Kamis, 22 Maret 2012

Doremi Jingga ( Part 6 )


 Tunangan ???


Lantunan lagu sejauh mungkin, cerita bersamamu, dan bukan aku selalu saja hinggap ditelingaku. Seperti menghantui aku bahwa inilah isi hati Nenji sekarang padaku. Dia ingin menjauhi aku, entah nantinya akan kembali lagi atau kemungkinan buruk sekalipun. Buktinya saja, sudah dua hari Nenji sama sekali tidak ada menghubungiku. Sms, telfon apalagi kerumahku. Sama sekali tidak ada.
Dan aku sendiri juga tidak mau untuk menghubunginya duluan. Bagiku, yang harus melakukannya pertama kali adalah Nenji. Karna aku yakin aku benar, dan yang salah adalah Nenji yang tak mengerti bagaimana aku. Aku hanya ingin menunggu permintaan maafan dia, pengakuan dia kalau memang caranya salah. Mungkin memang kedengarannya sangat egois. Tapi kurasa ini semua benar. Terserah orang mau menilaiku apa. Aku mungkin memang gadis yang keras kepala. Dan seharusnya Nenji bisa memahami sifatku ini. Bukannya malah membantah keinginanku.
          Hari ini adalah hari pertama sekolah dimulai lagi. Dan pertama kalinya aku menginjak bangku kelas tiga sekarang. Chiko mengantarkanku pergi sekolah. Tentu saja, siapa yang lagi menjemputku ?? Nggak ada ! Nenji mungkin masih marah denganku, dan mungkin masih berpikiran yang sama. Aku nggak tau apa yang bakal terjadi nanti disekolah dan seterusnya. Aku juga sempat membayangkan kemungkinan terburuk sekalipun, Nenji memutuskanku. Ya Tuhaan... mendengar dan mengucapkannya saja begitu sulit bagiku. Apalagi kalau ini benar – benar terjadi ?? Nenji yang berpikiran kalau aku cuma menganggap dia pelarian, dan masih saja tetap mencintai Yoga. Masih sanggupkah Nenji bertahan jika dia masih beranggapan demikian ? Pastinya tidak.
Siapa sih orang yang mau dijadikan pelarian ?? Siapa sih orang yang mau pacaran, jika kekasihnya sendiri masih mencintai mantannya yang sudah meninggal ?? Nggak ada !! Dan nggak akan pernah ada yang mau. Lalu sanggupkah aku jika nantinya Nenji benar – benar akan memutuskanku ?? Tidak.... ! Jawabannya sudah pasti tidak ! Aku baru bisa bangkit karna ada dia disampingku. Dan sekarang, dia sendiri juga mau meninggalkan aku. Lalu apa jadinya aku nanti ?? Ya Tuhan... jangan sampai hal itu akan terjadi. Aku memang nggak mau untuk mengalah menghubunginya duluan, tapi tetap saja dalam hatiku, aku nggak akan pernah mau kehilangan dia sampai kapanpun.
“ Nenji...... aku kangen kamu !! Aku kangen denger suara kamu ! Denger ketawa kamu ! Liat senyum kamu ! Dan  suara merdu mu bernyanyi untukku ! Kenapa sih kamu nggak ada hubungin aku lagi ? Apa segitu marahnya kamu sama aku ? Apa kamu sama sekali nggak kangen sama aku ??” pertanyaan – pertanyaan bodoh yang selalu saja ada dibenakku.
Aku begitu merindukannya. Nggak ada lagi Nenji yang menjemputku pergi kesekolah. Nggak ada lagi klakson si merahnya. Nggak ada lagi nyanyian ungu dari si merah. Dan nggak ada lagi pujian Nenji tentang si merahnya. Semuanya hilang, terutama si merah.
“ Merah... ! Kamu dimana sekarang ? Aku kangen sama kamu ! Aku kangen liat kalian berdua !” batinku yang terus bergejolak menyerukan kerinduanku pada mereka berdua.
“ Udah sampe dek ! Turun gi ! Ntar telat lagi kedalemnya !” tegur Chiko. Huah.. ternyata sudah sampai saja. Aku sendiri sampe nggak sadar. Mungkin aku terlalu lama bermenung tadi hingga sama sekali nggak memperhatikan jalanan menuju kesini.
Aku masih saja tetap diam ditempat dudukku. Ku arahkan pandanganku keparkiran mobil, tempat si merah biasanya diparkirkan. Dan... Kosong ! Nggak ada si merah lagi. Hmm.. ngapain juga ngarepin si merah bakal datang lagi ?? Itu kan nggak mungkin ! L
“ Kalau kangen sama dia, jangan pertahanin ego juga.” celetuk Chiko.
“ Gue turun dulu.. “ balasku yang tak mau menanggapi omongannya.
Huavf ! Rasanya benar – benar sangat malas untuk pergi kesekolah hari ini. Apalagi dengan suasana seperti ini. Suasana dimana hubunganku sedang tak baik dengan Nenji. Benar – benar membuatku tak bersemangat.
          Handphoneku bergetar, ada sms yang masuk. Cepat – cepat ku membukanya, berharap dari Mr. N ! Nenji.. ! Tapi.... hmm sepertinya bukan dia !
          Pagi kakakku sayang.. Apa kabar ? Aku kangen sama kakak, juga sama kak Nenji. Eh ya, aku sekarang udah mulai sekolah lagi kak. Seneng banget rasanya, apalagi teman – temanku juga pada menyambutku lagi dengan gembiranya. Seneng banget bisa kumpul sama mereka dan bisa sekolah lagi. Mama juga keliatannya lebih baik kak sekarang. Mama masih dirawat di RS, makanya aku nggak perlu khawatir lagi. Karna untuk sementara waktu ada perawat yang bakal jagain Mama. Aku sangat berterima kasih banget sama Kakak dan juga Kak Nenji. Karna ini semua nggak bakal terjadi tanpa ada pertolongan dari kalian. Aku nggak tau lagi harus berterima kasih seperti apa pada kalian berdua. Maafin aku ya, udah banyak banget ngerepotin kakak dan kak Nenji. Aku nggak mau lagi terlalu banyak ngeropotin. Apa yang udah kakak lakuin berdua, terlalu besar buat aku. Dan sekarang, adalah kewajiban aku untuk seterusnya. Ini adalah tugas aku kak ! Kakak juga pasti akan sibuk lagi,  apalagi udah kelas 3 juga sekarang. Kalau kakak nggak bisa datang lagi pada kami, nggak apa – apa kok kak. Biarkan ini semua menjadi tanggung jawabku. Makasi banget buat pertolongannya selama ini. Miss u kak... dan kak Nenji ( aku sudah menganggapnya sebagai abangku sendiri. Pengganti bg Yoga dihidupku )
          Send : Yoesi
          Aku terharu ketika membaca sms dari Yoesi yang sangat panjang ini. Mungkin bukan short message lagi namanya, tapi long message, haha. Yoesi benar, mungkin aku bakal jarang lagi kerumah dia atau melihat keadaan mamanya. Bagiku, semua kewajibanku sudah selesai kulakukan. Walau sebenarnya lebih banyak dominan Nenji yang melakukannya. Sekarang, aku ingin fokus sekolah. Mengejar ketertinggalanku selama ini.
          “ Eh eh.. denger ! suara motor Kak Nenji ! Sekarang Kak Nenji udah pake motor, nggak pake mobilnya lagi. Liat tu !” tutur adik kelas sambil menunjukkan kepada temannya ke arah Nenji yang baru datang dengan motor Harleynya itu.
          “ Wuaa. Tetep keliatan cakep ya ! Pake mobil atau motor tetep aja keliatan perfect ! Kapan ya kita bisa punya pacar seperti dia ? Hahaha. “ balas temannya.
          Mereka berdiri memang sedikit jauh dariku. Tapi aku cukup bisa mendengarkan semua omongan mereka dengan jelas. Aku berdiri dmading sekolah, membaca pengumuman baru yang tertera disana. Ketika mereka membicarakan Nenji, membuatku juga mengalihkan pandanganku ke parkiran motor. Dan memang, apa yang dibilang adik kelas itu benar. Nenji tetap saja keliatan keren dan perfect !
          “ Pagi Kak Nenji... !” sapa adik kelas padanya, ketika Nenji lewat dihadapan mereka.
          “ Pagi juga adikku ! Tambah cantik aja habis liburan !” goda Nenji membalas sapaan adik kelas.
          “ Haha.. mobilnya kemana kak ? Kok udah pake moge aja sekarang ? “ sahut teman disebelahnya.
          “ Pengen jadi pembalap motor sekarang dek ! Nggak mau pake mobil lagi. Hahaha...” balas Nenji lagi dengan tertawa renyahnya.
          “ Dulu kan nggak ada orang yang boleh naik mobil kakak, kecuali kak Debra. Takut mobilnya cemburu ! Sekarang berarti boleh dong naik mogenya ?? Kan nggak si merah lagi ! Mogenya nggak cemburuan kan ? hehe “
          “ Hmm... kalo sekarang lebih diketat lagi. Nggak ada satupun yang boleh naik ! “ Jawab Nenji dengan senyuman khasnya itu.
          “ Termasuk Kak Debra ?” tanya adik kelas lagi.
          “ Ehm.......” jawab Nenji yang sedikit terdiam. Raut wajah Nenji langsung berubah dari yang tadinya begitu ceria, sekarang sudah mulai sedih lagi. Raut wajah yang aku temui beberapa hari yang lalu.
          “ Ada – ada aja pertanyaan kamu dek ! Kakak kekelas dulu ya !” lanjut Nenji mengusap rambut adik itu. Keliatannya dia memang sengaja mengalihkan pertanyaan adik kelas tadi. Dan kemudian berjalan menuju kekelas lagi. Dan tetap saja, Nenji tidak pernah diam kalau berjalan disekolah. Pasti ada saja, orang yang menyapanya, atau sebaliknya. Aku masih tetap berdiri ditempat yang tadi. Nenji pasti juga akan berjalan melewatiku.
          Dan kini, Nenji tepat berada dihadapanku. Dia memang memelankan langkahnya, dan menatapku tanpa senyum sedikitpun. Dia terdiam sejenak dan untuk kemudian kembali melihat kebawah dan bejalan melewatiku. Nenji sama sekali tidak menyapaku. Dia juga tidak senyum sedikitpun. Sikapnya begitu dingin. Aku nggak bisa berbuat apa – apa. Aku hanya bisa membiarkannya pergi begitu saja. Berlalu dihadapanku. Rasanya aku ingin pulang saja, dan tidak mau masuk kekelas. Karna aku nggak kuat, jika berada dalam satu ruangan dengan dia, tapi kitanya sama sekali tidak ada saling menyapa. Aku nggak kuat untuk didiamkan seperti ini oleh Nenji.
          “ Kelas kosongku !! Yaa.. Cuma itu pilihan yang terbaik ! Aku nggak mau masuk kelas dalam suasana seperti ini. Lagian juga udah lama nggak kekelas kosong itu lagi. Mending aku kesana aja deh sekarang “ ucap batinku dan langsung menuju lantai tiga tempat favoriteku.
                                                          ***
          “ Debra mana Ji ? Dia nggak sekolah ya ?” tanya Ije heran melihat bangku disebelah Shiren kosong. Padahal seharusnya diisi oleh Debra. Jam pelajaran sudah dimulai, tapi Debra tetap saja belum masuk. Nenji baru sadar, setelah ditanya Ije. Daritadi dia sibuk menyatat silabus pelajaran untuk kelas tiga, sampai – sampai tidak memerhatikan Debra ada atau tidak didalam kelas.
          “ Tadi gue ngeliat dia kok !” jawab Nenji heran kenapa Debra tidak masuk. Nenji tidak memperhatikan daritadi, karna dia sudah tahu Debra datang kesekolah. Jadi dia nggak memperhatikan lagi, ada atau tidaknya Debra.
          “ Trus kemana ? Kok nggak masuk ?” tanya Ije lagi.
          Nenji terdiam sejenak. Wajahnya kini tampak mengkhawatirkan Debra. Nenji menghela nafasnya seperti ada rasa bersalah didalam dirinya.
          “ Paling kekelas kosong dia lagi. Kayak nggak tau dia gimana aja loe !” balas Nenji.
          “ Tapi Debra nggak akan kesana, kalau nggak ada masalah. Apalagi sekarang dia udah betah banget dikelas. Loe kenapa ama Debra ? Ada masalah ?” sahut Chika yang tiba – tiba memotong pembicaraan Nenji tadi dengan Ije.
          “ Nyosor aja loe ! Ngadep kedepan gi ! Belajar ! Jangan liat kebelakang !” Balas Nenji pada Chika yang duduk didepannya.
          “ Belum selesai juga masalah kalian ? Egois banget sih dua – dua nya ! Nggak ada yang mau mengalah ! Loe nggak kangen apa ma dia ? Tega biarin dia hancur lagi ?” tanya Ije yang keliatannya lebih mengetahui gimana ceritanya dibandingkan Chika.
          “ Loe tau kan gimana gue ? Gue nunggu dia Je. Kalau memang dia masih nganggep gue pacarnya, dia pasti akan nyamperin gue lagi.”
          “ Tapi Debra kan orangnya keras kepala Ji ! Ya gue mang nggak tahu masalah kalian sebenarnya apa, tapi yang satu itu udah jadi rahasia umum, Debra tu keras kepala. Dia nggak akan mau ngakuin kesalahannya. Selalu aja nganggep dirinya yang bener ! Mau sampe kapanpun loe nunggu dia, dia juga nggak bakal dateng ! Dia itu udah kebiasa ma cowoknya yang lama, Yoga. Apapun keinginan dia pasti diturutin. Dan dia selalu yang bener, Yoga yang selalu mengalah sama dia.”
          “ Gue bukan Yoga, Chika ! Gue Nenji ! Dia nggak bisa bersikap seperti itu terus ! Apalagi sama gue ! Sikap egois itu yang harus dia hilangin dari dirinya !” tegas Nenji.
          “ Hey.. sorry gue ikutan nimbrung ! Gue denger kalian lagi ngomongin Debra soalnya. Debra juga udah ceritain ke gue masalah kalian berdua. Tadi gue juga liat, loe berpapasan sama Debra, tapi kalian berdua cuma diem. Senyum aja nggak ! Kuat apa kalian kayak gitu berdua ?” tanya Shiren yang tiba – tiba datang dari bangkunya, dan langsung duduk dibangku Chika yang juga masih kosong. Kelas sekarang memang baru, jadi tempat duduknya juga lebih enak yang sekarang. Bisa berdua, kalau dulu bangkunya cuma satu aja untuk satu orang.
          Nenji terdiam mendengar pertanyaan Shiren. Wajahnya tampak begitu sedih. Siapa sih yang kuat ?? Didalam hati Nenji, apa yang dia lakuin itu termasuk hal yang berat dalam hidupnya. Mengacuhkan Debra kekasih yang begitu sangat ia cintai ketika berada dihadapannya. Manatapnya saja dia nggak kuat. Karna dia sangat sulit untuk berlaku demikian. Dia begitu sangat merindukan Debra. Apalagi sudah beberapa hari ini, dia tak pernah lagi bertemu dengannya. Jangankan sehari, dulu aja sejampun dia nggak akan mau bila mendiamkan Debra didepan matanya. Dia pasti sangat merindukannya.
          “ Dia sendiri kuat. Kenapa mesti tanya gue ? Dia sendiri nggak ada niat buat pertahanin hubungan ini. Dia sendiri nggak yakin dengan adanya gue sebagai kekasihnya. Dia sendiri nggak nganggep gue ! Gue nggak tau lagi mesti ngapain.” Jawab Nenji yang begitu lesu dan pasrah. Tatapan yang sedih dan kosong.
          “ Maksud loe apa ngomong gitu ? Loe nggak mau pertahanin hubungan loe sama dia ?” tanya Ije heran.
          “ Dia masih sangat mencintai Yoga, bukan gue !” jawab Nenji lagi yang semakin ngaur.
          “ Nggak ! Dia itu sangat mencintai loe Ji ! Dia itu cuma keras kepala aja ! Gue yakin didalam hatinya dia, dia sebenarnya juga nggak kuat kayak gini. Loe lihat aja sekarang, dia nggak masuk kelas kan ?? Itu semua karna dia nggak kuat dengan suasana kayak gini. Dia nggak kuat untuk diam – diaman gini sama loe ! Gue tau banget gimana Debra Ji !” sergah Shiren.
          Nenji hanya tersenyum dan tak mau menyahuti perkataan Shiren tadi. Nenji memang kecewa dengan sikap Debra. Dia sedih, dan selalu saja berpikiran bahwa Debra sebenarnya masih sangat mencintai Yoga, bukan dia.
          “ Kalau gitu kita buktiin aja besok ! Apa dia masih saja tetap bersikeras dengan hatinya atau tidak ! Kalau dia memang mencintai gue dan menganggap gue ada, dia pasti akan datang di perayaan ulangtahun gue besok. Dan mengakui kesalahannya, jika memang dia mengakui dan sadar kalau yang ada hidapan dia sekarang, dan yang menjadi kekasihnya saat ini adalah Nenji. Bukan Yoga. Bukan Yoga yang dulunya dia masih bisa bersikap demikian. Tapi beda dengan Nenji. Nggak selamanya, gue akan menuruti keinginan dia yang gue tau itu salah.” Tegas Nenji.
          “ Eh yaa.. ! Gue belum ngasi tau ya sama kalian ? Gue mau ngerayain ulang tahun gue besok ! Inget nggak gue ulang tahun besok ?” tanya Nenji menggoda teman – temannya itu. Nenji berusaha tampak ceria lagi meski masih berat dihatinya karna memikirkan masalahnya dengan Debra.
          “ Ya inget lah ! Mang gue temen apaan yang nggak inget ulang tahun temennya sendiri ?” balas Ije.
          “ Hehehe.. bagus kalau gitu ! Jadi besok loe semua tolongin gue yaa, ngedekor rumah gue buat acara ultah gue. Sorenya pulang sekolah kita kerumah gue. Acaranya kan malem. “ ajak Nenji pada Ije, Chika dan Shiren.
          “ Trus undangannya gimana ?” tanya Chika.
          “ Gampang.. ntar anak – anak yang gue tau nomornya, disms aja. Tapi gue juga udah buat undangan kok lewat facebook. Udah gue kirim ke sebagian anak. Jadi tinggal temen – temen terdeket gue aja besok yang harus dateng lebih awal bantuin gue persiapin semuanya. Okey ! Bilang sama Echa juga ya !’ jelas Nenji.
          “ Okey ! Siip !” jawab mereka serentak.
                                                          ***
          Hari kedua sekolah ! Hmm... sebenarnya males banget untuk datang sekolah lagi sekarang. Apalagi mengingat, sejak kemarin Nenji sama sekali tidak ada menegurku. Ya.. aku memang nggak ada masuk ke kekelas seharian kemarin. Tapi diluar, aku yakin Nenji pasti masih melihatku. Tapi dia sama sekali tidak ada menyapaku. Sungguh sangat menyebalkan !
          Dan sekarang, entah apa yang membuatku sangat ingin rasanya untuk masuk sekolah hari ini. Dan belajar dalam kelas. Yang aku sendiri juga nggak tau penyebabnya apa. Tapi rasanya ada sesuatu hal yang penting hari ini. Tapi aku sendiri nggak tau itu apa. Entah aku lupa atau memang nggak ada apa – apa, karna hanya perasaanku saja.
          “ Eh udah beli kado belum buat Nenji ? Ntar loe dateng kan acaranya dia ? Kita pergi bareng yaa ?” kata Frizka pada Nadia ketika ku baru sampai didalam kelas.
          Ulangtahun Nenji ????? Ya Tuhaaan !!! Kenapa aku bisa lupa gini ? Aku juga nggak memberikan ucapan padanya pukul 12 tadi malem ? Masa moment sepenting ini aku bisa lupa sih ? Ini pasti karena masalahku dengan Nenji. Lagian gimana caranya memberikan ucapan padanya dalam keadaan seperti ini ? Itu nggak mungkin !
          “ Pagi semua !!” sapa Nenji begitu ceria pada semua anak – anak didalam kelas.
          “ Pagi Nenji !! Happy birthday yaa !!”
          “ Jiee yang ulang tahuun !”
          “ Selamat ya Ji !”
          “ Ntar malem makan enak euy !haha “
          “ Sweet seventeen Nenji !!”
          “ Panjang umur yaa ! “
          Dan ucapan lainnya yang begitu banyak diutarakan pada Nenji dari anak – anak dalam kelas. Mereka secara bergantian memberikan selamat pada Nenji. Sedangkan aku ?? Hanya diam duduk ditempatku. Apa mungkin ego dan gengsiku terlalu tinggi ? Hingga dalam hari terpenting seperti ini saja, aku masih aja nggak mau untuk menyapanya lebih dulu.
          “ Maafkan aku Nenji ! Aku harap kamu bisa ngerti aku !” ucapku lirih didalam hati. Aku langsung berlari keluar kelas. Rasanya nggak sanggup untuk berdiam diri saja didalam sana, tanpa mengucapkan selamat pada Nenji. Niatku yang ingin belajar hari ini didalam kelas, aku urungkan. Lebih baik aku ke kelas kosong lagi biar sedikit lebih tenang.
                                                          ***
          “ Heh... itu namanya ego atau gengsinya yang tinggi ??” ucap Nenji sambil menggeleng – gelengkan kepalanya karna aneh melihat Debra yang langsung  berlari keluar dari kelas ketika semua temannya mengucapkan selamat pada Nenji.
          “ Gue pengen loe orang yang pertama ngucapinnya ke gue Ra, bukan mereka ! “ Batin Nenji ditengah – tengah keramaian orang didalam kelasnya yang sibuk memberikan selamat dan membicarakan tentang persiapannya diacara Nenji nanti malam.
                                                          ***
          Sepanjang jalan menuju kekelas, semua orang sibuk membicarakan tentang acara ulang tahun Nenji nanti malam. Saling menanyakan kepada temannya, ada dapat undangan atau tidak lah. Pakai baju apa kesana, pergi sama siapa dan kado apa yang mereka berikan.
          Kado ????? Ya ampuun.. aku juga belum mempersiapkan kado untuk Nenji. Kado apa yang mau aku beliin dalam waktu yang mendesak ini. Hah ! Kekasih macam apa sih aku ? Pacar sendiri ulang tahun sampai lupa seperti ini. Juga nggak ada sama sekali menyiapkan kado buat dia. Maafin aku Nenji ! Maafin aku ! L
          Aku menangis sejadi – jadinya di kelas ini. Kulepaskan semua beban yang terasa didadaku. Siapa sih yang tahan berlaku seperti ini ? Nggak ada ! Aku nggak kuat ! Aku merindukannya.. aku sedih ! Tapi semua kesedihanku belum mampu juga untuk membuatku mengalah padanya. Aku memang keras kepala.Tapi  aku nggak tau lagi harus gimana.
          Aku teringat semua kenangan indahku bersama Nenji. Semua tawa yang aku lalui bersama dia. Mungkin ini adalah masalah yang terbesar untuk pertama kalinya kuhadapi dalam hubunganku bersama Nenji. Karna sudah hampir 3 bulan lebih, aku belum pernah bertengkar dengan Nenji. Tapi ini, untuk pertama kalinya dan sangat besar bagiku.
          Teringat, waktu pertama kalinya aku mulai berbicara banyak dengan Nenji. Ketika dia dengan beraninya masuk kedalam ruangan ini. Tindakan dia yang membuatku takut disaat dia menakut-nakutiku dengan pura – pura menciumku. Semua kenangan manis bersamanya.
          Kenapa Nenji masih saja berdiam diri begini ? Kenapa dia tidak ada datang untuk meminta maaf padaku ? Mana Nenji yang dulu ?? Nenji yang begitu lembut, bukan Nenji yang keras seperti ini. Nenji yang selalu menjahiliku, dan memperhatikanku, bukan Nenji yang mengacuhkanku seperti ini. Nenji yang selalu saja tersenyum untuk meredam amarahku. Nenji yang selalu membuatku tenang dan nggak bisa marah padanya. Sosok Nenji yang begitu penyayang dan lembut. Dia yang selalu membalutiku dengan kasih sayangnya. Kemana perginya semua itu ? Mana Nenji Alvaroku yang dulu ?? Aku merindukannya ! L
                                                ***
“ Ra.. ntar perginya bareng siapa ? Bareng gue aja yaa ? Gue jemput loe ! Tapi gue bisanya malem Ra. Sebenarnya Nenji nyuruh gue ma anak – anak lainnya kerumahnya sore nanti, bantuin dia ngedekor rumahnya. Tapi Mama gue minta antarin chek-up. Jadinya gue bisa malem deh ! Loe berangkatnya kapan ? Bareng ama gue aja gimana ?” tanya Shiren sewaktu bel pulang sekolah sudah berbunyi.
Yang dimaksudkan Shiren pasti pergi ulang tahun Nenji. Gimana caranya mau pergi ?? Sampai sekarang aja, Nenji nggak ada mengundangku untuk datang kepestanya. Mungkin dia sama sekali nggak mengharapkan kehadiranku. Dan mungkin juga dia sudah tidak menganggapku lagi sebagai pacarnya.
Liat saja, masa hal sepenting ini akunya sama sekali tidak diberitahu. Berarti dia anggep aku apa ? Okey ! Mungkin memang karna masalah ini dia jadi tidak bisa memberitahuku langsung. Tapi apa nggak bisa lewat Chiko, atau sahabat – sahabatku lainnya?? Hah ! Sudahlah ! Mungkin sampai kapanpun dia nggak akan pernah mau mengakui kesalahannya itu. dan aku juga nggak akan memulai duluan untuk sekedar menegurnya saja. Sekali lagi, aku ingin dia yang pertama.
“ Ra.. kok loe diam sih ? Jangan bilang karna masalah itu loe nggak mau dateng ke pestanya Nenji ?” tebak Shiren.
“ Ehm.... gue... kayaknya gue nggak dateng deh Ren.”
“ Loh kenapa ? Ra ini hari yang terpenting loh buat Nenji !”
“ Iya gue tahu.. Tapi dianya sendiri sampai sekarang..”
“ Ra... gue bisa ngomong sebentar sama loe ?” tanya Nenji tiba – tiba datang menghampiriku. Suara Nenji begitu dingin memotong pembicaraanku tadi dengan Shiren.
“ Hmm... gue pulang dulu ya ! Ra ntar hubungin gue aja yaa !“ sahut Shiren yang kemudian beranjak dari tempatnya dan meninggalkanku berdua dengan Nenji.
Aku hanya diam dan nggak bisa berkata – kata apa. Yang ada dalam benakku sekarang hanyalah menunggu. Menunggu pengucapan kata maaf itu dari dirinya. Menunggu dia mengajakku untuk berdamai dan melupakan semua masalah ini. Menunggu dia bisa menerima semua yang aku inginkan. Kata maaf dan pengakuan darinya, hanya itu.
“ Gue harap loe bisa dateng diacara gue nanti malam. “ tuturnya yang tak menatapku sedikitpun. Dia hanya menunduk dan melihat kebawah. Hal yang biasa selalu dilakukannya, jika dia nggak ingin melihat dan menatap lawan bicaranya itu.
Aku pun juga begitu. Aku sama sekali tidak ada menyahuti ucapannya tadi. Aku tidak mengiyakan ataupun menolaknya. Yang aku tunggu, bukan perkataan ini, Nenji !
“ Kehadiran loe lah yang paling gue tunggu .“ ucap Nenji, yang setelah itu selalu diam disetiap jeda katanya. Keliatan seperti sulit sekali untuk mau berbicara denganku lagi.
“ Pesta gue nanti malam, nggak akan ada artinya tanpa kehadiran loe. “ kalimat terakhir yang diucapkan Nenji. Dia langsung pergi meninggalkanku sendiri didepan kelas.
Mana kata yang kutunggu dari mulutmu itu Nenji ? Bukan ini yang aku maksud ! Kenapa sih kamu nggak ngerti juga dengan apa yang aku mau ? Kenapa kamu nggak pernah mau sih menuruti keinginanku ? Arggh ! Aku kecewa Nenji ! L
“ Bukannya minta maaf, malah langsung pergi gitu aja! “ gerutuku.
“ Nenji nggak akan pernah minta maaf Ra !” sahut Ije yang tiba – tiba saja datang dan mendengar perkataanku barusan.
“ Gue tahu banget gimana Nenji ! Meskipun gue baru mengenalnya beberapa bulan ini. Gue udah cukup banyak tau gimana pribadi dia. Gue sangat memahami dia. Dia nggak akan pernah minta maaf, jika dia yakin dia sama sekali nggak salah. Nggak akan ! Dan nggak akan pernah Ra ! Mau loe nunggu sampe kapanpun, dia nggak akan dateng minta maaf buat loe. Itu adalah diri dia. Mungkin loe belum terlalu memahami gimana pribadi Nenji yang sebenarnya.” Jelas Ije.
“ Je... tapi ini dia yang salah ! Masa sih dia sendiri nggak nyadar ? Dia udah ngebohongin gue ! Dan dia ngelakuin apa yang gue larang ! Dia nggak bisa ngelakuin apa yang gue bilang ke dia ! Apa itu namanya nggak salah ?”
“ Nggak ! Bagi dia itu sama sekali nggak salah ! Karna dia adalah cowok loe ! Dia pacar loe Ra ! Masalah loe juga masalah dia. Makanya dia tetap bersikeras ngelakuin itu !”
“ Tapii gue nggak mau ! Dan gue sendiri udah pernah bilang sama dia ! Kalau dia bakal ngelakuin ini, gue bakal marah besar sama dia. Tapi kenyataannya gimana ? Dia sama sekali nggak mau dengerin peringatan gue. Dia egois tau nggak !”
“ Yang egois itu loe ! Loe nggak bisa maksain kehendak loe supaya dia bisa ngikutin loe ! Nggak bisa Ra ! Dia bukan Yoga yang mau menuruti semua keinginan loe. Lagian ini menyangkut nyawa orang. Siapapun yang berada diposisi dia, pasti bakal ngelakuin hal yang sama. Ra... coba berpikir dewasa. Jangan kekanak – kanakan lagi. Jangan selalu maksain keinginan loe ! Cinta milik kalian berdua. Bukan loe sendiri !” ucap Ije memberikan nasehat padaku.
                                                ***
Jam dinding dikamarku terus berjalan. Dan sekarang menunjuk pukul 5 sore. Aku masih saja duduk terpaku diatas tempat tidurku. Sama sekali tidak ada niat untuk bangkit dan berkemas diri untuk pergi kepesta Nenji.
“ Dek.. kamu belum siap juga ? Kamu mau berangkat jam berapa ? Sama siapa ?” tanya Chiko yang membuka pintu kemarku. Chiko sudah berpakaian rapi, dia sudah siap untuk berangkat kerumah Nenji.
“ Kalau loe mau pergi, duluan aja. Nggak usah nungguin gue !”
“ Trus loe mau pergi jam berapa ? Ini udah sore loh ! Acaranya ntar kan jam 7. Gue nggak mau bolak – balik jemput loe lagi dek. Loe mau pergi sama siapa nanti ?”
“ Gue belum bisa pastiin bakal pergi atau nggak. “
“ Dek..............”
“ Kak..... Please ngertiin gue !” pintaku dengan wajah melemas.
“ Yaudah.. gue berangkat duluan. Ntar minta aja sama mamang untuk nganterin loe kesana. “ jawab Chiko dan menutup pintu kamarku.
Aku bingung ! Perasaanku sungguh sangat galau dan kacau. Hal ini membuatku dilema. Aku tahu ini acara yang begitu berharga buat Nenji. Ini adalah hari yang sangat penting buat dia. Tapi bagaimana dengan masalahku ini ? Masalah ini sama sekali belum selesai. Jika aku datang nanti diulang tahun Nenji, sama aja artinya aku yang mengalah buat dia.
Kenapa sih Nenji nggak ngerti juga ? Kenapa dia nggak mau mengalah buat aku ? Kenepa dia masih saja bersikeras dengan pendapat dia ? Kalau dia memang mencintaiku seharusnya dia mengerti aku dan mau mengalah kepadaku. Seperti yang biasanya dilakukan Yoga dulu. Yoga selalu memahami keinginanku. Bukan seperti ini.
Tapi........... tunggu ! Dia bukan Yoga. Dia adalah Nenji. Dia bukan Yoga yang selalu mengalah padaku. Bukan Yoga yang selalu mengikuti semua keinginanku. Bukan Yoga kekasih dulu yang sangat aku cintai.
Bukannya ini adalah hal yang sudah lama kutunggu ?? Pertentangan dalam sebuah hubungan. Bukannya hubungan yang datar saja, dengan satu pendapat. Aku menginginkan adanya dua pendapat, aku menginginkan ini ! Lalu kenapa sekarang aku malah nggak bisa menerimanya ? Kenapa aku masih memaksakan keinginanku ? Jika memang aku menginginkan ini, seharusnya aku bisa terima dan nggak memaksakan diri seperti ini lagi.
Ini sama saja aku masih memperlakukan Nenji seperti Yoga dulu. Bukannya aku ingin berubah ? Bukannya ini yang ingin kudapatkan dari Nenji ? Kenapa aku malah marah padanya ?
Kemarahanku sekarang sebenarnya berdasarkan apa ? Apa memang karna tindakan Nenji yang tidak mengikuti mauku, atau karna aku nggak mau untuk mengalah ? Atau karna aku yang masih ingin seperti dulu ? Ingin pendapatku yang benar, bukan pendapat kekasihku.
Ya Tuhan....... ! Ada apa denganku sebenarnya ? Benarkah yang dibilang Nenji waktu itu ?? Bahwa aku sangat mencintai Yoga ! Hingga detik ini pun aku belum mampu untuk berpaling darinya, meskipun kini aku telah bersama Nenji. Benarkah nggak ada yang bisa menggantikan Yoga dihatiku ? Mungkinkah hatiku hanya untuk Yoga selamanya ? Benarkah lirik lagu Ungu Untukmu Selamanya adalah isi dari hatiku sekarang ?
Tidak ! Aku sudah pernah bilang dan telah meyakinkan hatiku bahwa cintaku sekarang adalah Nenji. Aku telah melupakan Yoga. Aku telah menguburnya dalam – dalam dihatiku. Aku ingin menghadapi kehidupanku yang baru. Aku nggak ingin menjadikan Nenji pelarianku. Aku nggak mau dan nggak akan pernah tega ngelakuin itu pada Nenji.
Nenji begitu tulus mencintaiku. Dia begitu menerimaku mulai dari aku yang begitu terpuruk ditinggal Yoga, lalu membawaku ke titik awal dimana aku harus bangkit, dan membawaku sekarang menjadi kekasihnya. Membawaku sekarang merasakan kehadiran cinta yang baru. Kehadiran cinta yang begitu tulus dan suci. Haruskah aku menodainya ? Haruskah aku membiarkan cinta yang tulus itu tersakiti ??
Nggak ! Aku salah ! Aku memang egois ! Aku memang kekanak – kanakan ! Aku memang keras kepala memaksakan keinginanku padanya. Dia memang benar. Apa yang dia lakuin sama sekali nggak salah. Apa yang dibilang Ije benar. Siapaun yang berada diposisi Nenji, pasti bakal berlaku hal yang sama. Nggak ada orang yang mau dan tega membiarkan orang yang jelas – jelas sudah sakit parah untuk menunggu bantuan orang lain yang belum tau kapan datangnya. Kecuali orang egois seperti aku yang ingin memaksakan kehendak diri sendiri.
Mungkin memang benar apa yang dibilang Nenji. Ini semua adalah keinginanku menjadi kekasih yang nantinya akan membuat Yoga selalu bangga padaku, meski kita sudah tidak bersama lagi. Ini semua adalah egoku yang salah. Aku menyesal.. kenapa aku baru menyadarinya sekarang ?? Kenapa aku begitu egois sehingga tidak mau berpikir demikian ? Aku benci diriku yang dulu ! Aku ingin berubah... berubah untuk diriku dan dirinya yang begitu banyak berbuat padaku. Nggak seharusnya aku menyakitinya lagi.
Dan sekarang.. kenapa aku masih berdiam diri disini ?? Kenapa aku nggak bersiap – siap pergi ke acara Nenji ? Dia pasti sudah menungguku disana. Dia sendiri yang bilang, kehadiranku lah yang paling ditunggunya.
“ Wuaa gawat ! Sekarang sudah jam 6 ! Acaranya kan jam 7 ?? Kado saja belum aku beli. Ya ampuun.... apa yang bisa aku lakukan dalam waktu satu jam ini. Aku nggak mungkin beli kado dulu....  tapi nggak mungkin kesana tanpa bawa kado buat dia. Tapi kalo dibeli, mau beli apa ? Hadiahnya saja belum terpikirkan olehku. Aaa... bantu aku !“ gerutuku yang semakin panik karnanya.
“ Kenapa nggak coba bikin kue sendiri buat kado ulangtahunnya ?? Dulu aja bunda ngelakuin itu waktu ulangtahun Ayah kamu. Bunda nggak punya uang buat beli kado. Maklum masih anak sekolahan, nggak mungkin kan minta uang sama orang tua buat beli kado pacar ? Yaudah deh... bunda bikin sendiri. “ sahut bunda yang tiba – tiba masuk kedalam kamarku. Ternyata mendengarkan keluhanku daritadi.
“ Iya ya Bund ! Wuaa... bunda, dewi penyelamatku ! Makasi bunda sayang idenya ! “ ucapku begitu senang mengecup pipi Bunda dan kemudian langsung berlari ke arah dapur.
“ Inget sayang bikin sendiri ! Jangan minta bantuan sama bibi ! Kado itu bakal lebih berharga kalau kamu yang bikin !’ Teriak Bunda dari kamarku.
“ Iya bund !”
Dengan semangat yang menggebu – gebu kubuka lemari yang menyediakan berbagai macam bahan untuk membuat kue. Brownies ! Nama kue itu yang langsung ada dibenakku. Karna hanya kue itu saja yang bisa kubuat dengan tanganku sendiri. Tapi sayangnya, aku sedikit lupa bagaimana caranya.
Kucoba pikirkan lagi dan mencoba mengaduk – ngaduk adonan yang sudah ada. Kumasukkan satu persatu bahan dan pemanisnya. Aku mengingat dengan keras cara – cara pembuatan kue ini, yang pernah aku bikin dulu sewaktu aku kelas 1 SMA. Aku melihat Bunda memperhatikanku dari jauh. Senyum bunda memberikanku semangat untuk bisa menyelesaikan kue ini.
“ Oh my God ! Jam 7 kurang 15 menit ! !5 menit lagi acaranya dimulai ! Aku juga belum mandi dan siap – siap lagi ! Aduuuuh !” aku semakin panik ketika melihat jam berapa sekarang.
Setelah selesai membuat adonannya, ku masukkan ke dalam alat pemanggang kuenya. Ku bergegas berlari kekamar mandi. Sambil menunggu kue itu selesai dipanggang, lebih baik ku mandi dulu. Supaya bisa menghemat waktu.
“ Nenjiiii............... ! I’m coming !! Wait me !!! Miss u Pashakuuuuuu !” teriakku dalam hati.
                                                          ***
Rumah Nenji sudah begitu ramai diisi tamu undangan Nenji yang umumnya berasal dari teman sekolahnya sekarang ataupun yang dulu. Lampu – lampu indah dan tatanan yang romantis menghiasi rumah Nenji. Apalagi ditambah dengan tulisan “ Happy Sweet Seventeen Nenji “ dengan lilin – lilin kecil yang mengapung dikolam renang Nenji. Itu semua memang ide teman – teman Nenji yang mendekornya tadi sore. Hiasannya benar – benar sangat bagus dan wuaah. Mereka memang sengaja memberikan yang terbaik buat pesta ulangtahun Nenji malam ini.
Secara bergantian ucapan selamat-pun silih berganti datang pada Nenji dari setiap tamu undangan yang datang. Nenji-pun juga membalasnya dengan senyuman ramah yang sudah menjadi khasnya. Balutan kemeja Ungu membaluti tubuh Nenji dengan celana hitam yang membuat Nenji keliatan sangat keran dan rapi malam itu.
Warna ungu memang warna yang dipilih Nenji hari itu. Karna itu adalah warna kesukaan Debra. Tapi bukan berarti Nenji tidak menyukainya. Nenji juga menyukai warna Ungu, tapi dia lebih suka warna merah.
Nenji yang seharusnya keliatan ceria dimalam ini, malah keliatan sangat galau. Daritadi dia nggak berhenti untuk melihat jam dan melihat ke arah pintu masuk. Dia menunggu seseorang yang sangat penting baginya, yang tak kunjung datang dari tadi.
Jam ditangan Nenji sudah menunjukan pukul setengah delapan malam. Tapi dia belum juga melihat tanda – tanda kehadiran Debra. Nenji semakin gelisah, dia semakin panik dan sedih. Pertanyaan – pertanyaan bodoh hinggap dipikirannya.
“ Mungkinkah Debra nggak akan datang malam ini ? Benarkah dia sama sekali nggak peduli dengan hari yang terpenting bagiku ini ? Apa memang dia nggak menganggap aku kekasihnya lagi ? Apa dia nggak ada keinginan buat pertahanin hubungan ini lagi ? Apa dia nggak cinta lagi sama aku karna dihatinya masih ada Yoga ?”
Raut wajah Nenji semakin galau dan sedih. Dia semakin gelisah, bergerak kesana dan kemari. Membolak – balikan tangan melihat jam ditangannya. Dan kemudian mengeluh sendiri dan berkata “ Debra... dimana kamu sayang ?? Dateng doong !  Aku nunggu kamu disini ! Kehadiran kamu yang terpenting malam ini. Please... cepat datang !“
“ Debra belum dateng juga ya dek ? Kita mulai aja acaranya dulu gimana ? Udah setengah delapan loh ? Janjinya kan jam 7 ? Nggak enak sama undangan yang udah datang dek !” ajak Kak Nindy.
“ Bentar ya kak ya ! Tunggu Debra dulu ! “ jawab Nenji yang nggak pernah berdiri tenang itu. Dia semakin panik melihat kesana dan kemari.
“ Tapi mau nunggu sampe jam berapa ? Kalau dia nggak dateng gimana ?” tanya Chiko yang berdiri disamping Nindy.
“ Gue yakin dia pasti dateng kok ! Kita tunggu aja dulu. Gue nggak akan bisa mulai ni acara, tanpa kehadiran dia. “ tegas Nenji.
Chiko dan Nindy lelah untuk membujuk Nenji supaya acara ini dimulai saja. Mereka kembali bergabung dengan undangan lainnya. Sedangkan Nenji masih saja berdiri didepan pintu masuk menunggu kehadiran Debra. Nenji masih sabar dan sangat yakin Debra pasti bakal datang untuknya malam ini.
Tapi sekarang, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Nenji mulai sedikit lelah untuk terus berdiri didepan pintu. Dia menyandarkan badannya pada dinding dan memejamkan matanya. Yang ada dalam pikiran Nenji sekarang adalah bagaimana kalau Debra benar – benar tidak datang seperti yang dibilang Chiko ? Mata Nenji mulai berkaca – kaca diikuti dengan galauan hatinya.
Dia berusaha menahan emosi dan air mata didalam dadanya. Mungkin Nenji memang mulai  sedikit pasrah. Menghadapi kenyataan kalau Debra benar – benar tidak datang. Nenji tetap saja, berdiri dengan pejaman matanya. Dia tidak mau membuka sampai Debra datang dihadapannya.
“ Nenji....... “ sapa suara seorang gadis yang memakai gaun berwarna ungu dengan tentegan kantong berwarna putih dan berdiri dihadapan Nenji. Perlahan Nenji mulai membuka matanya. Dan kemudian ia tersenyum ketika mendapati seseorang yang ada dihadapannya sekarang.
“ Happy birthday sayang  ! I Miss You !” tutur Debra sambil meneteskan airmatanya.
Tanpa tedeng aling – aling Nenji langsung memeluk Debra. Kerinduan yang begitu dalam terpancar dari sorotan matanya. Nenji begitu merindukan Debra. Merindukan suara dan semua tentang dirinya. Debra pun juga membalas hangat pelukan Nenji. Dia pasti juga merasakan hal yang sama dengan Nenji saat ini. Didalam pelukannya, Debra sempat mengatakan sesuatu pada Nenji.
“ Maafin aku...... Maafin aku Ji !“ tutur Debra berbisik dengan airmatanya yang belum juga berhenti.
“ Syuut ! Udah jangan nangis lagi ! Ini adalah hari bahagia aku. Aku nggak mau mikirin yang lain – lain dulu. Kita kesana yaa ! Kasian anak – anak udah pada nunggu lama. “ ajak Nenji menghapus airmata yang jatuh dipipi Debra.
“ Emangnya acaranya belum dimulai ?” tanyaku heran.
“ Gimana caranya mau mulai ? Kan tadi gue sendiri udah bilang ke loe. Acara nggak akan ada artinya tanpa kehadiran loe. Jadi gue nggak akan mulainya sebelum loe dateng.”
“ Maafin gue Ji udah bikin loe nunggu lama...” kataku sedih.
“ Udah.. ! Jangan kebanyakan minta maaf. Minta maafnya ntar aja pas lebaran. Kita kedalam yuuk !”
Nenji sekarang kembali menjadi ceria dan semangat. Digenggam eratnya tangan Debra, seperti tak mau lagi untuk kehilangannya.  Nenji membawa Debra bergabung dengan undangan lainnya.
“ Lihat Debra udah dateng !!!” seru Echa dengan bersemangat pada teman – temannya.
“ Yeeee !!! Acaranya dimulai ! “ seru anak – anak lainnya menyahuti ucapan Echa.
Dan acara pun segera dimulai. Dibuka dengan nyanyian selamat ulang tahun dan happy birthday buat Nenji, tiup lilin, sampe pada potongan kuenya. Dan sudah pastinya.... Debra lah yang mendapatkan potongan kue pertama oleh Nenji. Sebelum Nenji menyuapi Debra, Nenji sempat menjahili Debra sebelumnya. Dengan berkali – kali mengarahkan suapan kue pada mulut Debra, tapi kemudian dialihkan lagi setelah Debra membuka lebar mulutnya. Hal itu jelas membuat Debra sedikit jengkel, tapi didalam hatinya juga pasti senang.
Dan kemudian............... Nenji langsung mengecup mesra bibir Debra. Eits.. tapi cuma sebentar kok ! Cuma kecupan doang. Setelah itu Nenji melepaskannya dan langsung menyuapi Debra kue ketika Debra masih terkejut dengan ciuman Nenji barusan. Sontak semua orang langsung menyoraki mereka dengan seruan godaan dari mulut masing – masing mereka. Debra mau marah tapi udah nggak bisa. Udah kejadian juga.
“ Hehe.. maap sayang. Jangan marah yaa ! Kecupan tadi anggap aja kadomu untuk ulang tahunku. Hahaha... Berikan aku ciuman pertamamu, agar ku yakin kau memanglah milikku !” tutur Nenji sambil menyanyikan sebaris lagu Ungu Ciuman Pertama.
Debra hanya bisa diam dengan senyuman manis dari bibirnya. Debra nggak bisa berbuat apa – apa lagi. Ini untuk pertama kalinya bibir Debra dikecup seseorang. Karna sebelumnya dia belum pernah melakukannya, meski ia telah pacaran sangat lama dengan Yoga.  Tapi baginya nggak apa – apa. Lagian yang mengambil ciuman pertama dari bibirnya adalah Nenji. Lelaki yang sangat ia cintai untuk saat ini. Jadi dia nggak bisa marah lagi.
Setelah acara resmi pemotongan kue selesai, undangan lainnya boleh bebas melakukan apa aja setelah itu. Mau ngumpul – ngumpul dulu sama teman, nyanyi atau hal – hal lainnya.
“ Nenji.... bisa ikut kakak sebentar. Ada yang mau kakak omongin !” pinta Nindy dengan wajah tampak begitu cemas. Nenji menganggukkan kepalanya. Dan kemudian berbicara pada Debra.
“ Aku tinggal sebentar ya yaang. Eh yaa, itu Kak Zaky pacar Kak Nindy. Mending kamu ngobrol – ngobrol aja dulu sama dia. Okey ?” tunjuk Nenji pada laki – laki berkulit putih dengan kemeja hitam berlengan pendek itu. Laki – laki itu langsung melambaikan tangannya begitu melihat Nenji menunjuk kearahnya. Wajahnya sangat tampan. Dia memakai kacamata tapi tetap saja keliatan keren. Sangat cocok sekali didampingkan dengan Nindy.
Nenji langsung mengikuti kakaknya untuk pergi kesuatu tempat untuk berbicara. Sepertinya, apa yang mereka bicarakan begitu serius, sehingga mereka perlu bicara empat mata. Dan Debra berjalan menghampiri Kak Zaky.
“ Hey Kak Zaky.. lagi sibuk nggak ? Ngobrol – ngobrol bentar yuuk! “ ajak Debra pada Zaky.
“ Ehm.. nggak kok dek ! Kita ngobrol dimana ? Disana aja yuuk !” Ajak Zaky menunjuk tempat duduk yang berada didepan kolam renang.
“ Ajiee.. yang dapat ciuman pertama dari Nenji. Haha..” goda Zaky pada Debra.
“ Aaa.. udah ah jangan dibahas lagi. Mau marah tapi nggak bisa lagi marah sama dia. Hehe..”
“ Nggak apa – apa lagi. Toh juga bukan ciuman yang gimana – gimana, cuma kecupan doang, nggak apa – apa lah deek. “ ucap Zaky sambil mengusap rambut Debra.
“ Eh ya kak, aku udah lama banget pengen ketemu sama kakak. Aku pengen cerita – cerita. Terutama soal pertemuan kakak waktu pertama kali dikenalin sama Mama dan Papa kak Nindy. Perlakuan Mama kayak gimana sih sama kakak waktu itu ?” tanya Debra penasaran, walau ia sudah mengetahui ceritanya dari Nindy.
“ Owh.. wuaa seru banget dek ! Keluarga mereka tu benar – benar ramah semuanya. Apalagi Mama ! Kakak nggak nyangka banget Mama Nindy benar – benar ramah kayak gitu. Kakak pikir, orang sekelas mereka pasti menganggap remeh aja orang kayak kakak yang nggak setajir mereka. Yaa seperti banyak dibilang orang sombong lah ! Tapi ini nggak dek ! Papanya pasti kamu juga tahu sendiri kan, udah gokil dari sananya. Yang paling berkesan bagi kakak itu sama Mamanya. Mamanya welcomeeee banget dek ! Cerewet banget lah, nggak berhenti – berhentinya ngajakin kakak ngomong. Kita ketawa sama – sama, mpe nggak nyadar kalo udah pukul 11 malem, karna saking asyiknya ngumpul – ngumpul cerita gitu. Pesan yang paling kakak inget dari Mamanya gini , Zaky.... Mama titip Nindy ya sama kamu. Dia anak gadis mama satu – satunya. Jangan kecewain dia ya buat Mama. Mama berharap kalian bisa serius untuk selamanya. Kebayang nggak sih dek, gimana ramah dan serunya mereka waktu itu ? Baru juga pertemuan pertama, tapi udah hangat banget sambutannya sama mantunya. Kakak jadi nggak mau banget ngelepasin Nindy. Kakak yang orang biasa – biasa kayak gini, bisa diterima dengan sangat baik dikeluarganya. Belum tentu kakak bisa ngedapetin itu dari keluarga yang lain. Jadi doain aja ya dek supaya bisa selamanya.” Jelas Zaky yang bercerita dengan penuh rona bahagianya, mengingat kejadian waktu itu.
Apa yang diceritakan Zaky, sontak membuat Debra sangat terkejut. Cerita Zaky sangat jauh berbeda dengan cerita Nindy dulu sewaktu menenangkan Debra dari perlakuan Mamanya.
“ Jadi Kak Nindy kemarin berbohong sama aku ?” tutur Debra didalam hati. “ Hmm.. aku yakin, ceritanya kemarin pasti hanya ingin menghiburku saja. Supaya ku tidak terlalu sedih. “ batin Debra dengan menyunggingkan senyuman kecilnya berterima kasih pada usaha Nindy yang tetap ingin membuat dia tersenyum.
“ Maa.. plis jangan sekarang Ma “ pinta Nindy dengan wajah memelas pada Mamanya.
“ Nggak ! Ini adalah waktu yang tepat. Dan nggak ada seorangpun yang bisa larang Mama. Nenji adalah anak laki satu – satunya yang Mama miliki. Mama berhak untuk itu.” tegas Mamanya.
“ Tapi waktunya jangan sekarang Mama ! Nenji juga adik aku ! Aku juga..”
“ Nindy diam kamu !! Jangan ikut campur !’ Bentak Mama pada Nindy.
“ Perhatian semuanya !! Kebetulan sekali, karna hari ini begitu banyak yang datang. Sudah banyak yang berkumpul. Mama mau memberikan pengumuman yang penting pada kalian semuanya !” sorak Mamanya pada semua tamu undangan. Serentak semua orang mulai berkumpul untuk mendengarkan pengumuman dari Mama Nenji.
“ Mama aku mohon..... “ pinta Nenji dengan wajah yang memelas.
“ Kamu diam disana. Biarin Mama yang beritahu teman kamu semuanya. Okey !” potong Mamanya sebelum Nenji selesai berbicara. Nenji sudah tidak bisa berbuat apa – apa lagi. Disamping kiri dan kanannya sudah ada dua orang suruhan dari Mamanya untuk menjaga Nenji agar tidak memberontak terlalu jauh.
“ Malam ini adalah malam yang sangat berbahagia bagi anak tente, Nenji Alvaro ! Karna tepat pada hari ini, usianya sudah beranjak 17 tahun. Dan usia itu, tente rasa pasti sudah perlu merasakan getirnya cinta. Dan malam ini juga, tente ingin mengumumkan kepada semuanya, kalau anak tente yang ganteng ini akan bertunangan dengan seseorang. “
Semua orang langsung saling berbisik satu sama lain, menerka – nerka siapa gadis yang bertunangan dengan Nenji. Tapi yang ada didalam pikiran semua orang, pastinya adalah Debra. Karna siapa lagi kekasih Nenji kalau bukan Debra. Lagian tadi mereka begitu mesra. Jadi nggak mungkin juga ada orang lain didalam hubungan mereka. Dan semua mata kini memandang kearah Debra. Debra langsung malu dan menundukkan kepalanya. Tapi tetap saja, hati Debra berkata lain. Dia yakin, kalau bukan dia orangnya. Karna liat saja perlakuan Mamanya dulu. Nggak mungkin, tiba – tiba sekarang Mama mau mengadakan pertunanganan Nenji dengannya.
“ Bukan dia orangnya !” lanjut Mama ketika semua orang melihat ke arah Debra. Semua orang langsung kaget melihat kearah Mama, karna mendengar pernyataan Mama barusan.
“ Zora ! Kesini sayang ! “ panggil Mamanya pada gadis cantik berkulit putih, dengan tinggi semampai, berhidung mancung, mata coklatnya yang indah, dan rambut ikalnya yang terurai diatas gaunnya berwarna ungu itu. Membuat gadis ini benar – benar keliatan sangat anggun dan cantik. Dan memang, jika didampingkan dengan Nenji, mereka berdua memang sangat cocok dan serasi.
Gadis itu berjalan mendekati mama. Nenji hanya bisa tertunduk lemas. Dia nggak kuat untuk menatap wajah Debra yang berada ditepi kolam renang diseberangnya. Begitu halnya dengan Debra. Dia sangat kaget mendengar pernyataan Mama barusan.
“ Perkenalkan ! Dia adalah Zora Alitzka. Tunangan Nenji ! Calon istrinya Nenji Alvaro, anakku.” Ujar Mama memperkenalkan Zora.
Semua orang langsung terkejut. Terutama Debra ! Dan untuk kesekian kalinya, Debra nggak bisa lagi menahan airmatanya tumpah untuk Nenji. Debra begitu sakit dan terpukul. Kekasihnya yang begitu ia cintai ternyata telah bertunangan dengan orang lain. Debra nggak sanggup lagi untuk tetap berdiam diri disana. Debra langsung berlari kearah luar sekencang – kencangnya. Sambil terus menghapus air matanya yang jatuh.
“ Debra...... !” teriak Nenji menggil Debra untuk memberhentikan langkahnya, namun sia – sia. Debra tak menghiraukan panggilan Nenji. Dia terus berlari dengan kantong putih yang terus berada ditangannya dari tadi.
“ Udah perkenalannya Ma ? Udah puas atas semua yang udah Mama lakuin ?? “ bentak Nenji pada Mamanya.
“ Makasih Ma !! Makasih banget udah ngancurin hari bahagia Nenji. Makasih udah bikin semuanya kacau !” sinis Nenji lagi dengan mata yang berkaca – kaca.
Nenji langsung berlari meninggalkan acaranya. Dia langsung menyalakan motornya dan mengejar Debra yang mungkin sudah berlari sangat jauh dari tempat itu.











Tercipta Untukku
         
Aku berlari sekencang – kencangnya. Aku sendiri tak tau harus pergi kemana. Yang ada dalam pikiranku sekarang, hanyalah bagaimana caranya untuk pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Rasanya begitu sakit, ketika mendengarkan pernyataan itu terucap dari mulut Mamanya. Nenji bertunangan dengan orang lain. Bukan aku !
Lalu apa artinya hubunganku selama ini dengannya ?? Baru saja aku merasakan kembali kehangatan cinta darinya. Manisnya sebuah cinta yang ia berikan padaku. Dan sekarang, aku kembali merasakan kepahitan itu. Kenapa Nenji selama ini tidak memberitahuku perihal ini ? Jika memang dia sudah ditunangankan dengan orang lain, kenapa dia harus memperkenalkan aku dengan orangtuanya dulu ?Kenapa dia harus memperkenalkan aku dengan keluarganya ? Kenapa dia memberikan harapan yang indah itu padaku, jika ternyata semuanya palsu !
“ Aku benci Nenji ! Aku sakit ! Aku terluka ! Aku begitu mencintainya, kenapa dia harus membalas semua rasa cintaku seperti ini ?? Aku benci kamu Nenji, aku benci kamu !!” teriakku dalam hati sambil terus berlari dengan tetesan airmataku.
Baru saja tadi kau kecup bibirku, dan membisikkan kalimat yang nggak akan pernah terlupakan olehku. “ I will always love You ! I’m Yours Debra !” Apa arti dari semua itu ?? Kenapa dalam suasana yang sama, semuanya langsung berubah dalam waktu sekejap saja ? Kamu bukan milikku lagi. Kamu sudah menjadi miliknya untuk sekarang, dan selamanya. Dan nggak akan pernah bisa menjadi milikku lagi.
“ Kenapa kamu lakuin ini ke aku Nenji ?? Kenapa ??!!” ucapku.
Lampu – lampu jalanan memancarkan cahaya yang remang – remang. Ku ambil highheelsku. Ku tenteng dia berjalan bersamaku. Kakiku sudah begitu penat jika harus berlari lagi.  Dan keliatannya  sekarang juga sudah cukup jauh dari rumah Nenji.
Ku lihat pemandangan sekitarku. Begitu sepi dan hanya ada sedikit mobil dan motor yang melintasi tempat ini. Dimana ini ? Kenapa tempat ini begitu sepi ? Rasanya ini bukan jalan yang biasanya aku lewati setelah pulang dari rumah Nenji. Berlari kemana aku tadi ?
Ya Tuhaan..... badanku sangat lemas. Aku nggak sanggup lagi untuk bergerak. Yang ada dalam pikiranku sekarang hanyalah Nenji. Semua kenangan manis tentangnya. Semua masa – masa indah yang dulu aku lewati bersamanya. Semua tawa dan candanya. Semua nyanyiannya untukku.
Dan yang paling membuat hatiku sangat pilu, adalah lagu Terang Dalam Gelapku yang dinyanyikannya untukku.
Dan aku telah yakinkan hatiku bahagiakanku jelang bersamamu. Dan aku yang tak bisa tanpamu karna engkaulah terang dalam gelapku.
Apa arti dari lirik itu ?? Bukannya itu berarti dia telah meyakinkan hatinya untuk bahagia bersamaku hingga akhir nanti??Lalu kenapa semuanya dengan mudah digantikan dengan kenyataan pahit seperti ini ?? Kemana perginya semua masa indah itu ?? Aku ingin kembali seperti yang dulu.
“ Nenji.... aku sangat mencintai kamu. Hanya karna kamu aku bisa bertahan dan bangkit seperti ini lagi. Kenapa kamu harus ngelakuin ini padaku ?” tuturku.
“ Aku juga sangat mencintai kamu Debra ! Aku nggak pernah mau untuk ngelakuin ini sama kamu. Ini bukan inginku Debra ! Aku juga nggak mau, dan nggak akan pernah mau ! “ ucap seseorang lelaki yang terdengar dari belakangku.
Suara merdunya yang selalu membuat hatiku teduh. Nenji. Aku langsung membalikkan badanku, dan sejenak terdiam menatap dirinya yang membuat hatiku semakin pilu.
“ Tapi kenapa tadi kamu cuma diem aja ? Kenapa kamu nggak coba ngebantah semua yang diucapin Mama kamu tadi ? Kenapa kamu sama sekali nggak ada usaha untuk itu ? Itu sama aja artinya kamu nggak mau untuk pertahanin hubungan ini kan ??” tanyaku kecewa.
“ Aku nggak bisa ngelawan Mama disana. Aku dijaga ketat sama orang suruhan Mama. Mereka disamping aku. Sekali saja aku bergerak untuk ngelawan, mereka pasti akan mencegatku Ra. Bahkan mungkin aku nggak diizinin berdiri disana. Aku pasti akan dikurung dikamar. Itu artinya aku nggak bisa untuk mengejarmu dan menjelaskan semuanya padamu seperti sekarang ini. Aku mohon.......... tolong dengerin penjelesan aku dulu ! Kamu mau kan ikut aku ? Kita bicara ditempat lain, nggak disini. Orang suruhan Mama pasti lagi cari aku sekarang. Tempat ini masih dekat dengan rumahku. Kita pergi dari sini, bisa kan ?” pinta Nenji dengan wajah yang memelas padaku.
Raut wajah yang sangat sedih, dan aku bisa tahu dari isi hati Nenji. Hal ini pasti begitu berat baginya. Dia juga pasti tidak menginginkan ini. Dan nggak ada salahnya, aku mendengarkan penjelasannya dulu.
“ Iya.. aku mau. “ jawabku singkat.
Kemudian aku dan Nenji naik motornya yang berdiri tak jauh dari tempat kami berbicara tadi. Nenji langsung menyalakan mesin motornya. Nenji melajukan motor ini sekencang mungkin. Kecepatan yang sangat luar biasa. Kupeluk erat tubuh Nenji agar tak terjatuh. Hatiku sangat pilu dalam dekapan ini... pertanyaan bodoh yang paling kutakutkan hinggap dikepalaku. Yang membuatku semakin takut jika hal itu benar – benar akan terjadi.
“ Akankah ku bisa untuk selamanya memeluk Nenji seperti ini ? Atau...... pelukan ini adalah pelukan terakhirku untuk Nenji ? Apa esok hari aku takkan bisa lagi merasakan seperti ini ? Merasakan kehangatan dalam pelukanku dengannya.” L
                                                ***
Nenji membawaku ke tempat yang aku sendiri nggak tahu dimana. Dibawah jembatan, tapi lingkungan ini sangat bersih. Apalagi ditambah dengan cahaya lampu jalan yang menyinari dengan terang. Nenji memberhentikan motorya ditepi kali yang cukup besar. Aku yakin, kalau siang hari air dikali ini pasti sangat jernih. Buktinya saja, sekarang bayangan tiang listrik dan lampu penerang jalan itu ada didalam air tersebut. Tempat ini benar – benar sangat romantis. Walau mungkin ketika mendengar namanya, keliatannya sangat tidak mungkin. Tapi memang itu kenyataannya.
“ Aku nggak tahu mesti mulai ngomong darimana. Aku minta maaf... Aku minta maaf untuk suatu hal yang nggak pernah mau aku lakukan. Aku nggak pernah mau nerima pertunanganan ini Ra. Nggak pernah !” tutur Nenji membuka pembicaraannya denganku.
“ Dan sekarang... kamu sudah mau menerima semuanya kan ?” tanyaku sedih.
“ Tetap aja nggak ! Aku sama sekali nggak pernah mencintai gadis itu. Jangankan untuk menjalin hubungan dengannya, senyum aja aku nggak akan pernah mau untuknya. Aku dan Kak Nindy, kita sama sekali nggak pernah suka pada keluarganya. Apalagi Mamanya, si nenek lampir itu. Meskipun dia masih punya hubungan saudara dengan kami, aku sama sekali nggak pernah sudi untuk itu. “
“ Saudara ? Kalau kalian memang saudara kenapa kalian bisa dijodohkan ?” tanyaku heran.
“ Kami juga bukan saudara kandung kok. Mamanya adalah anak dari sahabat Oma aku dulu. Ketika sahabatnya itu meninggal, dia menitipkan si nenek lampir itu pada Oma aku. Dia adalah anak angkat dari Oma. Dan soal perjodohan ini, aku yakin Mama ngelakuinnya karna ingin balas budi pada mamanya Zora itu. “
“ Balas budi ?”
“ Iya.... Dulu nyawa Mama aku, hampir aja udah nggak tertolong lagi Ra, karna kecelakaan maut yang menimpanya. Dan Mama Zora lah, yang pertama kali menolong dan satu – satunya pendonor darah buat Mama. Dulu dia orangnya sangat baik, bahkan dia mau merelakan darahnya habis, jika itu bisa membuat Mama selamat. Jasa dia juga bukan hanya itu saja, perusahaan juga pernah hampir bangkrut. Dan karna dia juga lah, semuanya bisa dikendaliin lagi. Meski dia sama sekali nggak kerja diperusahaan itu. Ibaratnya, dia cuma tinggal aja dirumah aku dulu. Tapi semuanya berubah, setelah dia menyelamatkan nyawa Mama itu. Dia mulai minta yang aneh – aneh sama Mama, dia memberikan dua pilihan yang sangat berat buat Mama, perjodohan anaknya dengan aku, atau dua perusahaan keluarga kami yang jadi warisan Oma diserahkan untuk dia. Awalnya Mama nolak, tapi... Mama juga ngerasa berhutang budi sama dia. Dan akhirnya, Mama memilih perjodohan ini. “
“ Berati kamu udah tau ini sejak lama, iya kaan ? Trus kenapa kamu masih bisa pacaran dengan Dinda, dan sekarang aku ! Kenapa kamu tetap mau ngelakuinnya ? Padahal kamu tau sendiri, kamu nggak akn pernah bisa bersatu karna ada Zora. Ini sama aja kamu nyakitin perasaan mereka, terutama aku !”
“ Aku juga baru tahu hal ini setelah Dinda meninggal Ra. Semua kejadian ini terjadi 4 tahun yang lalu. Dan sebelum peristiwa ini terjadi, aku juga udah pacaran dengan Dinda. Dan Mama nggak mungkin misahin aku gitu aja. Mama juga udah seneng banget dengan kehadiran Dinda. Selama itu, Mama selalu berusaha mencari cara lain agar bisa membatalkan perjanjian itu. Tapi hingga sekarang, Mama nggak bisa nemuinnya. Selain perusahaan, dia memberikan nominal yang cukup tinggi, jika memang nggak mau untuk melakukan kedua –duanya. Nenek lampir itu orang yang gila Ra ! Jika kita nggak wujudin semua keinginan dia, Dia pasti bakal bertindak bodoh dan ngancurin kita semua.”
“ Itu artinya kamu nggak bisa ngelak perjodohan ini. Yaudah.... mungkin kita... mungkin... mungkin kita memang nggak akan pernah bisa bersatu. “ ucapku terbata – bata. Sulit bagiku untuk mengucapkan kata ini. Tapi aku nggak punya pilihan lain selain ini.
“ Apa ??? Jadi ini kado ulang tahun kamu untuk aku ? Mutusin aku tepat dihari ulangtahunku. Iya Ra ??” tanya Nenji sedih menatapku dengan mata yang sudah mulai memerah dan berair.
“ Kita nggak ada jalan lain, selain ini Ji. “
“ Ada !! Kita pasti punya jalan untuk bisa keluar dari masalah ini !” yakin Nenji.
“ Apa ?? Nggak ada Ji ! Buktinya aja tadi kamu bilang, selama ini Mama selalu berusaha untuk mencari jalan keluar dari masalah ini. Tapi hasilnya ?? Nggak ada kan ?!! Kita nggak punya apa – apa untuk bisa mempertahankan ini.”
“ Kita punya Ra ! Kita punya sesuatu yang berharga yang mampu mengalahkan semuanya. Yang mampu membawa kita keluar dari masalah ini. Kita punya cinta Ra ! Kita masih punya cinta !!” tegas Nenji. Aku hanya bisa diam dan tak mampu menjawab pertanyaan Nenji.
“ Atau............ apa rasa cinta dihati kamu untuk aku udah nggak ada lagi ?” tanya Nenji sedih melihatku yang hanya diam dan tak menyahuti ucapannya tadi.
“ Masih Ji. Rasa cinta dan sayang aku untuk kamu masih seperti yang dulu. Bahkan sekarang jauh lebih dalam. “
“ Kalau gitu bilang sama aku, kamu mau untuk pertahanin hubungan ini sampai kapanpun. Sampai akhir hayat hidup kita. “
“ Gimana caranya ?? Itu nggak...” Nenji langsung menempelkan jari telunjuknya dibibirku. Menyuruhku untuk berhenti melanjutkan ucapanku barusan.
“ Nggak ada yang nggak mungkin. Dan jangan pernah bilang nggak bisa. Keyakinan kamu.. kekuatan cinta kamu dan aku. Pasti mampu untuk mengalahkan semua masalah ini. Aku mohon... tolong jangan pergi dari aku ! Tetaplah ada disampingku sampai kapanpun. Please........ tolong berjanji buat aku Ra. Jadiin ini kado yang terindah dari kamu untuk aku. Aku mohon Ra..... Tolong bilang sama aku. Kamu mencintai aku, dan kamu janji akan selalu hadir dan temani aku disetiap langkahmu. Bilang sama aku... kamu tercipta untukku “ tutur Nenji mengucapkannya dengan lembut padaku. Suaranya yang teduh namun tetap tegas. Sorotan matanya yang menatapku dengan penuh cinta, berharap kita kan bisa selamanya.
“ Aku mencintai kamu. Aku janji... aku akan pertahanin hubungan ini denganmu. Aku ingin kamu selalu ada disampingku sampai kapanpun. Karna kamu tercipta untukku.” Ucapku dengan yakin begitu mendengar permintaan dari Nenji tadi.
Nenji langsung memelukku. Pelukan kasih sayang yang jelas terasa olehku. Dia benar – benar sangat mencintaiku. Kenapa aku harus menyia – nyiakan semuanya ?? Kenapa aku harus berkata tidak untuk itu ? Aku juga sangat mencintainya. Aku nggak akan pernah mau kehilangan dia. Didalam pelukan ini aku berjanji, sampai kapanpun aku akan berusaha untuk pertahanin hubungan ini dengannya. Aku begitu yakin padanya. Semoga keyakinanku bisa untuk selamanya. Selamanya bersama Nenji....
“ Makasi ya sayang.... Aku janji aku nggak akan ngelepasin kamu. Aku akan selalu ada untuk kamu. Karna cintaku hanya untuk kamu. Aku pengen nyanyiin sebuah lagu untuk kamu. Bentar yaa.. aku hidupin musiknya dulu. “ kata Nenji.
Dia mangambil handphonenya disaku celana hitam yang ia kenakan. Dia menghidupkan musik yang pastinya aku juga tau itu lagu apa. Ungu.. Tercipta Untukku. Nenji langsung mengeluarkan suara merdunya mengikuti musik yang sudah diputarkannya. Dia genggam eratnya tanganku dan menatap dengan kasih sayangnya.

Tercipta Untukku
Menatap indahnya senyuman diwajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku
Banyak kata yang tak mampu kuungkapkan
Kepada dirimu.....
Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku
Disetiap langkah yang meyakiniku
Kau Tercipta Untukku
Sepanjang Hidupku
Aku pun juga membalas nyanyian Nenji. Seperti lirik lagu yang dibawakan Rossa. Yang mempunyai makna sangat dalam.
Sungguh hanyalah dirimu yang aku cintai......
Dan sungguh ku kan disisimu hingga ku mati........
Setelah nyanyian selesai, Nenji langsung merangkulku dan mencium keningku. Ku bersandar manja didada Nenji ketika dia merangkulku. Ku hirup nafasku dalam – dalam. Ku pejamkan mata sejenak dan kemudian membukanya lagi. Hatiku sekarang begitu tenang rasanya, berada dalam dekapan hangat Nenji. Berada dalam cintanya yang meyakinkanku.
Kini tiada lagi keraguan dihatiku. Apa yang telah dilakukan Nenji tadi, sudah cukup bagiku untuk mengetahui seberapa besar cinta Nenji untukku. Aku nggak akan pernah mau menyia – nyiakannya dalam hidupku. Karna aku merasa, aku lah gadis yang sangat beruntung didunia ini. Karna bisa mendapatkan cinta yang tulus, dari orang seperti Nenji.
“ Yang... kamu denger ada suara – suara aneh nggak ?” ucap Nenji yang tiba – tiba mengagetkanku dengan pertanyaannya itu.
“ Suara apaan ?? Ji.. jangan nakut –nakutin dong ! Ini udah jam setengah dua belas malem tau. Disini sepi lagi.. jangan nanya aneh – aneh ah !” tuturku pada Nenji karna takut kalau – kalau memang ada sesuatu hal gaib disini. Ya maksudku, hantu dan semacamnya lah. Aku memang sangat takut untuk itu.
“ Bukan... maksud aku perut aku ini yang ! Kamu dengerin bunyi keroncongan nggak sih ? Mereka lagi manggung ni didalam. Laper yaaang !“ ujar Nenji dengan suara manjanya.
“ Aaaa... aku kirain suara apa ! Ternyata suara perut kamu ! Nyebelin iih... ! Udah bikin orang takut aja !” cemberutku.
“ Hahaha... ya abis ! Udah ada aku disini masih aja takut mikirin yang begituan. Ckckck ! Tapi beneran ni yaang.. laper banget ! Aku belum makan daritadi. Sorenya udah sibuk ngurusin dekor rumah sama anak – anak. Malamnya sibuk nungguin kamu didepan pintu sampe datang. Nah sekarang kita udah ada disini. Aku belum makan ni... “ ucap Nenji mengeluh memegang perutnya sambil manyun gitu.
Aku ingat.. tadi aku kan buatin kue untuknya. Sebagai kado ulangtahunnya dariku, yang sudah aku masukkan dalam kantong putih ini. Mending makan ini aja dulu, untuk pejanggal perut.
“ Hmm... ini aku punya kue ! Yaa.. bisalah buat janggal perut kamu dulu yang lagi laper banget itu.” ucapku mengeluarkan kotak kue dari kantong putihku.
“ Wuaa.. kebetulan banget ! Ini kue apa yang ? Kok udah ada sama kamu aja ?” tanya Nenji heran.
“ Aku nggak tau mesti beliin kamu kado apa. Kak Nindy aja hadiahnya mahal banget, mini mobil simerah. Aku nggak punya uang sebanyak itu buat beliin kamu kado kayak gitu. Lagian juga waktunya udah mepet banget. Mau beliin kado udah nggak sempat lagi. Yaudah... aku buatin kamu kue aja.” Ucapku yang nggak mau menatap wajah Nenji. Aku maluu....
“ Hem... ternyata sayangku satu ini pinter masak juga. Tau banget aku lagi laper... makaaan ! Santap euy !” ujar Nenji yang langsung membuka tutup tempat kuenya.
“ Wuaa... brownies gambar hati ! Hahaha.. lucu banget sih yaang !” seru Nenji melihat kueku.
“ Jangan ngehina gitu.. kalo jelek bilang aja jelek. Kuenya gosong gitu. Hitem bangeet ! Itu mah namanya bukan brownies lagi. Tadi waktu aku matengin kuenya, aku tinggal dulu. Trus aku langsung mandi siap – siap kerumah kamu. Pas aku balik.. eh ternyata udah gosong aja. Aku telat ngambilnya. Aku kesal banget tadi ! Padahal aku udah bikin capek – capek berharap hasilnya bakal maksimal dan bagus banget. Pokoknya perfect lah.. soalnya aku cuma bisa ngasi kado ini buat kamu. Tapi ternyata hasilnya malah gitu. Aku sedih banget ! Pengen ngulang buat lagi, tapi waktunya udah nggak memungkinkan. Yaudah.. aku kepaksa bawa yang ini aja. Maaf... kuenya gosong banget yaang. “ ujarku sedih dengan pasang muka cemberut padanya.
Nenji menatap mataku dalam dan tak bergerak sedikitpun. Senyuman indah yang begitu tulus terpancar dari wajahnya. Dia menatapku cukup lama. Sampe – sampe aku sendiri nggak kuat untuk balas menatapnya.
“ Kalo nggak mau yaudah.. nggak usah dimakan ! “ tuturku yang langsung merebut kue itu dari Nenji.
“ Eiiitzz... jangan diambil lagi dong ! Ini kan hadiah kamu buat aku ! Enak aja main ambil lagi.. lagian siapa juga yang bilang nggak mau.” Ucap Nenji menahan kue itu ditangannya.
“ Ya abis kamunya malah diem aja.. kuenya nggak dimakan gitu.”
“ Aku diem.. karna aku salut sama kamu. Aku nggak tau mesti ngucapin terimakasih kayak apa. Ini adalah kado yang paliiing mahaaaaaal harganya dibandingkan apapun. Kado Kak Nindy aja kalah sama ini. Aku bukan ngeledek loe yaang, tapi ini beneran. Diganti sama apapun, dan dibeli sama orang dengan harga yang tinggi sekalipun aku nggak akan pernah mau ngasinya. Yaa... meskipun kuenya gosong gini, ini adalah kado kamu untuk aku. Dengan tangan kamu sendiri lagi. Ini sangat berharga buat aku. “ tutur Nenji dengan senyuman terindahnya itu.
“ Dimakan dong kuenya kalo gitu... “ ujarku membalas senyumannya tadi.
“ Hehe pasti dong ! Aku makan yaaa ! Hmm.. aku kasih namanya kue cinta bergambar hati dari my princess ! Haha... “ tutur Nenji sambil memakan kue dariku.
“ Hmm.. rasanya enak kok yaang sebenarnya ! Tapi, memang ada sedikit pahitnya sih, karna gosongnya ini. Tapi tetap aja enak kok, mantep yaang !“ puji Nenji yang dengan lahapnya makan kueku.
“ Hehe.. makasi ganteeeng ! Eh yaa.. bagi dong ! Suapin aku !” kataku dengan manja.
“ Nggak... nggak boleh yaang ! “ ucap Nenji serius.
“ Aaa.. pelit banget sih ! Aku kan juga laper !” Cemberutku.
“ Pokonya kamu nggak boleh makan kue ini. Ini kan kue dari kamu untuk aku, jadi cuma aku doang yang boleh makannya. Kamu nggak boleh !“ ujar Nenji.
“ Tapi kan aku yang bikin.... “
“ Tetap aja nggak boleh ! “ jawab Nenji lagi.
“ Nyebelin ih kamu ! Pacarnya juga laper, dia enak – enakan makan sendiri. “
“ Haa... tinggal dikit lagi ni yaang ! Maap aku laper banget.. yaudah kamu makan yang segini aja.  Setelah dipikir – pikir lagi, yang sekarang ni aku ikhlas kok.. hehehe. Ni aku suapin yaa !“
“ Dikit banget sih ! Yaudah aku makan sendiri ! Nggak mau disuapin.” Ketusku ketika melihat potongan kue yang tersisa.
“ Haha.. maap cintaa ! Jangan cemberut gitu dong ! Ntar aku cium lagi loh.. mau ??” goda Nenji.
“ Nggak ! Nggak mau.... tadi aja sebenarnya nggak ikhlas banget waktu kamu cium tadi. “ tuturku sambil memakan kuenya.
“ Beneraaan ?? Pasti sebenarnya seneng kaan ?? Jangan boong ! Dapet kecupan mesra dari Nenji Alvaro masa nggak seneng sih ? Haha !“ rayu Nenji lagi
“ Diih.. pede banget sih ! Ckckck.. eh yaa ! Aku udah tau yang sebenarnya gimana cerita kak Zaky waktu pertama ketemu sama Mama. Kak Nindy sengaja boong kan sama aku ?”
Nenji terdiam dan menyunggingkan senyuman kecil dari bibirnya. Dia menundukkan kepalanya. Dan kemudian mengangkatnya lagi. Wajahnya yang tadi sudah begitu ceria, sekarang kembali lagi terlihat sedih dan sangat serius.
“ Kak Nindy sebenarnya nggak bermaksud boong kok sama kamu. Tapi dia nggak punya cara lain aja, gimana caranya untuk bisa buat kamu tersenyum dan seneng lagi. Jadi dia kepaksa boong deh sama kamu. “
“ Iyaa.. aku nggak marah juga kok sama kak Nindy. Aku tau maksud Kak Nindy sebenarnya. Malahan aku pengen berterima kasih banget sama kak Nindy. Karna walaupun itu cuma cerita boong aja, tapi hati aku benar – benar udah dibikin tenang waktu itu. “ Nenji tersenyum lega mendengar ucapanku barusan. Dia pasti nggak ingin aku membenci kakaknya karna ini. Nggak mungkin lah, aku membenci Kak Nindy. Kak Nindy udah banyak banget berbuat untuk aku. Aku udah nganggepnya kayak kakak kandungku sendiri.
“ Sebenarnya Mama orang yang sangat baik kok. Dia juga bukan orang yang sombong dan galak gitu sama orang. Dia sama sekali nggak pernah bedain orang dari status keluarganya. Lihat aja gimana perlakuan dia sama Kak Zaky. Kak Zaky cuma orang biasa aja kok. Tapi Mama benar – benar setuju banget dia sama Kak Nindy. Karna Mama bisa lihat sendiri, calon dokter seperti Kak Zaky adalah tipe orang yang pekerja keras. Dia pasti bisa bahagiain Kak Nindy. Dan sebenarnya, untuk calon aku nantinya pun Mama nggak milih – milih juga status orangnya seperti apa. Contohnya aja dulu Dinda. Padahal aku masih SMP. Tapi Mama udah sayang banget sama Dinda. Dinda juga sama kayak Kak Zaky. Cuma masalahnya sekarang, kenapa Mama jadi kayak gini ya karna si nenek lampir itu. Semenjak terpengaruh dengan omongan nenek itu, Mama jadi berubah. Mama yang sulu sangat ramah, sekarang jadi sering marah – marah sama kami tanpa sebab. Juga jadi sering memandang remeh orang. Makanya, kami sangat membenci nenek lampir itu. Karna dia lah Mama jadi berubah seperti ini. “
Aku terdiam mendengar penjelasan dari Nenji. Mungkin memang benar, Mama sebenarnya adalah orang yang baik. Bahkan sangat ramah dan tidak sesombong sekarang. Aku bisa lihat dari paras muka Mama yang cantik dan terlihat lembut. Mama keliatan berusaha tampak seperti orang yang garang dan pemarah. Padahal dibalik semuanya, terpancar raut muka yang lembut dan ramah dari dirinya.
“ Walau bagaimanapun sikap Mama sekarang ini padaku, sebenarnya aku tetap sangat menyayangi Mama. Dan sampai kapanpun rasa sayangku nggak akan pernah berubah untuknya. Aku merindukan Mama... merindukan sosok Mama yang dulu. Mama yang selalu tersenyum dan berkata lembut padaku. Mama yang selalu menjaga aku dan merawatku terutama ketika aku sakit. Perhatian dan kasih sayangnya yang begitu tulus, putih dan suci. Dia yang mmeberikan aku hidup. Aku nggak akan pernah bisa balasnya. Hangat dalam dekapannya selalu memberikan aku kedamaian. Dan sekarang, aku udah hampir nggak pernah lagi mendapatkannya. Mama sibuk dengan kerjanya, sekalinya pulang kerumah juga selalu marah – marah. Aku kangen sama Mama yaang ! Aku merindukan belaian hangat dari tangannya ! Aku merindukan Mama yang dulu... Sangat merindukannya. “
Aku langsung memeluk Nenji yang mulai menangis karna ceritanya tadi padaku. Nenji nggak kuat lagi membendung airmatanya. Nenji langsung menghapus airmatanya yang jatuh. Nenji pasti sangat merindukan Mamanya yang dulu. Semuanya bisa kurasakan ketika dia mencoba menahan tangisnya dipelukku. Badannya gemetar karna berusaha menahan airmatanya supaya nggak jatuh lagi. Nenji berusaha tampak tegar dihadapanku.
“ Menangislah Ji.. Menangislah dibahuku. Lepasin semuanya.. jangan menahan semua yang ada didadamu. Lepasin sayang... aku tahu kamu pasti sangat merindukannya ! Lepasin semua tangisanmu, jika ini membuat kamu tenang.“ ucapku pada Nenji.
Nenji memelukku dengan erat. Tubuhnya gemetar karna tangisannya ni. Dia mulai melepaskan semua tangisannya dibahuku. Aku bisa merasakan, seberapa dalam cinta Nenji pada Mamanya. Seberapa dalam kerinduan Nenji pada Mamanya. Aku juga ikut menangis karnanya. Karna bagaimanapun Ibu kita sekarang, dia adalah wanita yang paling berharga dalam hidup kita. Kita nggak akan pernah mampu membalas semua jasanya.
Doa untuk Ibu
Kau memberikanku hidup
Kau memberikanku kasih sayang
Tulusnya cintamu, putihnya kasihmu,
takkan pernah terbalaskan
Hangat dalam dekapanmu
Memberikan aku kedamaian
Eratnya pelukmu, nimatnya belaimu
Takkan pernah terlupakan
Ooh.. ibu terima kasih untuk kasih sayang yang tak pernah usai
Tulus cintamu takkan mampu untuk terbalaskan
Ooh iBu.. semoga Tuhan memberikan kedamaian dalam hidupmu
Putih kasihmu kan abadi dalam hidupku













Zora..........
          Huaah.. sebenarnya masih sangat ngantuk sih sekarang. Tadi malem aja baru sampe dirumah jam 2 pagi. Dan sekarang udah berangkat aja kesekolah. Tapi nggak apa – apa lah, toh sekarang sekolah bukanlah tempat yang menyebalkan lagi bagiku, layaknya seperti dulu ketika ku bertengkar dengan Nenji. Tapi sekarang, hubunganku dengan Nenji kan sudah baik lagi. Jadi pasti sekolah ini menjadi tempat yang menyenangkan lagi bagiku.
          Tadi pagi Nenji juga sudah menelfonku, memastikan aku sekolah atau tidak pagi ini. Tapi sayang, dia belum bisa menjemputku untuk ke sekolah, karna dia harus berangkat dengan Ije. Semalem Nenji tidur dirumah Ije. Terang saja, gimana caranya dia pulang dalam keadaan seperti itu ? Yang ada mungkin hanyalah pertengkaran saja yang terjadi antara dia dan Mamanya.
          Ternyata hubungan aku dan Nenji menjadi hot topic disekolah pagi ini. Baru saja aku menginjakkan kakiku di sekolah, anak – anak sudah langsung datang menyerbuku dengan banyak pertanyaan. Ya yang intinya, tetap aja sama. Apakah aku putus dengan Nenji atau tetap bersama ?? Dan jawabannya sudah pasti, tetap bersama. Kami masih seperti yang dulu dan tidak ada kata putus.
          “ Hey.. kamu tunangan Nenji yang semalem ada dipesta itu kaan ? Wuaa.. kalo kamu nggak dandan tetap aja keliatan cantik yaa ?” tegur anak laki – laki kelas dua.
          “ Iya.. yang tadi malam itu aku. Makasi yaa. “ jawab gadis berparas cantik itu dengan lembut.
          “ Kamu sekolah disini juga yaa ?”
          “ Kamu anak baru yaa ? “
          “ Kakak dikelas berapa ?”
          “ Nama aku Dido, aku Agung, Aku Arlan, aku Kevin... “ dan bla – bla... gadis cantik ini dikerubungi banyak cowok yang ingin berkenalan dengannya.
          Mataku langsung beralih ketika mendengarkan suara – suara berisik dari depan pintu masuk sekolah. Percakapan orang yang ingin berkenalan dengan gadis berkulit putih itu. Aku terpaku melihatnya. Kupandangi gadis itu dari ujung kaki hingga kepalanya. Perfect ! Dia adalah Zora ! Zora Alitzka... Tunangan Nenji.
          Buat apa dia disini ?? Mengapa dia berpakaian seragam Sekolah kami ? Apa dia jadi anak baru disekolah ini juga ? Haah.. apa – apaan sih ini ? Apa ini termasuk salah satu cara yang digunakan Mamanya untuk menghancurkan hubungan kami ? Huavf ! Semakin berat saja masalah yang kuhadapi bersama Nenji.
          “ Ngapain kamu disini ?” tanya Nenji sinis pada gadis itu.
          “ Nenji ?? Wuaa... aku kangen banget sama kamu ! Daritadi aku cariin kamu. Tapi nggak ketemu – ketemu juga, malah dikerubungi adek kelas disini yang mau kenalan. Kamu baru dateng yaa ?” jawab gadis itu dengan sangat antusias. Ini pertama kalinya aku mendengar suara gadis itu. Bening dan lembut. Sangat cocok dengan paras mukanya.
          “ Jawab yang gue tanya, nggak usah banyak ngomong !” ketus Nenji lagi. Mungkin kelihatan sedikit jahat jika aku dari sini tersenyum bahagia melihat cara Nenji memperlakukan gadis itu.
          “ Ketus banget siih ! Aku kan disini jadi anak baru disekolah kamu. Aku sekolah disini juga Ji. Mama kamu yang masukin aku disini. Di kelas 3 IPA 2. Eh ya.. aku belum tahu kelasnya dimana, bisa anterin aku kesana nggak ?” tutur gadis itu dengan sangat manja.
          “ Pergi aja sendiri ! Bukan urusan gue ! “ jawab Nenji dengan sinis, kemudian berlalu meninggalkan gadis itu sendiri.
          Nenji berjalan menghampiriku. Didalam hatiku, rasanya ingin tertawa lepas sekeras – kerasnya. Karna begitu senangnya aku, melihat Nenji sama sekali tidak merspon gadis itu. Bukan bermaksud jahat atau gimana, aku senang karena Nenji membuktikan omongannya semalam padaku. Bahwa dia sampai kapanpun nggak akan pernah menerima pertunangan itu. Jangankan untuk berkata manis pada gadis itu. Senyum aja Nenji nggak akan pernah mau. Dan aku begitu bahagia, melihat semuanya terbukti didepan mataku.
          “ Selamat pagi Cinderelaku !” sapa Nenji dengan senyuman terindahnya padaku.
          “ Selamat pagi jagoanku !” balasku padanya.
          “ Haha.. lucu juga yaa, kalau nama panggilan sayang kita diganti dengan panggilan sayang Pasha ke anak – anaknya. Haha.. “ tutur Nenji.
          “ Hmm.. boleh juga tu ! Eh yaa, tuan putri ngambek tu kamu ketusin kayak gitu ! Liat deh, daritadi dia cemberut terus ngeliat ke kita.“ tuturku.
          “ Biarin aja ! Bodoh amat ! Lagian dia juga punya dayang – dayang banyak tu disana. Urus aja penggemar fanatiknya itu ! Yuk kita masuk !“ ajak Nenji.
          Dia langsung merangkulku dengan mesra. Sepertinya aku tau maksud Nenji apa. Dia pasti ingin memanas – manasi tuan putri yang dibelakang itu. Aku sudah bisa membayangkan gimana ekspresi wajah Nona cantik itu sekarang. Haha :D
          “ Maaf Zora.. aku nggak bermaksud bikin kamu sakit hati ! Tapi kalau kamu juga orang yang baik, kamu pasti nggak mau untuk dijodohkan dengan Nenji yang kamu tau sendiri Nenji nggak pernah menyutujuinya. Tapi ini nggak, malah kamu ngikutin semua permainan yang ada. Jadi jangan salahkan aku, kalau permainanmu ini ku buat lebih kacau !” tuturku didalam hati.
          Inilah suasana kelas dan sekolah yang aku inginkan. Heboh, ceria dan selalu tertawa karna lelucon – lelucon Nenji. Dan nggak hanya itu saja, ketika aku dan sahabatku lainnya termasuk Nenji  ngumpul bersama – sama dikantin sekolah, kita nggak pernah berhenti tertawa karna mendengar cerita dari Ije, Chika, Echa, dan Shiren tentang bagaimana keadaan dirumah Nenji setelah kami tinggal.
          Shiren, Chika, dan Echa juga dengan kompaknya memperagakan ekspresi dari Mama dan tuan putri itu. Chika yang memerankan tuan putri, Echa jadi Mama, dan Shiren jadi Kak Nindy. Sampe – sampe aku sendiri nggak kuat untuk menahan sakit perutku, karna melihat aksi bodoh mereka ini. Apalagi juga kalo Ije juga ikut mempergakan gimana ekpresi bodyguard Mama yang menjaga Nenji panik, ketikan Nenji langsung kabur mengejar aku. Hahaha.. semuanya benar – benar lucu. Bahkan Nenji aja sama sekali tidak marah, waktu Echa  memperagakan gaya Mamanya itu. Dia malah nggak berhenti – hentinya ketawa.
Aku sangat senang bila melihat Nenji tertawa lepas seperti ini. Rasanya aku kembali melihat sosok Nenji waktu pertama kali ku kenal. Dia yang selalu tertawa dan ceria. Gelak tawanya yang sudah menjadi ciri khasnya. Mungkin akhir – akhir ini aku sudah jarang melihatnya lagi. Karna masalah yang semakin lama terus datang silih berganti menghampiri hidup Nenji dan aku. Semoga saja bisa seperti ini terus. Tertawa dan bahagia selamanya bersama.
“ Nenji.... aku makan disini ya ! Aku belum punya teman soalnya ! Nggak apa – apa kan kalo aku ikut gabung dengan kalian semua ?” sapa gadis cantik itu.
“ Heh... jelas saja ! Lagian siapa yang mau berteman dengan kamu ?” balas Nenji dengan sinis.
Wajah manja Zora langsung berubah ketika mendengar ucapan dari Nenji. Dia seperti ingin marah, tapi untuk kemudian dia memperlihatkan wajah baiknya lagi dengan senyuman manisnya itu. Dia keliatan sangat berusaha untuk menahan emosinya pada Nenji. Dia benar – benar menjaga dirinya, agar tidak marah dengan tunangannya itu.
“ Eh ya.. makannya udah pada selesai kaan ? Kita kekelas yuuk ! Bentar lagi juga udah mau masuk !” ajak Nenji dengan santai pada kami, ketika Zora baru saja duduk.
“ Ayuuk ! Males lama – lama disini !” sahut Chika.
“ Lagian cerita kita juga udah selesai ! Aku kekelas duluan yaa !“ sambung Echa.
“ Okey ! Let’s go !” lanjut Ije. Kita langsung bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan Zora yang baru saja duduk dimeja kami.
“ Laah.. kok udah mau pergi aja sih ? Aku kan baru aja duduk !” rengek Zora.
“ Ya kalo mau duduk, duduk aja ! Lagian tujuan ke kantin juga mau makan kan. Nggak perlu ada teman lagi ! “ sinis Nenji.
Aku hanya diam dan tak mau menyahuti kata – kata, baik itu dari Nenji ataupun sahabatku lainnya. Bagiku, apa yang sudah mereka perbuat sudah cukup untuk memojokkan Zora. Jadi aku nggak perlu lagi menambah sakit hati Zora atas perlakuan kami semua.
                                                ***
Hari yang sangat menyenangkan berada disekolah tadi. Bisa ketawa bareng lagi sama Nenji dan anak – anak. Trus bisa liat wajah tuan putri sakit hati. Hahaha.. jadi nggak sabar untuk menyambut hari esok lagi.
“ Non Debra... ada telefon !” seru Mbok Minah dari lantai bawah.
Hmm.. telfon dari siapa ya ?? Aneh banget ! Kenapa nggak langsung telfon ke hape ku saja ? Kok malah ke telfon rumah ?
“ Hallo !” sapaku
“ Hallo.. ini dengan Nona Debra ?” suara laki – laki seperti orang kerja kantoran dan sepantarannya. Tapi aku sama sekali nggak tahu ini dari siapa.
“ Iya ini saya. Ini siapa ya ?”
“ Kami dari penerbit Antartika. Pusat penerbitan novel, komik, artikel dan semacamnya. Kami sangat tertarik ketika membaca artikel kamu di majalah sekolah Scholastika tempat kamu belajar. Kami ingin bertemu langsung dengan kamu, dan membicarakan artikel dan cerpen – cerpen kamu. Kami tertarik mengumpulkan semua cerpen kamu dalam satu buku. Kamu tidak keberatan kan ? Bisa tidak kami bertemu langsung dengan kamu ?” ucap laki – laki itu dengan serius.
Penerbit Antartika ?? Wuaa yang bener aja ! Cerpenku mau dibukukan ? Mimpi apa aku semalam ? Kenapa hari ini benar – benar hari yang menyenangkan sih ?? Tumben banget ! Makasi banyak ya Allah. Ini adalah impianku. Ceritaku baik itu novel atau cerpen dijadikan sebuah buku. Aku nggak mungkin nolak pertemuan ini. Dengan semangat yang menggebu – gebu aku langsung menjawab pertanyaan laki – laki tadi.
“ Ya pasti bisa ! Kapan kita bisa ketemu ?”
“ Kalau kamu bisa, hari ini juga kita ketemu di kafe Solera jam 5 sore nanti. Gimana ? Kamu bisa ?”
“ Iya iya ! Aku bisa kok ! Aku pasti akan dateng !” jawabku bersemangat.
“ Okey ! Kami tunggu disana tepat jam 5 sore. Tolong jangan terlambat. Waktu sangat berharga bagi kami. Terima kasih. “ tutur laki – laki itu, kemudian langsung menutup telfonnya.
Ku lihat jam didinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Aku langsung bersiap – siap untuk segera pergi kesana.
                                                ***
Wuaa tempat ini mewah sekali. Ini mah namanya bukan kafe lagi. Tapi restoran mahal. Aku nggak ngerti kenapa pihak yang mempunyai restoran ini, memberikan namanya Kafe Solera. Padahal tempatnya sama sekali tidak mencerminkan sebuah kafe. Tempat ini sangat megah, makanannya juga sangat mahal – mahal. Nggak heran, banyak orang yang begitu mengagumi tempat ini. Dan menjadikan tempat kencan pertama, atau makan malam mereka bersama pasangannya. Restoran mahal ini sangat cocok sekali.
Kulihat jam ditangan, tinggal 5 menit lagi. Pihak Antartika pasti sebentar lagi akan datang. Ahh.. sudah nggak sabar rasanya ingin cepat – cepat jadi sebuah penulis terkenal. Ahhay !
“ Selamat sore Nona Debra !” sapa laki – laki berjas hitam dan sangat rapi. Ternyata tempat penerbitan sebuah buku, pekerjanya juga berpakaian layaknya orang kerja kantoran yaa ? Wuaa... baru tau aku !
“ Iya.. selamat sore. Pasti tadi kakak yang menelfon aku ya ?”
Kakak ?? yaa aku nggak tau mesti manggil dia apa. Wajahnya keliatan sangat muda, seperti orang yang masih berumuran 24 tahun. Aku nggak mungkin memanggilnya bapak atau om. Hmm.. masih muda saja sudah bekerja. Dia pasti orang yang pekerja keras.
“ Iya.. tapi yang ingin bicara dengan nona sekarang bukan saya. Tapi  Ibu atasan saya. “ jawab lelaki itu sopan.
“ Oh...   Ibunya mana ? “
“ Selamat siang Debra !” sapa wanita dari arah belakangku.
MAMA ??!! Aku sangat terkejut ketika membalikkan badanku melihat siapa yang menyapaku. Aku pikir atasan yang dimaksudkan laki – laki ini adalah orang yang punya Antartika, tapi ternyata tidak. Mama ! Mamanya Nenji.
“ Nggak usah kaget gitu ! Silahkan duduk ! “ suruh mama padaku. Nada bicara yang masih saja terdengar dingin, namun tetap tegas.
“ Rio ! Tunggu saya dimobil !” tutur Mama pada laki – laki itu.
“ Baik Nyonya !”balasnya.
“ Dia adalah asisten saya. Bukan pekerja di tempat penerbitan Antartika.” Ujar Mama yang langsung duduk dihadapanku.
“ Jadi... Penerbit Antartika tadi... “
“ Iya ! Sama sekali nggak ada Antartika yang ingin kamu tuju disini. Itu adalah tipuan saya. Saya yakin, kamu nggak akan mau bertemu dengan saya, jika bukan karena alasan itu. Heh... ternyata gadis yang begitu dibanggakan Nenji karna kepintarannya, sangat mudah sekali untuk ditipu. Lain kali jangan terlalu percaya terhadap telfon asing seperti itu.” ucap Mama sinis.
“ Kenapa Mama ingin bertemu sama Debra ?” tanyaku yang tetap berusaha sopan.
“ Saya bukan Mama kamu, dan juga bukan mertua kamu. Jadi jangan panggil saya dengan sebutan Mama. Panggil saja saya Tante ! Itupun juga sebenarnya juga terpaksa, karna saya juga bukan tante kamu. Tapi daripada dipanggil Mama, mending dipanggil Tante agar kedengarannya masih sopan.”
Aarggh... siapa juga yang mau memanggil dia Mama ? Aku hanya ingin keliatan sopan, malah diberlakukan seperti ini. Bikin gondok aja. Rasanya ingn sekali memberontak dan marah. ? Bukan karena ini aja, tapi juga karna Mama telah membohongiku dengan alasan yang sangat kuharapkan seperti tadi.
“ Langsung saja, saya nggak ingin buang – buang waktu. saya ingin menanyakan suatu hal sama kamu. Apa yang kamu inginkan dari Nenji ?” tanya Mamanya yang membuatku terkejut.
“ Aku nggak inginin apa – apa dari dia. Aku cuma ingin cintanya. Karna dia mencintaiku, dan begitu juga dengan aku.” Jawabku dengan mengumpulkan semua keberanian yang aku miliki. Argh.. sulit sekali rasanya berhadapan dengan orang seperti Mama.
“ Jangan berbohong ! Buktinya saja.. anak saya telah menjual mobil kesayangannya karna kamu ! Apa itu artinya tidak menginginkan apa – apa dari dia ?” lanjut Mama lagi dengan tatapan yang tajam. Menatapnya saja sangat membuatku takut.
“ Nenji menjual mobilnya juga bukan karna aku kok. Itu semua memang keinginan dia yang ingin membantu biaya operasi Mama Yoga. Dari awal aku juga udah ingetin Nenji untuk nggak ngeluarin biaya sepersenpun buat nolonginnya. Tapi Nenji tetap aja bersikeras mau menolong Ibu itu. Dengan cara menjual mobilnya. Seharusnya Tante beryukur punya anak yang mempunyai jiwa sosial begitu tinggi, sehingga mau merelakan mobil kesayangannya untuk membantu Ibu itu.”
“ Saya sangat bangga pada anak saya ! Bahkan jauh sebelum dia mengenal kamu, saya sudah sangat bangga pada dia. Hubungan saya dan dia dulu begitu dekat. Dan setelah kehadiran kamu, semuanya berubah.”
“ Karna kehadiran aku ? Bukannya ini semua karna salah tante yang nggak pernah lagi memperhatikan Nenji karna sibuk dengan urusan tante sendiri ? “
Ya Tuhan.. maafkan aku harus berkata tidak sopan seperti ini pada orang yang lebih tua dari aku. Orang yang seharusnya aku hormati. Tapi aku nggak punya cara lain.
“ Jangan ikut campur masalah saya. Saya kesini bukan untuk berdebat dengan kamu. Langsung saja, berapa jumlah nominal yang ingin kamu dapatkan dari anak saya ?”
What ??!! Jumlah nominal ??!! Apa maksudnya mengatakan hal itu ? Memangnya aku cewek matre apa ? Yang hanya mengharapkan uang dari Nenji. Ooh.. rasanya harga diriku begitu diinjak – diinjak disini. Maafkan aku jika nantinya aku berlaku sangat tidak sopan.
“ Ini tulis saja jumlah uang yang kamu inginkan ! Nanti akan saya transfer ke rekening kamu hari ini juga. Dan mulai detik ini, jauhi anak saya !”
“ Heh... terima kasih tante ! Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, silahkan ambil kertas suci ini lagi. Saya tidak membutuhkannya. Yang saya inginkan dari anak tante adalah cintanya. Begitu juga sebaliknya dengan dia. Jadi maaf, kalau saya nggak akan pernah menjauhi Nenji. Apapun cara yang mau tante lakuin nanti, saya nggak akan pernah melakukannya, begitu juga dengan Nenji. Tolong diinget baik – baik ya tante, kami berdua nggak akan pernah bisa dipisahkan.” Ucapku dengan penuh emosi.
Arggh !! Bicara apa aku barusan ?? Kata – kata itu sangat tidak sopan. Debra...... kenapa sih bisa dengan sangat berani bicara seperti itu pada Mama ? Kontrol emosi sedikit kenapa ?? Aduuh... maafin aku ya Tuhan ! Ampuni dosa hambamu ini ! L
“Aku sangat mencintai Nenji, dan begitu juga dengan dia. Aku nggak pernah menginginkan apapun dari dia, kecuali cintanya. Maaf kalau aku nggak bisa melakukan apa yang Tante minta. Maaf !” lanjutku dengan nada suara yang mulai melunak. Aku sadar kata – kata ku tadi salah dan nggak seharusnya aku menjawabnya demikian.
Aku langsung berdiri hendak  meninggalkan Mama Nenji. Hatiku begitu sakit diperlakukan seperti ini. Batinku sama sekali tidak terima. Ingin rasanya mengakhiri saja pergulatan ini, tapi aku telah berjanji pada Nenji. Bahwa apapun yang terjadi nanti, kita akan menghadapinya sama – sama. Masing – masing kita akan berjuang mempertahankan cinta ini. aku ingin menepati janjiku.
“ Debra tunggu  ! “ tegur Mama ketika ku mulai melangkahkan kakiku meninggalkan tempat ini.
“ Mungkin selepas ini kamu akan sangat membenci Tante. Tante maklum dan terima semua itu. Tapi asal kamu tahu, ada satu hal yang membuat Tante begitu sulit memberikan restu pada hubungan kalian berdua. Tante sangat mencintai Nenji. Tante sangat menyayangi dia. Cuma dia anak laki – laki satu – satunya yang Tante punya. Cuma dia satu – satunya harapan dari Tante dan keluarga. Tante nggak ingin kehilangan dia. Tante nggak ingin......... Debra ! Tante nggak bisa kasih tahu kamu alasan apa yang membuat Tante melakukan ini. Tante nggak bisa ! Suatu saat kamu pasti tahu kenapa Tante melakukan ini pada kamu. Jika kamu memang sangat mencintai Nenji... tolong ! Tolong jangan pisahkan dia dari Ibunya !”
Aku bisa merasakan kegetiran hati Mama Nenji saat mengucapkan kalimat itu satu per satu padaku. Dengan terbata – bata Mama tampak berusaha ingin mengucapkannya. Suara seraknya bisa kudengar sangat jelas, meski aku tak bisa melihat ekspresinya langsung. Karna Mama mengucapkannya ketika aku telah membalikkan badanku untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Ketika ku balikkan lagi badanku ke arah Mama, aku sudah melihat Mama tak ada lagi ditempatnya. Aku melihat dia berjalan ke arah pintu luar, sambil menyeka air matanya. Aku bisa merasakan suatu ketulusan dari ucapan Mama yang terakhir tadi. Dia keliatan begitu tulus mengucapkannya. Apa yang sebenarnya dimaksudkan Mama, suatu hal yang nggak bisa diberitahukannya padaku itu ?
                                                ***
Jam pelajaran sudah selesai, dan sekarang aku duduk ditaman sekolah dengan setianya menanti sang Pangeran yang mau menemui teman bandnya dulu. Katanya ada urusan penting yang harus mereka bicarakan. Sebelum Nenji bertemu dengan teman – temannya, dari jauh aku melihat langkah Nenji sempat dicegat oleh Tuan Putri itu. Tapi tetap saja, Nenji tidak mengacuhkannya. Malah aku lihat Nenji sempat membentaknya.
Aku memang senang melihat Nenji memperlakukan Zora seperti itu. Itu tandanya dia benar – benar setia dengan omongannya padaku. Mungkin memang kedengarannya jahat, tapi jika kamu berada diposisi aku, kamu pasti juga akan melakukannya kan ? Jelas saja, nggak ada yang pernah mau melihat kekasihnya dijodohkan dengan orang lain. Setiap pasangan pasti ingin memiliki selamanya dan takkan pernah terpisahkan. Begitu juga dengan aku.
Tapi nggak tau kenapa, jika melihat lebih dalam lagi wajah Zora, aku seperti nggak pernah menemukan sosok yang buruk dan jahat dari dirinya. Dia keliatan begitu polos dan lembut. Lihat saja dari gaya bicaranya ! Hmm.. mungkin kalau kamu mendengar suaranya langsung, kamu pasti nggak akan pernah bilang kalau dia itu jahat. Pasti sebaliknya.
Rasanya tidak ingin saja menyakiti gadis itu, jika mendengar suara lembut dan menatap wajahnya yang innocent itu. Buktinya saja aku, selama ini aku nggak pernah berkata kasar, atau menghinanya. Paling hal itu hanya dilakukan Nenji atau sahabat – sahabatku lainnya. Aku seperti nggak bisa untuk berlaku jahat padanya. Hmm.. entah memang karna diri aslinya memang baik, atau sebaliknya. Saking jahatnya, aku nggak bisa untuk melawannya lagi.
“ Debra.. aku boleh duduk disini kan ? Kita bisa bicara sebentar kan ?” tanya Zora dengan lembut.
Sekali lagi, aku tidak bisa menolaknya, atau berkata kasar pada gadis ini. Tapi untuk sekarang. Kalau nantinya dia yang mulai duluan, ooh.. jangan harap aku bisa tinggal diam aja. Jika orang itu berbuat baik padaku, aku mungkin bisa lebih baik dari dia. Tapi sebaliknya, jika dia yang mulai untuk berlaku jahat padaku, aku bisa lebih jahat daripada dia. Trust Me !!
“ Boleh ! Duduk aja !” kataku dengan santai.
“ Aku orangnya nggak suka basa – basi. “ ucapnya dengan tersenyum.
“ Heh ? Siapa juga yang mau basa – basi ?” jawabku sinis tanpa menatap wajahnya. Aku nggak berani untuk menatap wajahnya yang innocent itu. Bisa – bisa aku malah lemah padanya. Entah apa yang menyihirku nanti.
“ Kamu masih ingin pertahanin hubungan kamu dengan Nenji ?”
“ Masih ! Bukan cuma aku, Nenji juga akan tetap pertahaninnya.”
“ Tapi, Mama Nenji kan nggak merestui hubungan kalian, mending kalian putus aja deh. Lakuin aja, teori cinta yang selama ini berlaku yaitu Cinta Nggak Harus Memiliki. Gampang kan ?” ujarnya dengan santai.
“ Heh.. enak banget kamu ngomong. Orang udah susah – susah pertahanin hubungan dengan Nenji, malah disuruh putus. “
“ Iya.. lagian kamunya juga nggak akan pernah bersatu dengan Nenji. Percuma aja lagi ! Toh juga yang akhirnya bersama Nenji itu aku ! Bukan kamu ! Mama Nenji sudah mempercayakan anaknya padaku. Jadi nggak usah capek – capek deh pertahanin hubungan dengan Nenji ! Percuma tau nggak ! Aku tu ngomong gini, karna aku kasian sama kamu ! Kamu berusaha untuk pertahanin hubungan dengan Nenji, sedangkan Mamanya ?? Sama sekali nggak restuin kamu ! Kasian banget tau nggak jadi diri kamu !”
Mungkin nada suaranya masih kedengaran lembut dan baik. Tapi tetap saja, kata – katanya menusuk ! Keliatannya lembut, tapi arti katanya sangat jauh dalam menghinaku.
“ Haha... justru sebenarnya aku yang kasian sama kamu ! Ngapain sih capek – capek bertahan dengan bangganya jadi tunangan Nenji ? Ngejar Nenji terus – terusan lagi ! Kasian banget tau nggak ! Kamu berusaha untuk pertahanin pertunanganan kamu dengan Nenji, sedangkan Nenjinya ? Selalu aja berusaha untuk menghindar dan mengakhiri pertunangan ini. Kasian banget tau nggak jadi diri kamu !” balasku membalikkan kata – katanya tadi.
Zora langsung terdiam dan menatapku penuh dengan rasa sakit hati yang terpancar dari wajahnya. Sedangkan aku, menatapnya dengan senyuman termanisku, merasa menang atas ucapanku tadi.
“ Lagian.. yang pertahanin kamu cuma Mamanya aja ! Yang nikah sama kamu kan bukan Mamanya, tapi anaknya. Kalau cuma Mamanya yang bertahan dengan kamu, mending nikah aja sama Mamanya. Nggak usah nunggu Nenji buka hatinya buat kamu. Cckckck.. kasiaan ya kamunya !” sinisku dan langsung berdiri hendak meninggalkannya.
“ Debra... ! Dari omongan kamu, aku yakin kamu pasti sangat membenci aku. Aku hidup bukan untuk dibenci oleh orang lain. Tapi keadaan lah yang membuatku terkadang harus melakukan ini. “ ujar Zora yang penuh dengan arti.
“ Maksud kamu ?” ucapku yang langsung membalikkan badanku menghadapnya.
“ Aku nggak pernah menginginkan pertunanganan ini. Sama sekali nggak pernah ! Dulunya aku juga punya kekasih yang sangat aku cintai dan aku memutuskannya. karena ini semua adalah keputusan ibu kami masing – masing. Dan aku nggak bisa untuk menolaknya.”
“ Aku sudah tau semua ceritanya. Ini adalah ingin Mama kamu yang sangat gila harta itu kaan ? Heh... Ibu sama anak, memangnya apa bedanya ? Sama aja lagi !” ketusku.
“ Beda ! Jujur... aku juga benci dengan sifat Mamaku itu. Gila harta yang kamu maksudkan. Karna dia memanfaatkan aku, agar tetap bisa menguasai hartanya keluarga Nenji. Aku juga sama sekali nggak terima Ra awalnya.”
“ Oh yaa ? Trus sekarang ? Kenapa dengan manisnya kamu tetap menjalankan permainan ini ?”
“ Demi Mama Nenji. Demi Tante Alva. Tante yang sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri. Tante yang menyayangiku dari kecil. Tante yang selalu menjagaku dan merawatku sampai aku dewasa ini. Aku hanya ingin membalas semua jasa Tante Alva. Apa itu salah ?”
“ Membalas jasa ? Aku sama sekali nggak ngerti !” balasku.
“ Heh.. aku pikir kamu sudah tau semuanya. Kamu tau kan, Mama aku yang memberikan syarat pada Mama Nenji, karna dia telah sangat berjasa pada keluarga Nenji ? Kamu tau kan syaratnya apa ?? Perusahaan yang sudah menjadi turun – temurun dari keluarga Nenji. Mama Nenji nggak akan mungkin memberikannya pada Mama aku. Sekalipun Mamaku sudah dianggap menjadi anggota bagian dari keluarga Nenji. Itu nggak mungkin Ra ! Dan syarat yang kedua yang dia ajukan adalah Nenji. Mamaku ingin Nenji menikah denganku. Dengan harapan, jika Nantinya Nenji menikah denganku, harta keluarga Nenji juga pasti akan ada ditanganku. Dan jika nantinya Nenji menikah dengan kamu, itu artinya semua perusahaan Mama hilang, dan Nenji....... dia pasti juga akan hilang dari Mamanya. Karena kamu telah mengambil Nenji dari Mamanya.”
Aku hanya terdiam mendengar penjelasan Zora. Harta.. lagi – lagi harta. Kenapa sih manusia hanya bisa memikirkan harta ? Memangnya cinta nggak ada harganya lagi dimata mereka ? Aku benci cerita ini !
“ Haah.... lupakan soal perusahaan dan segala macamnya ! Pikirkan hubungan Nenji dengan Mamanya ! Aku mau melakukan ini, karna aku ingin hubungan antara ibu dan anak ini tetap bersatu selamanya. Tak ada yang bisa memisahkan mereka, Ra. Termasuk kamu !” ucap Zora dengan serius.
“ Apa maksud kamu ?”
“ Ra... Mama dan Nenji mempunyai hubungan yang sangaaat erat ! Mereka begitu dekat Ra. Aku aja mungkin sempat sangat iri pada mereka bertiga, yaitu Nenji, Mama dan Kak Nindy. Aku sangat bermimpi punya Ibu seperti Mama Nenji. Tapi semenjak persyaratan Mamaku itu, semuanya berubah ! Setelah Mama meminta Nenji mau menerima perjodohan ini, Nenji menolaknya dan hubungan mereka menjadi sangat renggang. Mama bukan bermaksud memaksakan keinginannya sendiri, tapi Mama melakukan ini karna Mama sangat menyayangi Nenji. Mama hanya ingin yang terbaik untuk Nenji. Dan Mama nggak ingin dia terluka. Karna kamu tahu ?? Jika keinginan Mamaku tidak bisa tercapai, dia akan bertindak gila Ra. Hal yang salah, akan menjadi sangat halal baginya untuk dilakukan. Seorang Ibu, pasti nggak ingin anaknya terluka. Dan demi kamu... Nenji rela untuk itu ! Dia rela dirinya terluka nantinya, dan dia rela jika harus Ibunya yang terluka nanti ! Apa nggak ada lagi sebuah kesucian kasih sayang antara Ibu dan Anak dimata kamu ?”
“ Aku benar – benar nggak ngerti maksud kamu ! Ibunya terluka dan apalah.. Aku nggak ngerti Zora !”
“ Mungkin aku nggak perlu lagi, jelasin terlalu panjang. Kamu pikirkan aja sendiri apa maksud ceritaku tadi. Tapi aku hanya ingin minta pengertian kamu. Tolong.. jangan pisahkan hubungan yang sangat erat antara Ibu dan anaknya. Tolong jangan buat Nenji membenci Mamanya. Mereka berdua dulu begitu dekat. Apa kamu tega memisahkan kasih antara Ibu dengan Anaknya ?? Mama melakukan ini karna dia begitu sangat mencintai Nenji dan tidak ingin dia terluka. Mama sama sekali nggak bermaksud jahat pada kamu atau siapapun. Jika kamu memang mencintai Nenji, relain dia Ra ! Berikan yang terbaik buat dia dan keluarganya ! Cinta nggak harus memiliki Ra ! Cinta adalah ikhlas melihat orang yang dia cintai bahagia dengan orang terkasihnya. Dan orang terkasih Nenji adalah keluarganya, Ibunya ! Tolong ikhlasin dia... jika memang kamu sangat mencintainya ! Karna cinta bukanlah suatu keegoisan untuk saling memiliki satu sama lain.” Zora mengakhiri kata – katanya dan berlalu meninggalkanku yang terpaku mendegar penjelasannya itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates