gendong gue sampe mobil loe !! Lagian siapa juga yang mau naik mobil loe !! Gue bisa naik taksi lagi pulang kerumah !!” tukasku.
“ Udah untung gue tolongin yaa ?? Tapi malah kasar seperti itu balasannya, dasar cewek nggak tau terima kasih !! “ jawab Nenji
“ Apa loe bilang ??? Eh yang minta bantuan loe itu siapa ?? Dan siapa juga yang nyuruh loe datang kesini ?? Dasar cowok nggak tau malu !! “
“ Loe mau pulang sama gue atau nggak ?? Kalau iya, gue tunggu loe sekarang dimobil gue !” ujar Nenji dingin.
“ Nggak !! Gue bisa pulang sendiri !!” ketusku.
“ Ok ! Fine !! Jaga diri loe baik – baik. Hari udah semakin gelap, dan semakin susah buat dapetin taksi disini. Jadi hati – hati aja sama preman – preman disekitar sini !” kata Nenji yang langsung berlalu pergi meninggalkanku.
“Dia kenapa sih ?? Aneh banget jadi orang !! Biasanya selalu ngejar gue, bersikap lembut dan sok manis didepan gue. Kok sekarang malah kayak gitu ?? Dasar cowok aneh !! Emangnya gue nggak bisa pulang sendiri apa ??” batinku
“AAAAAWWWW !!! kakiku keram !! Nggak bisa digerakin lagi !! Aarrggh... udah berapa lama sih gue ketiduran disana ?? Mpe kaki gue keram banget kayak gini lagi. Gimana caranya gue bisa sampe keluar ?? Jalan aja susah. Malah Nenji udah nggak keliatan lagi. Uuuhhhhh..... dasar Debra begok ! Udah tau kayak gini, masih aja mentingin gengsi. Rasain ni sekarang ! Gimana caranya mau pulang coba ?? Arrggh.... nyesel gue !” cerocosku menyesali semuanya.
Memang bener apa yang dibilang Nenji. Disini udah bener – bener mau gelap banget lagi. Tapi tetep aja kaki ku masih belum bisa digerakin. Nenji pasti juga udah pulang. Dia pasti marah besar sama aku. Mungkin dia juga jenuh kali ya, terus diperlakukan seperti itu olehku. Setiap orang juga punya batas kesabaran kali. Dan aku tau kali ini aku memang salah. Aku terlalu bersikap kasar padanya. Padahal selama ini dia selalu baik padaku. Tapi aku nya ??? Aarrgh..... aku memang pantas dapetin semua ini.
Dan lihatlah sekarang, aku hanya bisa duduk dan nggak bergerak sama sekali. Dan mungkin juga aku harus menunggu sampe kaki aku pulih lagi, dan bisa berjalan keluar dari tempat ini. Entah itu untuk malam ini juga, atau besok pagi. Heump... aku hanya bisa tertunduk pasrah.
“ Pengen tidur disini ?” tanya seorang cowok padaku.
“ Nenji ?? Loe masih ada disini ?? Bukannya tadi udah pulang ya ??” tanyaku heran melihat dia dihadapanku.
“ Daritadi gue masih disini kok nungguin loe dimobil gue. Trus gimana ?? Masih pengen disini ??” jawabnya yang masih saja dingin.
“ Gue pengen pulang... “ kataku dengan suara yang lesu dan merasa bersalah. Mungkin juga terdengar sedikit manja karna rengekanku diucapan barusan.
“ Ya udah ayoo... ! Taksi gak akan ada yang lewat jam segini. Gue anter aja !” tutur Nenji sambil melangkah pergi sendiri.
“ Tapi gue nggak bisa jalan lagi. Kaki gue nggak bisa digerakin... “ rengekku padanya yang mulai berjalan keluar sendirian. Dia pun langsung membalikkan badannya padaku. Kemudian dia menatapku dalam dan langsung mengangkatku. Menggendongku sampai dimobilnya. Heummp... dan nggak biasanya juga aku bersikap manja seperti ini padanya.
Setelah berada didalam mobil, dia langung melajukan mobilnya dengan kencang. Nenji tetap saja diam dan tak bicara sepatah katapun padaku. Dia tetap saja Nenji yang dingin. Nenji yang bukan aku kenal dulu. Nenji yang selalu ceria, jahil dan heboh. Aku masih bertanya – tanya dengan perubahan dia sekarang ini.
“ Kita makan dulu ya ! Loe pasti laper, belum makan daritadi “ ucap Nenji yang memberhentikan mobilnya dijalanan tempat pedagang kaki lima yang menjual banyak makanan.
“ Makan disini ?” tanyaku heran melihat Nenji mengajakku makan ditempat seperti ini.
“ Iya.... kenapa ?? Nggak mau ?? Ini tempat langganan gue kok. Makanannya enak ! Ya kalau loe nggak mau, tunggu aja disini. Perut gue laper, gue pengen makan dulu. “ ujar Nenji yang langsung turun seperti tak mempedulikanku.
Dan dengan kaki yang masih keram, aku memaksakan diri untuk turun dan berjalan menghampiri Nenji yang telah duduk dimeja tempat makan pedagang bakso itu. Dia tampak asyik bercerita dan tertawa lepas dengan pedagang itu. Sangat jauh berbeda dengan dirinya tadi padaku. Pedagang itu juga sangat hafal sekali dengan nama Nenji. Mereka benar – benar akrab.
Dan ketika Nenji melihat kearahku, aku langsung memasangkan muka cemberut padanya. Berharap dia kembali memperhatikanku seperti dulu lagi. Uuppz..... kenapa aku tiba – tiba berharap seprti itu ?? Aneh ! Heummp... tapi Nenji hanya melihat saja, dan kemudian memalingkan mukanya lagi dan melanjutkan perbincangannya dengan pedagang itu. Arrghh !! Benar – benar menyebalkan !!
Aku langsung berjalan dan duduk disamping dia. Kakiku masih saja terasa sakit dan keram. Dengan terus memasang muka cemberut, aku terus memijat kakiku sendiri. Mencoba menghilangkan rasa keram ini.
“ Sini !” kata Nenji sambil mengangkat kakiku dan meletakkan dipahanya. Dia pun langsung memijat kakiku dengan lembut tapi pijatannya benar – benar menghilangkan rasa sakit kakiku yang sedari tadi kurasakan. Ternyata dibalik sikap dinginnya yang tadi, Nenji masih tetap peduli dan perhatian padaku.
“ Hoho... senengnya !! “ ujarku dalam hati sambil tersenyum sendiri. Uuppz.... aku kenapa sih ?? kok malah jadi aneh gini !!
“ Kenapa senyum – senyum ?? Tadi marah – marah.... sekarang udah kayak orang gila senyum sendiri “ ujar Nenji yang ternyata dari tadi memerhatikan mimik mukaku.
Wuuaaa..... gawat !! bisa – bisa Nenji berpikir yang tidak – tidak dan mengetahui arti dari mimik mukaku tadi.
“ Siapa yang senyum ?? Biasa aja kok !” balasku yang berusaha ketus.
“ Udah neng... jangan berantem terus !! Ntar pasti jadi beneran cinta banget loohh !!” sahut pedagang itu pada kami.
“ Haha... ada – ada aja si mamang. Nggak mungkin lah mang, dia beneran cinta sama gue !” jawab Nenji dengan santai dan tertawa dingin.
“ Udahan pijatnya... kaki gue udah mendingan. Makasih yaa. “ kataku sambil tersenyum tulus padanya.
“ Iya sama – sama. Udah makan dulu baksonya ! Udah laper kan ??” balas Nenji sambil mengusap rambutku. Nenji sudah mulai baik lagi daripada yang tadi. Heump... Alhamdulillah ! Baguslah ! hehehe
“ Iya udah laper.. hehe. Eh ya ji, gue boleh nanya sesuatu gak ma loe ?” tanyaku hati – hati. Memastikan bahwa mood Nenji sudah mulai membaik. Dan tidak ketus lagi padaku
“ Boleh.. nanya aja lagi. Aneh banget ! “ jawab Nenji heran mendengar perkataanku barusan yang jauh lebih sopan dari biasanya.
“ Ngapain loe ke TPU tadi ? Loe ngikutin gue yaa ? Kan udah gue bilangin tadi, untuk jangan ikutin gue ! Tapi kenyataannya, malah loe nyusulin gue mpe disana. Loe mau ngapain sih mangnya ?” tanyaku bertubi – tubi dengan nada yang mungkin terdengar agak keras. Aku Cuma merasa heran aja dengan Nenji yang tiba – tiba sudah ada diTPU tadi.
“ Mau marah lagi loe ?? Selesaiin dulu deh marahnya ! Ntar baru gue jelasin !” jawab Nenji ketus lagi. Huvf !
“ Nggak... aku nggak marah kok. Aku Cuma heran aja ma sikap kamu tadi. Jawab kamu jangan ketus gitu dong ! Biasa aja !” kataku sambil cemberut dengan nada manja, takut buat Nenji marah lagi.
“ Tadi gue ditelfon lagi ma Chiko. Katanya loe belum pulang juga. Berhubung mobilnya masih di bengkel, ya udah dia minta tolong gue buat cariin loe lagi. Padahal tadi gue udah enak – enakan tidur dirumah. “ jawab Nenji sambil terus menghabiskan makanannya. Sama sekali tidak melihat kearahku. Huhu....
“ Trus kenapa kamu bisa tau, kalau aku ada disana kalau kamu memang udah dirumah tadi ?”
“ Ya gue inget aja, buku diary kecil loe yang waktu itu gue pernah baca. Sekarang kan tanggal jadian loe ama dia. Gue feeling aja, pasti loe ke tempat makamnya Yoga. Gue tanyain ma Chiko, makam Yoga dimana ? Dikasih tau di TPU pusat, yaudah gue langsung nyusulin kesana. “ tutur Nenji yang masih saja tidak melihat kearahku.
“ Hmm.... makasi yaa. “ kataku. Aku sendiri nggak ngerti kenapa tiba – tiba berkata seperti itu.
“ Heh ?? Makasi buat apa ??” Tanya Nenji heran sambil mengernyitkan keningnya.
“ Makasi karna kamu udah mau menjemput aku. “ jawabku dengan polos.
“ ha..hahahahahaha “ Nenji langsung tertawa lepas mendengar ucapanku barusan. Aneh banget sih ni anak ! Tadi marah, sekarang malah ketawa. Jelas banget lagi seperti menertawai ucapanku tadi.
“ Kok malah ketawa sih ?? Nggak ada yang lucu tau !! “ tuturku malu, karna habis ditertawakannya barusan. Wuaaa.. mang salah banget ya ucapanku tadi ?? Jadi malu banget nih ma dia !!
“ Hahaha.... nggak aneh aja !” kata Nenji yang tak henti – hentinya menertawakanku.
“ Ya aneh kenapa ??” rengekku.
“ Loe kesambet setan apa sih disana ??” tanya Nenji sambil tertawa lagi.
“ Kok kamu nanyanya gitu ? Aku nggak kesambet setan sama sekali. Kamu kali !!! Daritadi ketus mulu ama aku ! Kamu tu yang kesambet setan !!”
“ Ya liat aja dari cara ngomong loe ma gue !! AKU-KAMU !! Hahahaha..... udah mulai mesra nih ke guenya ! Hahaha “ ujar Nenji yang tak pernah hentinya ketawa.
WUUUAAA... !! aku baru sadar ! Yang dibilang Nenji benar ! Daritadi aku ngomongnya sama dia, aku-kamu melulu. Biasanya kan aku selalu panggil loe-gue sama dia. Dan itu juga ketus banget, nggak kayak sekarang. Apa benar aku kesambet setan ya disana ?? Waduw!!! Sumpah ! Malu banget kali ini.
“ Ngomongnya juga mulai manja nih ke gue...... kenapa ?? Udah mulai suka sama gue Ra ??” goda Nenji yang mebuatku semakin malu.
“ Loe kenapa sih ?? Tadi marah – marah, sekarang malah balik lagi kayak dulu !”
“ Jangan ngalihin pembicaraan deh ! Jawab dulu pertanyaan gue ! jangan malu – malu gitu... ! Hahaha “ goda Nenji lagi
“ Tadi gue cuma nggak sadar aja ngomong aku-kamu. Itu karna gue tadi abis dari makam Yoga. Gue biasanya panggil aku kamu ke dia. Jadi tadi kebawa sama loe. Jangan ge-er !!”
“ Trus kalo rengekan manjanya itu gimana ??? Yang kakinya masih sakit, trus minta digendong..... trus cemberut sendiri didepan mobil ke arah gue, yang tujuannya mancing gue buat jemput kesana... trus yang mijet – mijet kaki sendiri didepan gue, supaya ntar gue sadar kalo loe lagi sakit, trus gue bantu pijetin deh. Itu artinya apa sayaaaang ??” balas Nenji yang semakin gila menggodaku.
Gawat !!!!! dia mengetahui semua maksud dibalik perlakuanku tadi padanya. Ini anak, tau darimana sih?? Pintar banget baca pikiranku.
“ Ngg..... ngg... nggak ada !! Biasa aja !! Loe aja yang lebay !” kataku berusaha mengalihkannya
“ Hoho... gak usah panik gitu beiibyy !! Gak usah dijawab juga gue tahu maksud dibalik semuanya. Maap ya sayang, tadi aku ketusin kamu mulu. Hehehehe... “ Sialan !! si Nenji benar – benar bikin aku mati kutu dan malu besar !! Arggghh.... !!
“ Kok malah diem ?? Baksonya juga nggak abis lagi ?? Makan dulu dong.. ntar kamu sakit lagi. Daritadi udah hujan – hujanan, trus sekarang makanannya juga nggak abis. Abisin gi “ suruh Nenji
“ Nggak... gue udah nggak laper ! Ya udah pulang yuuuk !!” ajakku padanya.
“ Hehehe... yaya ! kita pulang lagi. Jangan cemberut lagi dong ! Jelek tau.. !” goda Nenji lagi.
“ Bodo ! Gue naik duluan !” kataku yang langsung menuju mobil. Aku benar – benar malu untuk menatap dia lagi.
“ Haha.. Debra... Debra !! Makin cinta gue ma loe “ ujar Nenji ketika Debra sudah masuk kedalam mobil.
“ Hehe.. kalau cinta ya langsung ditembak aja Ji. Jangan lama – lama... ntar keburu basi !” sahut Mamang pedagang bakso itu.
“ Maunya gitu mang. Tapi kecepatan !! Buat dia benar – benar luluh dulu... baru deh jadi ! Makasi ya mang, sarannya yang kemarin – kemarin itu, buat coba cuekin dia balik. Hehehe... ternyata berhasil banget mang ! Dianya panik dan langsung luluh kayak tadi. Emang mesti belajar banyak lagi ni dari mamang. Hahaha... Ni uangnya mang ! Makasi banyak mamang !!” tutur Nenji sambil tertawa lepas dan sangat berterima kasih atas ajaran mamang padanya itu. Lalu pergi menyusul Debra dimobil dan mengantarkannya pulang.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates