Tunangan ???
Lantunan lagu
sejauh mungkin, cerita bersamamu, dan bukan aku selalu saja hinggap
ditelingaku. Seperti menghantui aku bahwa inilah isi hati Nenji sekarang
padaku. Dia ingin menjauhi aku, entah nantinya akan kembali lagi atau
kemungkinan buruk sekalipun. Buktinya saja, sudah dua hari Nenji sama sekali
tidak ada menghubungiku. Sms, telfon apalagi kerumahku. Sama sekali tidak ada.
Dan aku
sendiri juga tidak mau untuk menghubunginya duluan. Bagiku, yang harus
melakukannya pertama kali adalah Nenji. Karna aku yakin aku benar, dan yang
salah adalah Nenji yang tak mengerti bagaimana aku. Aku hanya ingin menunggu
permintaan maafan dia, pengakuan dia kalau memang caranya salah. Mungkin memang
kedengarannya sangat egois. Tapi kurasa ini semua benar. Terserah orang mau
menilaiku apa. Aku mungkin memang gadis yang keras kepala. Dan seharusnya Nenji
bisa memahami sifatku ini. Bukannya malah membantah keinginanku.
Hari ini adalah hari pertama sekolah
dimulai lagi. Dan pertama kalinya aku menginjak bangku kelas tiga sekarang.
Chiko mengantarkanku pergi sekolah. Tentu saja, siapa yang lagi menjemputku ??
Nggak ada ! Nenji mungkin masih marah denganku, dan mungkin masih berpikiran
yang sama. Aku nggak tau apa yang bakal terjadi nanti disekolah dan seterusnya.
Aku juga sempat membayangkan kemungkinan terburuk sekalipun, Nenji
memutuskanku. Ya Tuhaan... mendengar dan mengucapkannya saja begitu sulit
bagiku. Apalagi kalau ini benar – benar terjadi ?? Nenji yang berpikiran kalau
aku cuma menganggap dia pelarian, dan masih saja tetap mencintai Yoga. Masih
sanggupkah Nenji bertahan jika dia masih beranggapan demikian ? Pastinya tidak.
Siapa sih
orang yang mau dijadikan pelarian ?? Siapa sih orang yang mau pacaran, jika
kekasihnya sendiri masih mencintai mantannya yang sudah meninggal ?? Nggak ada
!! Dan nggak akan pernah ada yang mau. Lalu sanggupkah aku jika nantinya Nenji
benar – benar akan memutuskanku ?? Tidak.... ! Jawabannya sudah pasti tidak !
Aku baru bisa bangkit karna ada dia disampingku. Dan sekarang, dia sendiri juga
mau meninggalkan aku. Lalu apa jadinya aku nanti ?? Ya Tuhan... jangan sampai
hal itu akan terjadi. Aku memang nggak mau untuk mengalah menghubunginya
duluan, tapi tetap saja dalam hatiku, aku nggak akan pernah mau kehilangan dia
sampai kapanpun.
“ Nenji......
aku kangen kamu !! Aku kangen denger suara kamu ! Denger ketawa kamu ! Liat
senyum kamu ! Dan suara merdu mu
bernyanyi untukku ! Kenapa sih kamu nggak ada hubungin aku lagi ? Apa segitu
marahnya kamu sama aku ? Apa kamu sama sekali nggak kangen sama aku ??”
pertanyaan – pertanyaan bodoh yang selalu saja ada dibenakku.
Aku begitu
merindukannya. Nggak ada lagi Nenji yang menjemputku pergi kesekolah. Nggak ada
lagi klakson si merahnya. Nggak ada lagi nyanyian ungu dari si merah. Dan nggak
ada lagi pujian Nenji tentang si merahnya. Semuanya hilang, terutama si merah.
“ Merah... !
Kamu dimana sekarang ? Aku kangen sama kamu ! Aku kangen liat kalian berdua !”
batinku yang terus bergejolak menyerukan kerinduanku pada mereka berdua.
“ Udah sampe
dek ! Turun gi ! Ntar telat lagi kedalemnya !” tegur Chiko. Huah.. ternyata
sudah sampai saja. Aku sendiri sampe nggak sadar. Mungkin aku terlalu lama
bermenung tadi hingga sama sekali nggak memperhatikan jalanan menuju kesini.
Aku masih saja
tetap diam ditempat dudukku. Ku arahkan pandanganku keparkiran mobil, tempat si
merah biasanya diparkirkan. Dan... Kosong ! Nggak ada si merah lagi. Hmm..
ngapain juga ngarepin si merah bakal datang lagi ?? Itu kan nggak mungkin ! L
“ Kalau kangen
sama dia, jangan pertahanin ego juga.” celetuk Chiko.
“ Gue turun
dulu.. “ balasku yang tak mau menanggapi omongannya.
Huavf !
Rasanya benar – benar sangat malas untuk pergi kesekolah hari ini. Apalagi
dengan suasana seperti ini. Suasana dimana hubunganku sedang tak baik dengan
Nenji. Benar – benar membuatku tak bersemangat.
Handphoneku bergetar, ada sms yang
masuk. Cepat – cepat ku membukanya, berharap dari Mr. N ! Nenji.. ! Tapi....
hmm sepertinya bukan dia !
Pagi kakakku sayang.. Apa kabar ? Aku
kangen sama kakak, juga sama kak Nenji. Eh ya, aku sekarang udah mulai sekolah
lagi kak. Seneng banget rasanya, apalagi teman – temanku juga pada menyambutku
lagi dengan gembiranya. Seneng banget bisa kumpul sama mereka dan bisa sekolah
lagi. Mama juga keliatannya lebih baik kak sekarang. Mama masih dirawat di RS,
makanya aku nggak perlu khawatir lagi. Karna untuk sementara waktu ada perawat
yang bakal jagain Mama. Aku sangat berterima kasih banget sama Kakak dan juga
Kak Nenji. Karna ini semua nggak bakal terjadi tanpa ada pertolongan dari
kalian. Aku nggak tau lagi harus berterima kasih seperti apa pada kalian
berdua. Maafin aku ya, udah banyak banget ngerepotin kakak dan kak Nenji. Aku
nggak mau lagi terlalu banyak ngeropotin. Apa yang udah kakak lakuin berdua,
terlalu besar buat aku. Dan sekarang, adalah kewajiban aku untuk seterusnya.
Ini adalah tugas aku kak ! Kakak juga pasti akan sibuk lagi, apalagi udah kelas 3 juga sekarang. Kalau
kakak nggak bisa datang lagi pada kami, nggak apa – apa kok kak. Biarkan ini
semua menjadi tanggung jawabku. Makasi banget buat pertolongannya selama ini.
Miss u kak... dan kak Nenji ( aku sudah menganggapnya sebagai abangku sendiri.
Pengganti bg Yoga dihidupku )
Send : Yoesi
Aku terharu ketika membaca sms dari
Yoesi yang sangat panjang ini. Mungkin bukan short message lagi namanya, tapi
long message, haha. Yoesi benar, mungkin aku bakal jarang lagi kerumah dia atau
melihat keadaan mamanya. Bagiku, semua kewajibanku sudah selesai kulakukan.
Walau sebenarnya lebih banyak dominan Nenji yang melakukannya. Sekarang, aku
ingin fokus sekolah. Mengejar ketertinggalanku selama ini.
“ Eh eh.. denger ! suara motor Kak
Nenji ! Sekarang Kak Nenji udah pake motor, nggak pake mobilnya lagi. Liat tu
!” tutur adik kelas sambil menunjukkan kepada temannya ke arah Nenji yang baru
datang dengan motor Harleynya itu.
“ Wuaa. Tetep keliatan cakep ya ! Pake
mobil atau motor tetep aja keliatan perfect ! Kapan ya kita bisa punya pacar
seperti dia ? Hahaha. “ balas temannya.
Mereka berdiri memang sedikit jauh
dariku. Tapi aku cukup bisa mendengarkan semua omongan mereka dengan jelas. Aku
berdiri dmading sekolah, membaca pengumuman baru yang tertera disana. Ketika
mereka membicarakan Nenji, membuatku juga mengalihkan pandanganku ke parkiran
motor. Dan memang, apa yang dibilang adik kelas itu benar. Nenji tetap saja
keliatan keren dan perfect !
“ Pagi Kak Nenji... !” sapa adik kelas
padanya, ketika Nenji lewat dihadapan mereka.
“ Pagi juga adikku ! Tambah cantik aja
habis liburan !” goda Nenji membalas sapaan adik kelas.
“ Haha.. mobilnya kemana kak ? Kok
udah pake moge aja sekarang ? “ sahut teman disebelahnya.
“ Pengen jadi pembalap motor sekarang
dek ! Nggak mau pake mobil lagi. Hahaha...” balas Nenji lagi dengan tertawa
renyahnya.
“ Dulu kan nggak ada orang yang boleh
naik mobil kakak, kecuali kak Debra. Takut mobilnya cemburu ! Sekarang berarti
boleh dong naik mogenya ?? Kan nggak si merah lagi ! Mogenya nggak cemburuan
kan ? hehe “
“ Hmm... kalo sekarang lebih diketat
lagi. Nggak ada satupun yang boleh naik ! “ Jawab Nenji dengan senyuman khasnya
itu.
“ Termasuk Kak Debra ?” tanya adik
kelas lagi.
“ Ehm.......” jawab Nenji yang sedikit
terdiam. Raut wajah Nenji langsung berubah dari yang tadinya begitu ceria,
sekarang sudah mulai sedih lagi. Raut wajah yang aku temui beberapa hari yang
lalu.
“ Ada – ada aja pertanyaan kamu dek !
Kakak kekelas dulu ya !” lanjut Nenji mengusap rambut adik itu. Keliatannya dia
memang sengaja mengalihkan pertanyaan adik kelas tadi. Dan kemudian berjalan
menuju kekelas lagi. Dan tetap saja, Nenji tidak pernah diam kalau berjalan
disekolah. Pasti ada saja, orang yang menyapanya, atau sebaliknya. Aku masih
tetap berdiri ditempat yang tadi. Nenji pasti juga akan berjalan melewatiku.
Dan kini, Nenji tepat berada
dihadapanku. Dia memang memelankan langkahnya, dan menatapku tanpa senyum sedikitpun.
Dia terdiam sejenak dan untuk kemudian kembali melihat kebawah dan bejalan
melewatiku. Nenji sama sekali tidak menyapaku. Dia juga tidak senyum
sedikitpun. Sikapnya begitu dingin. Aku nggak bisa berbuat apa – apa. Aku hanya
bisa membiarkannya pergi begitu saja. Berlalu dihadapanku. Rasanya aku ingin
pulang saja, dan tidak mau masuk kekelas. Karna aku nggak kuat, jika berada
dalam satu ruangan dengan dia, tapi kitanya sama sekali tidak ada saling
menyapa. Aku nggak kuat untuk didiamkan seperti ini oleh Nenji.
“ Kelas kosongku !! Yaa.. Cuma itu
pilihan yang terbaik ! Aku nggak mau masuk kelas dalam suasana seperti ini.
Lagian juga udah lama nggak kekelas kosong itu lagi. Mending aku kesana aja deh
sekarang “ ucap batinku dan langsung menuju lantai tiga tempat favoriteku.
***
“ Debra mana Ji ? Dia nggak sekolah ya
?” tanya Ije heran melihat bangku disebelah Shiren kosong. Padahal seharusnya
diisi oleh Debra. Jam pelajaran sudah dimulai, tapi Debra tetap saja belum
masuk. Nenji baru sadar, setelah ditanya Ije. Daritadi dia sibuk menyatat
silabus pelajaran untuk kelas tiga, sampai – sampai tidak memerhatikan Debra
ada atau tidak didalam kelas.
“ Tadi gue ngeliat dia kok !” jawab
Nenji heran kenapa Debra tidak masuk. Nenji tidak memperhatikan daritadi, karna
dia sudah tahu Debra datang kesekolah. Jadi dia nggak memperhatikan lagi, ada
atau tidaknya Debra.
“ Trus kemana ? Kok nggak masuk ?”
tanya Ije lagi.
Nenji terdiam sejenak. Wajahnya kini
tampak mengkhawatirkan Debra. Nenji menghela nafasnya seperti ada rasa bersalah
didalam dirinya.
“ Paling kekelas kosong dia lagi.
Kayak nggak tau dia gimana aja loe !” balas Nenji.
“ Tapi Debra nggak akan kesana, kalau
nggak ada masalah. Apalagi sekarang dia udah betah banget dikelas. Loe kenapa
ama Debra ? Ada masalah ?” sahut Chika yang tiba – tiba memotong pembicaraan
Nenji tadi dengan Ije.
“ Nyosor aja loe ! Ngadep kedepan gi !
Belajar ! Jangan liat kebelakang !” Balas Nenji pada Chika yang duduk
didepannya.
“ Belum selesai juga masalah kalian ?
Egois banget sih dua – dua nya ! Nggak ada yang mau mengalah ! Loe nggak kangen
apa ma dia ? Tega biarin dia hancur lagi ?” tanya Ije yang keliatannya lebih
mengetahui gimana ceritanya dibandingkan Chika.
“ Loe tau kan gimana gue ? Gue nunggu
dia Je. Kalau memang dia masih nganggep gue pacarnya, dia pasti akan nyamperin
gue lagi.”
“ Tapi Debra kan orangnya keras kepala
Ji ! Ya gue mang nggak tahu masalah kalian sebenarnya apa, tapi yang satu itu
udah jadi rahasia umum, Debra tu keras kepala. Dia nggak akan mau ngakuin
kesalahannya. Selalu aja nganggep dirinya yang bener ! Mau sampe kapanpun loe
nunggu dia, dia juga nggak bakal dateng ! Dia itu udah kebiasa ma cowoknya yang
lama, Yoga. Apapun keinginan dia pasti diturutin. Dan dia selalu yang bener,
Yoga yang selalu mengalah sama dia.”
“ Gue bukan Yoga, Chika ! Gue Nenji !
Dia nggak bisa bersikap seperti itu terus ! Apalagi sama gue ! Sikap egois itu
yang harus dia hilangin dari dirinya !” tegas Nenji.
“ Hey.. sorry gue ikutan nimbrung !
Gue denger kalian lagi ngomongin Debra soalnya. Debra juga udah ceritain ke gue
masalah kalian berdua. Tadi gue juga liat, loe berpapasan sama Debra, tapi
kalian berdua cuma diem. Senyum aja nggak ! Kuat apa kalian kayak gitu berdua
?” tanya Shiren yang tiba – tiba datang dari bangkunya, dan langsung duduk
dibangku Chika yang juga masih kosong. Kelas sekarang memang baru, jadi tempat
duduknya juga lebih enak yang sekarang. Bisa berdua, kalau dulu bangkunya cuma satu
aja untuk satu orang.
Nenji terdiam mendengar pertanyaan
Shiren. Wajahnya tampak begitu sedih. Siapa sih yang kuat ?? Didalam hati
Nenji, apa yang dia lakuin itu termasuk hal yang berat dalam hidupnya.
Mengacuhkan Debra kekasih yang begitu sangat ia cintai ketika berada
dihadapannya. Manatapnya saja dia nggak kuat. Karna dia sangat sulit untuk
berlaku demikian. Dia begitu sangat merindukan Debra. Apalagi sudah beberapa
hari ini, dia tak pernah lagi bertemu dengannya. Jangankan sehari, dulu aja
sejampun dia nggak akan mau bila mendiamkan Debra didepan matanya. Dia pasti
sangat merindukannya.
“ Dia sendiri kuat. Kenapa mesti tanya
gue ? Dia sendiri nggak ada niat buat pertahanin hubungan ini. Dia sendiri
nggak yakin dengan adanya gue sebagai kekasihnya. Dia sendiri nggak nganggep
gue ! Gue nggak tau lagi mesti ngapain.” Jawab Nenji yang begitu lesu dan
pasrah. Tatapan yang sedih dan kosong.
“ Maksud loe apa ngomong gitu ? Loe
nggak mau pertahanin hubungan loe sama dia ?” tanya Ije heran.
“ Dia masih sangat mencintai Yoga,
bukan gue !” jawab Nenji lagi yang semakin ngaur.
“ Nggak ! Dia itu sangat mencintai loe
Ji ! Dia itu cuma keras kepala aja ! Gue yakin didalam hatinya dia, dia
sebenarnya juga nggak kuat kayak gini. Loe lihat aja sekarang, dia nggak masuk
kelas kan ?? Itu semua karna dia nggak kuat dengan suasana kayak gini. Dia
nggak kuat untuk diam – diaman gini sama loe ! Gue tau banget gimana Debra Ji
!” sergah Shiren.
Nenji hanya tersenyum dan tak mau
menyahuti perkataan Shiren tadi. Nenji memang kecewa dengan sikap Debra. Dia
sedih, dan selalu saja berpikiran bahwa Debra sebenarnya masih sangat mencintai
Yoga, bukan dia.
“ Kalau gitu kita buktiin aja besok !
Apa dia masih saja tetap bersikeras dengan hatinya atau tidak ! Kalau dia
memang mencintai gue dan menganggap gue ada, dia pasti akan datang di perayaan
ulangtahun gue besok. Dan mengakui kesalahannya, jika memang dia mengakui dan
sadar kalau yang ada hidapan dia sekarang, dan yang menjadi kekasihnya saat ini
adalah Nenji. Bukan Yoga. Bukan Yoga yang dulunya dia masih bisa bersikap
demikian. Tapi beda dengan Nenji. Nggak selamanya, gue akan menuruti keinginan
dia yang gue tau itu salah.” Tegas Nenji.
“ Eh yaa.. ! Gue belum ngasi tau ya
sama kalian ? Gue mau ngerayain ulang tahun gue besok ! Inget nggak gue ulang
tahun besok ?” tanya Nenji menggoda teman – temannya itu. Nenji berusaha tampak
ceria lagi meski masih berat dihatinya karna memikirkan masalahnya dengan
Debra.
“ Ya inget lah ! Mang gue temen apaan
yang nggak inget ulang tahun temennya sendiri ?” balas Ije.
“ Hehehe.. bagus kalau gitu ! Jadi
besok loe semua tolongin gue yaa, ngedekor rumah gue buat acara ultah gue.
Sorenya pulang sekolah kita kerumah gue. Acaranya kan malem. “ ajak Nenji pada
Ije, Chika dan Shiren.
“ Trus undangannya gimana ?” tanya
Chika.
“ Gampang.. ntar anak – anak yang gue
tau nomornya, disms aja. Tapi gue juga udah buat undangan kok lewat facebook.
Udah gue kirim ke sebagian anak. Jadi tinggal temen – temen terdeket gue aja
besok yang harus dateng lebih awal bantuin gue persiapin semuanya. Okey !
Bilang sama Echa juga ya !’ jelas Nenji.
“ Okey ! Siip !” jawab mereka
serentak.
***
Hari kedua sekolah ! Hmm... sebenarnya
males banget untuk datang sekolah lagi sekarang. Apalagi mengingat, sejak
kemarin Nenji sama sekali tidak ada menegurku. Ya.. aku memang nggak ada masuk
ke kekelas seharian kemarin. Tapi diluar, aku yakin Nenji pasti masih
melihatku. Tapi dia sama sekali tidak ada menyapaku. Sungguh sangat menyebalkan
!
Dan sekarang, entah apa yang membuatku
sangat ingin rasanya untuk masuk sekolah hari ini. Dan belajar dalam kelas.
Yang aku sendiri juga nggak tau penyebabnya apa. Tapi rasanya ada sesuatu hal
yang penting hari ini. Tapi aku sendiri nggak tau itu apa. Entah aku lupa atau
memang nggak ada apa – apa, karna hanya perasaanku saja.
“ Eh udah beli kado belum buat Nenji ?
Ntar loe dateng kan acaranya dia ? Kita pergi bareng yaa ?” kata Frizka pada
Nadia ketika ku baru sampai didalam kelas.
Ulangtahun Nenji ????? Ya Tuhaaan !!!
Kenapa aku bisa lupa gini ? Aku juga nggak memberikan ucapan padanya pukul 12
tadi malem ? Masa moment sepenting ini aku bisa lupa sih ? Ini pasti karena
masalahku dengan Nenji. Lagian gimana caranya memberikan ucapan padanya dalam
keadaan seperti ini ? Itu nggak mungkin !
“ Pagi semua !!” sapa Nenji begitu
ceria pada semua anak – anak didalam kelas.
“ Pagi Nenji !! Happy birthday yaa !!”
“ Jiee yang ulang tahuun !”
“ Selamat ya Ji !”
“ Ntar malem makan enak euy !haha “
“ Sweet seventeen Nenji !!”
“ Panjang umur yaa ! “
Dan ucapan lainnya yang begitu banyak diutarakan
pada Nenji dari anak – anak dalam kelas. Mereka secara bergantian memberikan
selamat pada Nenji. Sedangkan aku ?? Hanya diam duduk ditempatku. Apa mungkin
ego dan gengsiku terlalu tinggi ? Hingga dalam hari terpenting seperti ini
saja, aku masih aja nggak mau untuk menyapanya lebih dulu.
“ Maafkan aku Nenji ! Aku harap kamu
bisa ngerti aku !” ucapku lirih didalam hati. Aku langsung berlari keluar
kelas. Rasanya nggak sanggup untuk berdiam diri saja didalam sana, tanpa
mengucapkan selamat pada Nenji. Niatku yang ingin belajar hari ini didalam
kelas, aku urungkan. Lebih baik aku ke kelas kosong lagi biar sedikit lebih
tenang.
***
“ Heh... itu namanya ego atau
gengsinya yang tinggi ??” ucap Nenji sambil menggeleng – gelengkan kepalanya
karna aneh melihat Debra yang langsung
berlari keluar dari kelas ketika semua temannya mengucapkan selamat pada
Nenji.
“ Gue pengen loe orang yang pertama
ngucapinnya ke gue Ra, bukan mereka ! “ Batin Nenji ditengah – tengah keramaian
orang didalam kelasnya yang sibuk memberikan selamat dan membicarakan tentang
persiapannya diacara Nenji nanti malam.
***
Sepanjang jalan menuju kekelas, semua
orang sibuk membicarakan tentang acara ulang tahun Nenji nanti malam. Saling
menanyakan kepada temannya, ada dapat undangan atau tidak lah. Pakai baju apa
kesana, pergi sama siapa dan kado apa yang mereka berikan.
Kado ????? Ya ampuun.. aku juga belum
mempersiapkan kado untuk Nenji. Kado apa yang mau aku beliin dalam waktu yang
mendesak ini. Hah ! Kekasih macam apa sih aku ? Pacar sendiri ulang tahun
sampai lupa seperti ini. Juga nggak ada sama sekali menyiapkan kado buat dia.
Maafin aku Nenji ! Maafin aku ! L
Aku menangis sejadi – jadinya di kelas
ini. Kulepaskan semua beban yang terasa didadaku. Siapa sih yang tahan berlaku
seperti ini ? Nggak ada ! Aku nggak kuat ! Aku merindukannya.. aku sedih ! Tapi
semua kesedihanku belum mampu juga untuk membuatku mengalah padanya. Aku memang
keras kepala.Tapi aku nggak tau lagi
harus gimana.
Aku teringat semua kenangan indahku
bersama Nenji. Semua tawa yang aku lalui bersama dia. Mungkin ini adalah
masalah yang terbesar untuk pertama kalinya kuhadapi dalam hubunganku bersama
Nenji. Karna sudah hampir 3 bulan lebih, aku belum pernah bertengkar dengan
Nenji. Tapi ini, untuk pertama kalinya dan sangat besar bagiku.
Teringat, waktu pertama kalinya aku
mulai berbicara banyak dengan Nenji. Ketika dia dengan beraninya masuk kedalam
ruangan ini. Tindakan dia yang membuatku takut disaat dia menakut-nakutiku
dengan pura – pura menciumku. Semua kenangan manis bersamanya.
Kenapa Nenji masih saja berdiam diri
begini ? Kenapa dia tidak ada datang untuk meminta maaf padaku ? Mana Nenji
yang dulu ?? Nenji yang begitu lembut, bukan Nenji yang keras seperti ini.
Nenji yang selalu menjahiliku, dan memperhatikanku, bukan Nenji yang
mengacuhkanku seperti ini. Nenji yang selalu saja tersenyum untuk meredam amarahku.
Nenji yang selalu membuatku tenang dan nggak bisa marah padanya. Sosok Nenji
yang begitu penyayang dan lembut. Dia yang selalu membalutiku dengan kasih
sayangnya. Kemana perginya semua itu ? Mana Nenji Alvaroku yang dulu ?? Aku
merindukannya ! L
***
“ Ra.. ntar
perginya bareng siapa ? Bareng gue aja yaa ? Gue jemput loe ! Tapi gue bisanya
malem Ra. Sebenarnya Nenji nyuruh gue ma anak – anak lainnya kerumahnya sore nanti,
bantuin dia ngedekor rumahnya. Tapi Mama gue minta antarin chek-up. Jadinya gue
bisa malem deh ! Loe berangkatnya kapan ? Bareng ama gue aja gimana ?” tanya
Shiren sewaktu bel pulang sekolah sudah berbunyi.
Yang
dimaksudkan Shiren pasti pergi ulang tahun Nenji. Gimana caranya mau pergi ??
Sampai sekarang aja, Nenji nggak ada mengundangku untuk datang kepestanya.
Mungkin dia sama sekali nggak mengharapkan kehadiranku. Dan mungkin juga dia
sudah tidak menganggapku lagi sebagai pacarnya.
Liat saja,
masa hal sepenting ini akunya sama sekali tidak diberitahu. Berarti dia anggep
aku apa ? Okey ! Mungkin memang karna masalah ini dia jadi tidak bisa
memberitahuku langsung. Tapi apa nggak bisa lewat Chiko, atau sahabat –
sahabatku lainnya?? Hah ! Sudahlah ! Mungkin sampai kapanpun dia nggak akan
pernah mau mengakui kesalahannya itu. dan aku juga nggak akan memulai duluan
untuk sekedar menegurnya saja. Sekali lagi, aku ingin dia yang pertama.
“ Ra.. kok loe
diam sih ? Jangan bilang karna masalah itu loe nggak mau dateng ke pestanya
Nenji ?” tebak Shiren.
“ Ehm....
gue... kayaknya gue nggak dateng deh Ren.”
“ Loh kenapa ?
Ra ini hari yang terpenting loh buat Nenji !”
“ Iya gue
tahu.. Tapi dianya sendiri sampai sekarang..”
“ Ra... gue
bisa ngomong sebentar sama loe ?” tanya Nenji tiba – tiba datang menghampiriku.
Suara Nenji begitu dingin memotong pembicaraanku tadi dengan Shiren.
“ Hmm... gue
pulang dulu ya ! Ra ntar hubungin gue aja yaa !“ sahut Shiren yang kemudian
beranjak dari tempatnya dan meninggalkanku berdua dengan Nenji.
Aku hanya diam
dan nggak bisa berkata – kata apa. Yang ada dalam benakku sekarang hanyalah
menunggu. Menunggu pengucapan kata maaf itu dari dirinya. Menunggu dia
mengajakku untuk berdamai dan melupakan semua masalah ini. Menunggu dia bisa
menerima semua yang aku inginkan. Kata maaf dan pengakuan darinya, hanya itu.
“ Gue harap
loe bisa dateng diacara gue nanti malam. “ tuturnya yang tak menatapku
sedikitpun. Dia hanya menunduk dan melihat kebawah. Hal yang biasa selalu
dilakukannya, jika dia nggak ingin melihat dan menatap lawan bicaranya itu.
Aku pun juga
begitu. Aku sama sekali tidak ada menyahuti ucapannya tadi. Aku tidak
mengiyakan ataupun menolaknya. Yang aku tunggu, bukan perkataan ini, Nenji !
“ Kehadiran
loe lah yang paling gue tunggu .“ ucap Nenji, yang setelah itu selalu diam
disetiap jeda katanya. Keliatan seperti sulit sekali untuk mau berbicara
denganku lagi.
“ Pesta gue
nanti malam, nggak akan ada artinya tanpa kehadiran loe. “ kalimat terakhir
yang diucapkan Nenji. Dia langsung pergi meninggalkanku sendiri didepan kelas.
Mana kata yang
kutunggu dari mulutmu itu Nenji ? Bukan ini yang aku maksud ! Kenapa sih kamu
nggak ngerti juga dengan apa yang aku mau ? Kenapa kamu nggak pernah mau sih
menuruti keinginanku ? Arggh ! Aku kecewa Nenji ! L
“ Bukannya
minta maaf, malah langsung pergi gitu aja! “ gerutuku.
“ Nenji nggak
akan pernah minta maaf Ra !” sahut Ije yang tiba – tiba saja datang dan
mendengar perkataanku barusan.
“ Gue tahu
banget gimana Nenji ! Meskipun gue baru mengenalnya beberapa bulan ini. Gue
udah cukup banyak tau gimana pribadi dia. Gue sangat memahami dia. Dia nggak
akan pernah minta maaf, jika dia yakin dia sama sekali nggak salah. Nggak akan
! Dan nggak akan pernah Ra ! Mau loe nunggu sampe kapanpun, dia nggak akan
dateng minta maaf buat loe. Itu adalah diri dia. Mungkin loe belum terlalu memahami
gimana pribadi Nenji yang sebenarnya.” Jelas Ije.
“ Je... tapi
ini dia yang salah ! Masa sih dia sendiri nggak nyadar ? Dia udah ngebohongin
gue ! Dan dia ngelakuin apa yang gue larang ! Dia nggak bisa ngelakuin apa yang
gue bilang ke dia ! Apa itu namanya nggak salah ?”
“ Nggak ! Bagi
dia itu sama sekali nggak salah ! Karna dia adalah cowok loe ! Dia pacar loe Ra
! Masalah loe juga masalah dia. Makanya dia tetap bersikeras ngelakuin itu !”
“ Tapii gue
nggak mau ! Dan gue sendiri udah pernah bilang sama dia ! Kalau dia bakal
ngelakuin ini, gue bakal marah besar sama dia. Tapi kenyataannya gimana ? Dia
sama sekali nggak mau dengerin peringatan gue. Dia egois tau nggak !”
“ Yang egois
itu loe ! Loe nggak bisa maksain kehendak loe supaya dia bisa ngikutin loe !
Nggak bisa Ra ! Dia bukan Yoga yang mau menuruti semua keinginan loe. Lagian
ini menyangkut nyawa orang. Siapapun yang berada diposisi dia, pasti bakal ngelakuin
hal yang sama. Ra... coba berpikir dewasa. Jangan kekanak – kanakan lagi.
Jangan selalu maksain keinginan loe ! Cinta milik kalian berdua. Bukan loe
sendiri !” ucap Ije memberikan nasehat padaku.
***
Jam dinding
dikamarku terus berjalan. Dan sekarang menunjuk pukul 5 sore. Aku masih saja
duduk terpaku diatas tempat tidurku. Sama sekali tidak ada niat untuk bangkit
dan berkemas diri untuk pergi kepesta Nenji.
“ Dek.. kamu
belum siap juga ? Kamu mau berangkat jam berapa ? Sama siapa ?” tanya Chiko
yang membuka pintu kemarku. Chiko sudah berpakaian rapi, dia sudah siap untuk
berangkat kerumah Nenji.
“ Kalau loe
mau pergi, duluan aja. Nggak usah nungguin gue !”
“ Trus loe mau
pergi jam berapa ? Ini udah sore loh ! Acaranya ntar kan jam 7. Gue nggak mau
bolak – balik jemput loe lagi dek. Loe mau pergi sama siapa nanti ?”
“ Gue belum
bisa pastiin bakal pergi atau nggak. “
“
Dek..............”
“ Kak.....
Please ngertiin gue !” pintaku dengan wajah melemas.
“ Yaudah.. gue
berangkat duluan. Ntar minta aja sama mamang untuk nganterin loe kesana. “
jawab Chiko dan menutup pintu kamarku.
Aku bingung !
Perasaanku sungguh sangat galau dan kacau. Hal ini membuatku dilema. Aku tahu
ini acara yang begitu berharga buat Nenji. Ini adalah hari yang sangat penting
buat dia. Tapi bagaimana dengan masalahku ini ? Masalah ini sama sekali belum
selesai. Jika aku datang nanti diulang tahun Nenji, sama aja artinya aku yang
mengalah buat dia.
Kenapa sih
Nenji nggak ngerti juga ? Kenapa dia nggak mau mengalah buat aku ? Kenepa dia
masih saja bersikeras dengan pendapat dia ? Kalau dia memang mencintaiku
seharusnya dia mengerti aku dan mau mengalah kepadaku. Seperti yang biasanya
dilakukan Yoga dulu. Yoga selalu memahami keinginanku. Bukan seperti ini.
Tapi...........
tunggu ! Dia bukan Yoga. Dia adalah Nenji. Dia bukan Yoga yang selalu mengalah
padaku. Bukan Yoga yang selalu mengikuti semua keinginanku. Bukan Yoga kekasih
dulu yang sangat aku cintai.
Bukannya ini
adalah hal yang sudah lama kutunggu ?? Pertentangan dalam sebuah hubungan.
Bukannya hubungan yang datar saja, dengan satu pendapat. Aku menginginkan adanya
dua pendapat, aku menginginkan ini ! Lalu kenapa sekarang aku malah nggak bisa
menerimanya ? Kenapa aku masih memaksakan keinginanku ? Jika memang aku
menginginkan ini, seharusnya aku bisa terima dan nggak memaksakan diri seperti
ini lagi.
Ini sama saja
aku masih memperlakukan Nenji seperti Yoga dulu. Bukannya aku ingin berubah ?
Bukannya ini yang ingin kudapatkan dari Nenji ? Kenapa aku malah marah padanya
?
Kemarahanku
sekarang sebenarnya berdasarkan apa ? Apa memang karna tindakan Nenji yang
tidak mengikuti mauku, atau karna aku nggak mau untuk mengalah ? Atau karna aku
yang masih ingin seperti dulu ? Ingin pendapatku yang benar, bukan pendapat
kekasihku.
Ya
Tuhan....... ! Ada apa denganku sebenarnya ? Benarkah yang dibilang Nenji waktu
itu ?? Bahwa aku sangat mencintai Yoga ! Hingga detik ini pun aku belum mampu
untuk berpaling darinya, meskipun kini aku telah bersama Nenji. Benarkah nggak
ada yang bisa menggantikan Yoga dihatiku ? Mungkinkah hatiku hanya untuk Yoga
selamanya ? Benarkah lirik lagu Ungu Untukmu Selamanya adalah isi dari hatiku
sekarang ?
Tidak ! Aku
sudah pernah bilang dan telah meyakinkan hatiku bahwa cintaku sekarang adalah Nenji.
Aku telah melupakan Yoga. Aku telah menguburnya dalam – dalam dihatiku. Aku
ingin menghadapi kehidupanku yang baru. Aku nggak ingin menjadikan Nenji
pelarianku. Aku nggak mau dan nggak akan pernah tega ngelakuin itu pada Nenji.
Nenji begitu
tulus mencintaiku. Dia begitu menerimaku mulai dari aku yang begitu terpuruk
ditinggal Yoga, lalu membawaku ke titik awal dimana aku harus bangkit, dan
membawaku sekarang menjadi kekasihnya. Membawaku sekarang merasakan kehadiran
cinta yang baru. Kehadiran cinta yang begitu tulus dan suci. Haruskah aku
menodainya ? Haruskah aku membiarkan cinta yang tulus itu tersakiti ??
Nggak ! Aku
salah ! Aku memang egois ! Aku memang kekanak – kanakan ! Aku memang keras
kepala memaksakan keinginanku padanya. Dia memang benar. Apa yang dia lakuin
sama sekali nggak salah. Apa yang dibilang Ije benar. Siapaun yang berada
diposisi Nenji, pasti bakal berlaku hal yang sama. Nggak ada orang yang mau dan
tega membiarkan orang yang jelas – jelas sudah sakit parah untuk menunggu
bantuan orang lain yang belum tau kapan datangnya. Kecuali orang egois seperti
aku yang ingin memaksakan kehendak diri sendiri.
Mungkin memang
benar apa yang dibilang Nenji. Ini semua adalah keinginanku menjadi kekasih
yang nantinya akan membuat Yoga selalu bangga padaku, meski kita sudah tidak
bersama lagi. Ini semua adalah egoku yang salah. Aku menyesal.. kenapa aku baru
menyadarinya sekarang ?? Kenapa aku begitu egois sehingga tidak mau berpikir
demikian ? Aku benci diriku yang dulu ! Aku ingin berubah... berubah untuk
diriku dan dirinya yang begitu banyak berbuat padaku. Nggak seharusnya aku
menyakitinya lagi.
Dan sekarang..
kenapa aku masih berdiam diri disini ?? Kenapa aku nggak bersiap – siap pergi
ke acara Nenji ? Dia pasti sudah menungguku disana. Dia sendiri yang bilang,
kehadiranku lah yang paling ditunggunya.
“ Wuaa gawat !
Sekarang sudah jam 6 ! Acaranya kan jam 7 ?? Kado saja belum aku beli. Ya
ampuun.... apa yang bisa aku lakukan dalam waktu satu jam ini. Aku nggak
mungkin beli kado dulu.... tapi nggak
mungkin kesana tanpa bawa kado buat dia. Tapi kalo dibeli, mau beli apa ? Hadiahnya
saja belum terpikirkan olehku. Aaa... bantu aku !“ gerutuku yang semakin panik
karnanya.
“ Kenapa nggak
coba bikin kue sendiri buat kado ulangtahunnya ?? Dulu aja bunda ngelakuin itu
waktu ulangtahun Ayah kamu. Bunda nggak punya uang buat beli kado. Maklum masih
anak sekolahan, nggak mungkin kan minta uang sama orang tua buat beli kado
pacar ? Yaudah deh... bunda bikin sendiri. “ sahut bunda yang tiba – tiba masuk
kedalam kamarku. Ternyata mendengarkan keluhanku daritadi.
“ Iya ya Bund
! Wuaa... bunda, dewi penyelamatku ! Makasi bunda sayang idenya ! “ ucapku
begitu senang mengecup pipi Bunda dan kemudian langsung berlari ke arah dapur.
“ Inget sayang
bikin sendiri ! Jangan minta bantuan sama bibi ! Kado itu bakal lebih berharga
kalau kamu yang bikin !’ Teriak Bunda dari kamarku.
“ Iya bund !”
Dengan
semangat yang menggebu – gebu kubuka lemari yang menyediakan berbagai macam
bahan untuk membuat kue. Brownies ! Nama kue itu yang langsung ada dibenakku.
Karna hanya kue itu saja yang bisa kubuat dengan tanganku sendiri. Tapi sayangnya,
aku sedikit lupa bagaimana caranya.
Kucoba
pikirkan lagi dan mencoba mengaduk – ngaduk adonan yang sudah ada. Kumasukkan
satu persatu bahan dan pemanisnya. Aku mengingat dengan keras cara – cara
pembuatan kue ini, yang pernah aku bikin dulu sewaktu aku kelas 1 SMA. Aku
melihat Bunda memperhatikanku dari jauh. Senyum bunda memberikanku semangat
untuk bisa menyelesaikan kue ini.
“ Oh my God !
Jam 7 kurang 15 menit ! !5 menit lagi acaranya dimulai ! Aku juga belum mandi
dan siap – siap lagi ! Aduuuuh !” aku semakin panik ketika melihat jam berapa
sekarang.
Setelah
selesai membuat adonannya, ku masukkan ke dalam alat pemanggang kuenya. Ku
bergegas berlari kekamar mandi. Sambil menunggu kue itu selesai dipanggang,
lebih baik ku mandi dulu. Supaya bisa menghemat waktu.
“
Nenjiiii............... ! I’m coming !! Wait me !!! Miss u Pashakuuuuuu !”
teriakku dalam hati.
***
Rumah Nenji
sudah begitu ramai diisi tamu undangan Nenji yang umumnya berasal dari teman
sekolahnya sekarang ataupun yang dulu. Lampu – lampu indah dan tatanan yang
romantis menghiasi rumah Nenji. Apalagi ditambah dengan tulisan “ Happy Sweet
Seventeen Nenji “ dengan lilin – lilin kecil yang mengapung dikolam renang
Nenji. Itu semua memang ide teman – teman Nenji yang mendekornya tadi sore. Hiasannya
benar – benar sangat bagus dan wuaah. Mereka memang sengaja memberikan yang
terbaik buat pesta ulangtahun Nenji malam ini.
Secara
bergantian ucapan selamat-pun silih berganti datang pada Nenji dari setiap tamu
undangan yang datang. Nenji-pun juga membalasnya dengan senyuman ramah yang
sudah menjadi khasnya. Balutan kemeja Ungu membaluti tubuh Nenji dengan celana
hitam yang membuat Nenji keliatan sangat keran dan rapi malam itu.
Warna ungu
memang warna yang dipilih Nenji hari itu. Karna itu adalah warna kesukaan
Debra. Tapi bukan berarti Nenji tidak menyukainya. Nenji juga menyukai warna
Ungu, tapi dia lebih suka warna merah.
Nenji yang
seharusnya keliatan ceria dimalam ini, malah keliatan sangat galau. Daritadi
dia nggak berhenti untuk melihat jam dan melihat ke arah pintu masuk. Dia
menunggu seseorang yang sangat penting baginya, yang tak kunjung datang dari
tadi.
Jam ditangan
Nenji sudah menunjukan pukul setengah delapan malam. Tapi dia belum juga
melihat tanda – tanda kehadiran Debra. Nenji semakin gelisah, dia semakin panik
dan sedih. Pertanyaan – pertanyaan bodoh hinggap dipikirannya.
“ Mungkinkah
Debra nggak akan datang malam ini ? Benarkah dia sama sekali nggak peduli
dengan hari yang terpenting bagiku ini ? Apa memang dia nggak menganggap aku
kekasihnya lagi ? Apa dia nggak ada keinginan buat pertahanin hubungan ini lagi
? Apa dia nggak cinta lagi sama aku karna dihatinya masih ada Yoga ?”
Raut wajah
Nenji semakin galau dan sedih. Dia semakin gelisah, bergerak kesana dan kemari.
Membolak – balikan tangan melihat jam ditangannya. Dan kemudian mengeluh
sendiri dan berkata “ Debra... dimana kamu sayang ?? Dateng doong ! Aku nunggu kamu disini ! Kehadiran kamu yang
terpenting malam ini. Please... cepat datang !“
“ Debra belum
dateng juga ya dek ? Kita mulai aja acaranya dulu gimana ? Udah setengah
delapan loh ? Janjinya kan jam 7 ? Nggak enak sama undangan yang udah datang
dek !” ajak Kak Nindy.
“ Bentar ya
kak ya ! Tunggu Debra dulu ! “ jawab Nenji yang nggak pernah berdiri tenang
itu. Dia semakin panik melihat kesana dan kemari.
“ Tapi mau
nunggu sampe jam berapa ? Kalau dia nggak dateng gimana ?” tanya Chiko yang
berdiri disamping Nindy.
“ Gue yakin
dia pasti dateng kok ! Kita tunggu aja dulu. Gue nggak akan bisa mulai ni acara,
tanpa kehadiran dia. “ tegas Nenji.
Chiko dan
Nindy lelah untuk membujuk Nenji supaya acara ini dimulai saja. Mereka kembali
bergabung dengan undangan lainnya. Sedangkan Nenji masih saja berdiri didepan pintu
masuk menunggu kehadiran Debra. Nenji masih sabar dan sangat yakin Debra pasti
bakal datang untuknya malam ini.
Tapi sekarang,
jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Nenji mulai sedikit lelah untuk terus
berdiri didepan pintu. Dia menyandarkan badannya pada dinding dan memejamkan
matanya. Yang ada dalam pikiran Nenji sekarang adalah bagaimana kalau Debra
benar – benar tidak datang seperti yang dibilang Chiko ? Mata Nenji mulai
berkaca – kaca diikuti dengan galauan hatinya.
Dia berusaha
menahan emosi dan air mata didalam dadanya. Mungkin Nenji memang mulai sedikit pasrah. Menghadapi kenyataan kalau
Debra benar – benar tidak datang. Nenji tetap saja, berdiri dengan pejaman
matanya. Dia tidak mau membuka sampai Debra datang dihadapannya.
“ Nenji.......
“ sapa suara seorang gadis yang memakai gaun berwarna ungu dengan tentegan
kantong berwarna putih dan berdiri dihadapan Nenji. Perlahan Nenji mulai
membuka matanya. Dan kemudian ia tersenyum ketika mendapati seseorang yang ada
dihadapannya sekarang.
“ Happy birthday
sayang ! I Miss You !” tutur Debra
sambil meneteskan airmatanya.
Tanpa tedeng
aling – aling Nenji langsung memeluk Debra. Kerinduan yang begitu dalam
terpancar dari sorotan matanya. Nenji begitu merindukan Debra. Merindukan suara
dan semua tentang dirinya. Debra pun juga membalas hangat pelukan Nenji. Dia
pasti juga merasakan hal yang sama dengan Nenji saat ini. Didalam pelukannya,
Debra sempat mengatakan sesuatu pada Nenji.
“ Maafin
aku...... Maafin aku Ji !“ tutur Debra berbisik dengan airmatanya yang belum
juga berhenti.
“ Syuut ! Udah
jangan nangis lagi ! Ini adalah hari bahagia aku. Aku nggak mau mikirin yang
lain – lain dulu. Kita kesana yaa ! Kasian anak – anak udah pada nunggu lama. “
ajak Nenji menghapus airmata yang jatuh dipipi Debra.
“ Emangnya
acaranya belum dimulai ?” tanyaku heran.
“ Gimana
caranya mau mulai ? Kan tadi gue sendiri udah bilang ke loe. Acara nggak akan
ada artinya tanpa kehadiran loe. Jadi gue nggak akan mulainya sebelum loe
dateng.”
“ Maafin gue
Ji udah bikin loe nunggu lama...” kataku sedih.
“ Udah.. !
Jangan kebanyakan minta maaf. Minta maafnya ntar aja pas lebaran. Kita kedalam
yuuk !”
Nenji sekarang
kembali menjadi ceria dan semangat. Digenggam eratnya tangan Debra, seperti tak
mau lagi untuk kehilangannya. Nenji
membawa Debra bergabung dengan undangan lainnya.
“ Lihat Debra
udah dateng !!!” seru Echa dengan bersemangat pada teman – temannya.
“ Yeeee !!!
Acaranya dimulai ! “ seru anak – anak lainnya menyahuti ucapan Echa.
Dan acara pun
segera dimulai. Dibuka dengan nyanyian selamat ulang tahun dan happy birthday
buat Nenji, tiup lilin, sampe pada potongan kuenya. Dan sudah pastinya....
Debra lah yang mendapatkan potongan kue pertama oleh Nenji. Sebelum Nenji
menyuapi Debra, Nenji sempat menjahili Debra sebelumnya. Dengan berkali – kali
mengarahkan suapan kue pada mulut Debra, tapi kemudian dialihkan lagi setelah
Debra membuka lebar mulutnya. Hal itu jelas membuat Debra sedikit jengkel, tapi
didalam hatinya juga pasti senang.
Dan
kemudian............... Nenji langsung mengecup mesra bibir Debra. Eits.. tapi
cuma sebentar kok ! Cuma kecupan doang. Setelah itu Nenji melepaskannya dan
langsung menyuapi Debra kue ketika Debra masih terkejut dengan ciuman Nenji
barusan. Sontak semua orang langsung menyoraki mereka dengan seruan godaan dari
mulut masing – masing mereka. Debra mau marah tapi udah nggak bisa. Udah
kejadian juga.
“ Hehe.. maap
sayang. Jangan marah yaa ! Kecupan tadi anggap aja kadomu untuk ulang tahunku.
Hahaha... Berikan aku ciuman pertamamu, agar ku yakin kau memanglah milikku !”
tutur Nenji sambil menyanyikan sebaris lagu Ungu Ciuman Pertama.
Debra hanya
bisa diam dengan senyuman manis dari bibirnya. Debra nggak bisa berbuat apa –
apa lagi. Ini untuk pertama kalinya bibir Debra dikecup seseorang. Karna
sebelumnya dia belum pernah melakukannya, meski ia telah pacaran sangat lama
dengan Yoga. Tapi baginya nggak apa –
apa. Lagian yang mengambil ciuman pertama dari bibirnya adalah Nenji. Lelaki
yang sangat ia cintai untuk saat ini. Jadi dia nggak bisa marah lagi.
Setelah acara
resmi pemotongan kue selesai, undangan lainnya boleh bebas melakukan apa aja setelah
itu. Mau ngumpul – ngumpul dulu sama teman, nyanyi atau hal – hal lainnya.
“ Nenji....
bisa ikut kakak sebentar. Ada yang mau kakak omongin !” pinta Nindy dengan
wajah tampak begitu cemas. Nenji menganggukkan kepalanya. Dan kemudian
berbicara pada Debra.
“ Aku tinggal
sebentar ya yaang. Eh yaa, itu Kak Zaky pacar Kak Nindy. Mending kamu ngobrol –
ngobrol aja dulu sama dia. Okey ?” tunjuk Nenji pada laki – laki berkulit putih
dengan kemeja hitam berlengan pendek itu. Laki – laki itu langsung melambaikan
tangannya begitu melihat Nenji menunjuk kearahnya. Wajahnya sangat tampan. Dia
memakai kacamata tapi tetap saja keliatan keren. Sangat cocok sekali
didampingkan dengan Nindy.
Nenji langsung
mengikuti kakaknya untuk pergi kesuatu tempat untuk berbicara. Sepertinya, apa
yang mereka bicarakan begitu serius, sehingga mereka perlu bicara empat mata.
Dan Debra berjalan menghampiri Kak Zaky.
“ Hey Kak Zaky..
lagi sibuk nggak ? Ngobrol – ngobrol bentar yuuk! “ ajak Debra pada Zaky.
“ Ehm.. nggak
kok dek ! Kita ngobrol dimana ? Disana aja yuuk !” Ajak Zaky menunjuk tempat
duduk yang berada didepan kolam renang.
“ Ajiee.. yang
dapat ciuman pertama dari Nenji. Haha..” goda Zaky pada Debra.
“ Aaa.. udah
ah jangan dibahas lagi. Mau marah tapi nggak bisa lagi marah sama dia. Hehe..”
“ Nggak apa –
apa lagi. Toh juga bukan ciuman yang gimana – gimana, cuma kecupan doang, nggak
apa – apa lah deek. “ ucap Zaky sambil mengusap rambut Debra.
“ Eh ya kak,
aku udah lama banget pengen ketemu sama kakak. Aku pengen cerita – cerita.
Terutama soal pertemuan kakak waktu pertama kali dikenalin sama Mama dan Papa
kak Nindy. Perlakuan Mama kayak gimana sih sama kakak waktu itu ?” tanya Debra
penasaran, walau ia sudah mengetahui ceritanya dari Nindy.
“ Owh.. wuaa
seru banget dek ! Keluarga mereka tu benar – benar ramah semuanya. Apalagi Mama
! Kakak nggak nyangka banget Mama Nindy benar – benar ramah kayak gitu. Kakak
pikir, orang sekelas mereka pasti menganggap remeh aja orang kayak kakak yang
nggak setajir mereka. Yaa seperti banyak dibilang orang sombong lah ! Tapi ini
nggak dek ! Papanya pasti kamu juga tahu sendiri kan, udah gokil dari sananya.
Yang paling berkesan bagi kakak itu sama Mamanya. Mamanya welcomeeee banget dek
! Cerewet banget lah, nggak berhenti – berhentinya ngajakin kakak ngomong. Kita
ketawa sama – sama, mpe nggak nyadar kalo udah pukul 11 malem, karna saking
asyiknya ngumpul – ngumpul cerita gitu. Pesan yang paling kakak inget dari
Mamanya gini , Zaky.... Mama titip Nindy
ya sama kamu. Dia anak gadis mama satu – satunya. Jangan kecewain dia ya buat
Mama. Mama berharap kalian bisa serius untuk selamanya. Kebayang nggak sih
dek, gimana ramah dan serunya mereka waktu itu ? Baru juga pertemuan pertama,
tapi udah hangat banget sambutannya sama mantunya. Kakak jadi nggak mau banget
ngelepasin Nindy. Kakak yang orang biasa – biasa kayak gini, bisa diterima
dengan sangat baik dikeluarganya. Belum tentu kakak bisa ngedapetin itu dari
keluarga yang lain. Jadi doain aja ya dek supaya bisa selamanya.” Jelas Zaky
yang bercerita dengan penuh rona bahagianya, mengingat kejadian waktu itu.
Apa yang
diceritakan Zaky, sontak membuat Debra sangat terkejut. Cerita Zaky sangat jauh
berbeda dengan cerita Nindy dulu sewaktu menenangkan Debra dari perlakuan
Mamanya.
“ Jadi Kak
Nindy kemarin berbohong sama aku ?” tutur Debra didalam hati. “ Hmm.. aku
yakin, ceritanya kemarin pasti hanya ingin menghiburku saja. Supaya ku tidak terlalu
sedih. “ batin Debra dengan menyunggingkan senyuman kecilnya berterima kasih
pada usaha Nindy yang tetap ingin membuat dia tersenyum.
“ Maa.. plis
jangan sekarang Ma “ pinta Nindy dengan wajah memelas pada Mamanya.
“ Nggak ! Ini
adalah waktu yang tepat. Dan nggak ada seorangpun yang bisa larang Mama. Nenji
adalah anak laki satu – satunya yang Mama miliki. Mama berhak untuk itu.” tegas
Mamanya.
“ Tapi
waktunya jangan sekarang Mama ! Nenji juga adik aku ! Aku juga..”
“ Nindy diam
kamu !! Jangan ikut campur !’ Bentak Mama pada Nindy.
“ Perhatian
semuanya !! Kebetulan sekali, karna hari ini begitu banyak yang datang. Sudah
banyak yang berkumpul. Mama mau memberikan pengumuman yang penting pada kalian
semuanya !” sorak Mamanya pada semua tamu undangan. Serentak semua orang mulai
berkumpul untuk mendengarkan pengumuman dari Mama Nenji.
“ Mama aku
mohon..... “ pinta Nenji dengan wajah yang memelas.
“ Kamu diam
disana. Biarin Mama yang beritahu teman kamu semuanya. Okey !” potong Mamanya
sebelum Nenji selesai berbicara. Nenji sudah tidak bisa berbuat apa – apa lagi.
Disamping kiri dan kanannya sudah ada dua orang suruhan dari Mamanya untuk
menjaga Nenji agar tidak memberontak terlalu jauh.
“ Malam ini
adalah malam yang sangat berbahagia bagi anak tente, Nenji Alvaro ! Karna tepat
pada hari ini, usianya sudah beranjak 17 tahun. Dan usia itu, tente rasa pasti
sudah perlu merasakan getirnya cinta. Dan malam ini juga, tente ingin
mengumumkan kepada semuanya, kalau anak tente yang ganteng ini akan bertunangan
dengan seseorang. “
Semua orang
langsung saling berbisik satu sama lain, menerka – nerka siapa gadis yang
bertunangan dengan Nenji. Tapi yang ada didalam pikiran semua orang, pastinya
adalah Debra. Karna siapa lagi kekasih Nenji kalau bukan Debra. Lagian tadi
mereka begitu mesra. Jadi nggak mungkin juga ada orang lain didalam hubungan
mereka. Dan semua mata kini memandang kearah Debra. Debra langsung malu dan
menundukkan kepalanya. Tapi tetap saja, hati Debra berkata lain. Dia yakin,
kalau bukan dia orangnya. Karna liat saja perlakuan Mamanya dulu. Nggak
mungkin, tiba – tiba sekarang Mama mau mengadakan pertunanganan Nenji
dengannya.
“ Bukan dia
orangnya !” lanjut Mama ketika semua orang melihat ke arah Debra. Semua orang
langsung kaget melihat kearah Mama, karna mendengar pernyataan Mama barusan.
“ Zora !
Kesini sayang ! “ panggil Mamanya pada gadis cantik berkulit putih, dengan
tinggi semampai, berhidung mancung, mata coklatnya yang indah, dan rambut
ikalnya yang terurai diatas gaunnya berwarna ungu itu. Membuat gadis ini benar
– benar keliatan sangat anggun dan cantik. Dan memang, jika didampingkan dengan
Nenji, mereka berdua memang sangat cocok dan serasi.
Gadis itu
berjalan mendekati mama. Nenji hanya bisa tertunduk lemas. Dia nggak kuat untuk
menatap wajah Debra yang berada ditepi kolam renang diseberangnya. Begitu
halnya dengan Debra. Dia sangat kaget mendengar pernyataan Mama barusan.
“ Perkenalkan
! Dia adalah Zora Alitzka. Tunangan Nenji ! Calon istrinya Nenji Alvaro,
anakku.” Ujar Mama memperkenalkan Zora.
Semua orang
langsung terkejut. Terutama Debra ! Dan untuk kesekian kalinya, Debra nggak
bisa lagi menahan airmatanya tumpah untuk Nenji. Debra begitu sakit dan
terpukul. Kekasihnya yang begitu ia cintai ternyata telah bertunangan dengan
orang lain. Debra nggak sanggup lagi untuk tetap berdiam diri disana. Debra
langsung berlari kearah luar sekencang – kencangnya. Sambil terus menghapus air
matanya yang jatuh.
“ Debra......
!” teriak Nenji menggil Debra untuk memberhentikan langkahnya, namun sia – sia.
Debra tak menghiraukan panggilan Nenji. Dia terus berlari dengan kantong putih
yang terus berada ditangannya dari tadi.
“ Udah
perkenalannya Ma ? Udah puas atas semua yang udah Mama lakuin ?? “ bentak Nenji
pada Mamanya.
“ Makasih Ma
!! Makasih banget udah ngancurin hari bahagia Nenji. Makasih udah bikin
semuanya kacau !” sinis Nenji lagi dengan mata yang berkaca – kaca.
Nenji langsung
berlari meninggalkan acaranya. Dia langsung menyalakan motornya dan mengejar
Debra yang mungkin sudah berlari sangat jauh dari tempat itu.
Tercipta Untukku
Aku berlari
sekencang – kencangnya. Aku sendiri tak tau harus pergi kemana. Yang ada dalam
pikiranku sekarang, hanyalah bagaimana caranya untuk pergi sejauh mungkin dari
tempat itu. Rasanya begitu sakit, ketika mendengarkan pernyataan itu terucap
dari mulut Mamanya. Nenji bertunangan dengan orang lain. Bukan aku !
Lalu apa
artinya hubunganku selama ini dengannya ?? Baru saja aku merasakan kembali
kehangatan cinta darinya. Manisnya sebuah cinta yang ia berikan padaku. Dan
sekarang, aku kembali merasakan kepahitan itu. Kenapa Nenji selama ini tidak
memberitahuku perihal ini ? Jika memang dia sudah ditunangankan dengan orang
lain, kenapa dia harus memperkenalkan aku dengan orangtuanya dulu ?Kenapa dia
harus memperkenalkan aku dengan keluarganya ? Kenapa dia memberikan harapan
yang indah itu padaku, jika ternyata semuanya palsu !
“ Aku benci
Nenji ! Aku sakit ! Aku terluka ! Aku begitu mencintainya, kenapa dia harus
membalas semua rasa cintaku seperti ini ?? Aku benci kamu Nenji, aku benci kamu
!!” teriakku dalam hati sambil terus berlari dengan tetesan airmataku.
Baru saja tadi
kau kecup bibirku, dan membisikkan kalimat yang nggak akan pernah terlupakan
olehku. “ I will always love You ! I’m Yours Debra !” Apa arti dari semua itu
?? Kenapa dalam suasana yang sama, semuanya langsung berubah dalam waktu
sekejap saja ? Kamu bukan milikku lagi. Kamu sudah menjadi miliknya untuk
sekarang, dan selamanya. Dan nggak akan pernah bisa menjadi milikku lagi.
“ Kenapa kamu
lakuin ini ke aku Nenji ?? Kenapa ??!!” ucapku.
Lampu – lampu
jalanan memancarkan cahaya yang remang – remang. Ku ambil highheelsku. Ku
tenteng dia berjalan bersamaku. Kakiku sudah begitu penat jika harus berlari
lagi. Dan keliatannya sekarang juga sudah cukup jauh dari rumah
Nenji.
Ku lihat
pemandangan sekitarku. Begitu sepi dan hanya ada sedikit mobil dan motor yang
melintasi tempat ini. Dimana ini ? Kenapa tempat ini begitu sepi ? Rasanya ini
bukan jalan yang biasanya aku lewati setelah pulang dari rumah Nenji. Berlari
kemana aku tadi ?
Ya Tuhaan.....
badanku sangat lemas. Aku nggak sanggup lagi untuk bergerak. Yang ada dalam
pikiranku sekarang hanyalah Nenji. Semua kenangan manis tentangnya. Semua masa
– masa indah yang dulu aku lewati bersamanya. Semua tawa dan candanya. Semua
nyanyiannya untukku.
Dan yang
paling membuat hatiku sangat pilu, adalah lagu Terang Dalam Gelapku yang
dinyanyikannya untukku.
Dan
aku telah yakinkan hatiku bahagiakanku jelang bersamamu. Dan aku yang tak bisa
tanpamu karna engkaulah terang dalam gelapku.
Apa arti dari
lirik itu ?? Bukannya itu berarti dia telah meyakinkan hatinya untuk bahagia
bersamaku hingga akhir nanti??Lalu kenapa semuanya dengan mudah digantikan
dengan kenyataan pahit seperti ini ?? Kemana perginya semua masa indah itu ??
Aku ingin kembali seperti yang dulu.
“ Nenji....
aku sangat mencintai kamu. Hanya karna kamu aku bisa bertahan dan bangkit
seperti ini lagi. Kenapa kamu harus ngelakuin ini padaku ?” tuturku.
“ Aku juga
sangat mencintai kamu Debra ! Aku nggak pernah mau untuk ngelakuin ini sama
kamu. Ini bukan inginku Debra ! Aku juga nggak mau, dan nggak akan pernah mau !
“ ucap seseorang lelaki yang terdengar dari belakangku.
Suara merdunya
yang selalu membuat hatiku teduh. Nenji. Aku langsung membalikkan badanku, dan
sejenak terdiam menatap dirinya yang membuat hatiku semakin pilu.
“ Tapi kenapa
tadi kamu cuma diem aja ? Kenapa kamu nggak coba ngebantah semua yang diucapin
Mama kamu tadi ? Kenapa kamu sama sekali nggak ada usaha untuk itu ? Itu sama
aja artinya kamu nggak mau untuk pertahanin hubungan ini kan ??” tanyaku
kecewa.
“ Aku nggak
bisa ngelawan Mama disana. Aku dijaga ketat sama orang suruhan Mama. Mereka
disamping aku. Sekali saja aku bergerak untuk ngelawan, mereka pasti akan
mencegatku Ra. Bahkan mungkin aku nggak diizinin berdiri disana. Aku pasti akan
dikurung dikamar. Itu artinya aku nggak bisa untuk mengejarmu dan menjelaskan
semuanya padamu seperti sekarang ini. Aku mohon.......... tolong dengerin
penjelesan aku dulu ! Kamu mau kan ikut aku ? Kita bicara ditempat lain, nggak
disini. Orang suruhan Mama pasti lagi cari aku sekarang. Tempat ini masih dekat
dengan rumahku. Kita pergi dari sini, bisa kan ?” pinta Nenji dengan wajah yang
memelas padaku.
Raut wajah
yang sangat sedih, dan aku bisa tahu dari isi hati Nenji. Hal ini pasti begitu
berat baginya. Dia juga pasti tidak menginginkan ini. Dan nggak ada salahnya,
aku mendengarkan penjelasannya dulu.
“ Iya.. aku
mau. “ jawabku singkat.
Kemudian aku
dan Nenji naik motornya yang berdiri tak jauh dari tempat kami berbicara tadi.
Nenji langsung menyalakan mesin motornya. Nenji melajukan motor ini sekencang
mungkin. Kecepatan yang sangat luar biasa. Kupeluk erat tubuh Nenji agar tak
terjatuh. Hatiku sangat pilu dalam dekapan ini... pertanyaan bodoh yang paling
kutakutkan hinggap dikepalaku. Yang membuatku semakin takut jika hal itu benar
– benar akan terjadi.
“ Akankah ku
bisa untuk selamanya memeluk Nenji seperti ini ? Atau...... pelukan ini adalah
pelukan terakhirku untuk Nenji ? Apa esok hari aku takkan bisa lagi merasakan seperti
ini ? Merasakan kehangatan dalam pelukanku dengannya.” L
***
Nenji
membawaku ke tempat yang aku sendiri nggak tahu dimana. Dibawah jembatan, tapi
lingkungan ini sangat bersih. Apalagi ditambah dengan cahaya lampu jalan yang
menyinari dengan terang. Nenji memberhentikan motorya ditepi kali yang cukup
besar. Aku yakin, kalau siang hari air dikali ini pasti sangat jernih. Buktinya
saja, sekarang bayangan tiang listrik dan lampu penerang jalan itu ada didalam
air tersebut. Tempat ini benar – benar sangat romantis. Walau mungkin ketika
mendengar namanya, keliatannya sangat tidak mungkin. Tapi memang itu
kenyataannya.
“ Aku nggak
tahu mesti mulai ngomong darimana. Aku minta maaf... Aku minta maaf untuk suatu
hal yang nggak pernah mau aku lakukan. Aku nggak pernah mau nerima
pertunanganan ini Ra. Nggak pernah !” tutur Nenji membuka pembicaraannya
denganku.
“ Dan
sekarang... kamu sudah mau menerima semuanya kan ?” tanyaku sedih.
“ Tetap aja
nggak ! Aku sama sekali nggak pernah mencintai gadis itu. Jangankan untuk
menjalin hubungan dengannya, senyum aja aku nggak akan pernah mau untuknya. Aku
dan Kak Nindy, kita sama sekali nggak pernah suka pada keluarganya. Apalagi
Mamanya, si nenek lampir itu. Meskipun dia masih punya hubungan saudara dengan
kami, aku sama sekali nggak pernah sudi untuk itu. “
“ Saudara ?
Kalau kalian memang saudara kenapa kalian bisa dijodohkan ?” tanyaku heran.
“ Kami juga
bukan saudara kandung kok. Mamanya adalah anak dari sahabat Oma aku dulu.
Ketika sahabatnya itu meninggal, dia menitipkan si nenek lampir itu pada Oma
aku. Dia adalah anak angkat dari Oma. Dan soal perjodohan ini, aku yakin Mama
ngelakuinnya karna ingin balas budi pada mamanya Zora itu. “
“ Balas budi
?”
“ Iya.... Dulu
nyawa Mama aku, hampir aja udah nggak tertolong lagi Ra, karna kecelakaan maut
yang menimpanya. Dan Mama Zora lah, yang pertama kali menolong dan satu –
satunya pendonor darah buat Mama. Dulu dia orangnya sangat baik, bahkan dia mau
merelakan darahnya habis, jika itu bisa membuat Mama selamat. Jasa dia juga
bukan hanya itu saja, perusahaan juga pernah hampir bangkrut. Dan karna dia
juga lah, semuanya bisa dikendaliin lagi. Meski dia sama sekali nggak kerja diperusahaan
itu. Ibaratnya, dia cuma tinggal aja dirumah aku dulu. Tapi semuanya berubah,
setelah dia menyelamatkan nyawa Mama itu. Dia mulai minta yang aneh – aneh sama
Mama, dia memberikan dua pilihan yang sangat berat buat Mama, perjodohan
anaknya dengan aku, atau dua perusahaan keluarga kami yang jadi warisan Oma
diserahkan untuk dia. Awalnya Mama nolak, tapi... Mama juga ngerasa berhutang
budi sama dia. Dan akhirnya, Mama memilih perjodohan ini. “
“ Berati kamu
udah tau ini sejak lama, iya kaan ? Trus kenapa kamu masih bisa pacaran dengan
Dinda, dan sekarang aku ! Kenapa kamu tetap mau ngelakuinnya ? Padahal kamu tau
sendiri, kamu nggak akn pernah bisa bersatu karna ada Zora. Ini sama aja kamu
nyakitin perasaan mereka, terutama aku !”
“ Aku juga
baru tahu hal ini setelah Dinda meninggal Ra. Semua kejadian ini terjadi 4
tahun yang lalu. Dan sebelum peristiwa ini terjadi, aku juga udah pacaran
dengan Dinda. Dan Mama nggak mungkin misahin aku gitu aja. Mama juga udah
seneng banget dengan kehadiran Dinda. Selama itu, Mama selalu berusaha mencari
cara lain agar bisa membatalkan perjanjian itu. Tapi hingga sekarang, Mama
nggak bisa nemuinnya. Selain perusahaan, dia memberikan nominal yang cukup
tinggi, jika memang nggak mau untuk melakukan kedua –duanya. Nenek lampir itu
orang yang gila Ra ! Jika kita nggak wujudin semua keinginan dia, Dia pasti
bakal bertindak bodoh dan ngancurin kita semua.”
“ Itu artinya
kamu nggak bisa ngelak perjodohan ini. Yaudah.... mungkin kita... mungkin...
mungkin kita memang nggak akan pernah bisa bersatu. “ ucapku terbata – bata.
Sulit bagiku untuk mengucapkan kata ini. Tapi aku nggak punya pilihan lain
selain ini.
“ Apa ??? Jadi
ini kado ulang tahun kamu untuk aku ? Mutusin aku tepat dihari ulangtahunku.
Iya Ra ??” tanya Nenji sedih menatapku dengan mata yang sudah mulai memerah dan
berair.
“ Kita nggak
ada jalan lain, selain ini Ji. “
“ Ada !! Kita
pasti punya jalan untuk bisa keluar dari masalah ini !” yakin Nenji.
“ Apa ?? Nggak
ada Ji ! Buktinya aja tadi kamu bilang, selama ini Mama selalu berusaha untuk
mencari jalan keluar dari masalah ini. Tapi hasilnya ?? Nggak ada kan ?!! Kita
nggak punya apa – apa untuk bisa mempertahankan ini.”
“ Kita punya
Ra ! Kita punya sesuatu yang berharga yang mampu mengalahkan semuanya. Yang
mampu membawa kita keluar dari masalah ini. Kita punya cinta Ra ! Kita masih
punya cinta !!” tegas Nenji. Aku hanya bisa diam dan tak mampu menjawab
pertanyaan Nenji.
“
Atau............ apa rasa cinta dihati kamu untuk aku udah nggak ada lagi ?”
tanya Nenji sedih melihatku yang hanya diam dan tak menyahuti ucapannya tadi.
“ Masih Ji.
Rasa cinta dan sayang aku untuk kamu masih seperti yang dulu. Bahkan sekarang
jauh lebih dalam. “
“ Kalau gitu
bilang sama aku, kamu mau untuk pertahanin hubungan ini sampai kapanpun. Sampai
akhir hayat hidup kita. “
“ Gimana
caranya ?? Itu nggak...” Nenji langsung menempelkan jari telunjuknya dibibirku.
Menyuruhku untuk berhenti melanjutkan ucapanku barusan.
“ Nggak ada
yang nggak mungkin. Dan jangan pernah bilang nggak bisa. Keyakinan kamu..
kekuatan cinta kamu dan aku. Pasti mampu untuk mengalahkan semua masalah ini.
Aku mohon... tolong jangan pergi dari aku ! Tetaplah ada disampingku sampai
kapanpun. Please........ tolong berjanji buat aku Ra. Jadiin ini kado yang
terindah dari kamu untuk aku. Aku mohon Ra..... Tolong bilang sama aku. Kamu
mencintai aku, dan kamu janji akan selalu hadir dan temani aku disetiap
langkahmu. Bilang sama aku... kamu tercipta untukku “ tutur Nenji mengucapkannya
dengan lembut padaku. Suaranya yang teduh namun tetap tegas. Sorotan matanya yang
menatapku dengan penuh cinta, berharap kita kan bisa selamanya.
“ Aku
mencintai kamu. Aku janji... aku akan pertahanin hubungan ini denganmu. Aku
ingin kamu selalu ada disampingku sampai kapanpun. Karna kamu tercipta
untukku.” Ucapku dengan yakin begitu mendengar permintaan dari Nenji tadi.
Nenji langsung
memelukku. Pelukan kasih sayang yang jelas terasa olehku. Dia benar – benar
sangat mencintaiku. Kenapa aku harus menyia – nyiakan semuanya ?? Kenapa aku
harus berkata tidak untuk itu ? Aku juga sangat mencintainya. Aku nggak akan
pernah mau kehilangan dia. Didalam pelukan ini aku berjanji, sampai kapanpun
aku akan berusaha untuk pertahanin hubungan ini dengannya. Aku begitu yakin
padanya. Semoga keyakinanku bisa untuk selamanya. Selamanya bersama Nenji....
“ Makasi ya
sayang.... Aku janji aku nggak akan ngelepasin kamu. Aku akan selalu ada untuk
kamu. Karna cintaku hanya untuk kamu. Aku pengen nyanyiin sebuah lagu untuk
kamu. Bentar yaa.. aku hidupin musiknya dulu. “ kata Nenji.
Dia mangambil
handphonenya disaku celana hitam yang ia kenakan. Dia menghidupkan musik yang
pastinya aku juga tau itu lagu apa. Ungu.. Tercipta Untukku. Nenji langsung
mengeluarkan suara merdunya mengikuti musik yang sudah diputarkannya. Dia
genggam eratnya tanganku dan menatap dengan kasih sayangnya.
Tercipta
Untukku
Menatap
indahnya senyuman diwajahmu
Membuatku
terdiam dan terpaku
Mengerti
akan hadirnya cinta terindah
Saat
kau peluk mesra tubuhku
Banyak
kata yang tak mampu kuungkapkan
Kepada
dirimu.....
Aku
ingin engkau selalu hadir dan temani aku
Disetiap
langkah yang meyakiniku
Kau
Tercipta Untukku
Sepanjang
Hidupku
Aku pun juga
membalas nyanyian Nenji. Seperti lirik lagu yang dibawakan Rossa. Yang
mempunyai makna sangat dalam.
Sungguh
hanyalah dirimu yang aku cintai......
Dan
sungguh ku kan disisimu hingga ku mati........
Setelah
nyanyian selesai, Nenji langsung merangkulku dan mencium keningku. Ku bersandar
manja didada Nenji ketika dia merangkulku. Ku hirup nafasku dalam – dalam. Ku
pejamkan mata sejenak dan kemudian membukanya lagi. Hatiku sekarang begitu
tenang rasanya, berada dalam dekapan hangat Nenji. Berada dalam cintanya yang
meyakinkanku.
Kini tiada
lagi keraguan dihatiku. Apa yang telah dilakukan Nenji tadi, sudah cukup bagiku
untuk mengetahui seberapa besar cinta Nenji untukku. Aku nggak akan pernah mau
menyia – nyiakannya dalam hidupku. Karna aku merasa, aku lah gadis yang sangat
beruntung didunia ini. Karna bisa mendapatkan cinta yang tulus, dari orang
seperti Nenji.
“ Yang... kamu
denger ada suara – suara aneh nggak ?” ucap Nenji yang tiba – tiba
mengagetkanku dengan pertanyaannya itu.
“ Suara apaan
?? Ji.. jangan nakut –nakutin dong ! Ini udah jam setengah dua belas malem tau.
Disini sepi lagi.. jangan nanya aneh – aneh ah !” tuturku pada Nenji karna
takut kalau – kalau memang ada sesuatu hal gaib disini. Ya maksudku, hantu dan
semacamnya lah. Aku memang sangat takut untuk itu.
“ Bukan... maksud
aku perut aku ini yang ! Kamu dengerin bunyi keroncongan nggak sih ? Mereka
lagi manggung ni didalam. Laper yaaang !“ ujar Nenji dengan suara manjanya.
“ Aaaa... aku
kirain suara apa ! Ternyata suara perut kamu ! Nyebelin iih... ! Udah bikin
orang takut aja !” cemberutku.
“ Hahaha... ya
abis ! Udah ada aku disini masih aja takut mikirin yang begituan. Ckckck ! Tapi
beneran ni yaang.. laper banget ! Aku belum makan daritadi. Sorenya udah sibuk
ngurusin dekor rumah sama anak – anak. Malamnya sibuk nungguin kamu didepan
pintu sampe datang. Nah sekarang kita udah ada disini. Aku belum makan ni... “
ucap Nenji mengeluh memegang perutnya sambil manyun gitu.
Aku ingat..
tadi aku kan buatin kue untuknya. Sebagai kado ulangtahunnya dariku, yang sudah
aku masukkan dalam kantong putih ini. Mending makan ini aja dulu, untuk
pejanggal perut.
“ Hmm... ini
aku punya kue ! Yaa.. bisalah buat janggal perut kamu dulu yang lagi laper
banget itu.” ucapku mengeluarkan kotak kue dari kantong putihku.
“ Wuaa..
kebetulan banget ! Ini kue apa yang ? Kok udah ada sama kamu aja ?” tanya Nenji
heran.
“ Aku nggak
tau mesti beliin kamu kado apa. Kak Nindy aja hadiahnya mahal banget, mini
mobil simerah. Aku nggak punya uang sebanyak itu buat beliin kamu kado kayak
gitu. Lagian juga waktunya udah mepet banget. Mau beliin kado udah nggak sempat
lagi. Yaudah... aku buatin kamu kue aja.” Ucapku yang nggak mau menatap wajah
Nenji. Aku maluu....
“ Hem...
ternyata sayangku satu ini pinter masak juga. Tau banget aku lagi laper...
makaaan ! Santap euy !” ujar Nenji yang langsung membuka tutup tempat kuenya.
“ Wuaa...
brownies gambar hati ! Hahaha.. lucu banget sih yaang !” seru Nenji melihat
kueku.
“ Jangan
ngehina gitu.. kalo jelek bilang aja jelek. Kuenya gosong gitu. Hitem bangeet !
Itu mah namanya bukan brownies lagi. Tadi waktu aku matengin kuenya, aku
tinggal dulu. Trus aku langsung mandi siap – siap kerumah kamu. Pas aku balik..
eh ternyata udah gosong aja. Aku telat ngambilnya. Aku kesal banget tadi ! Padahal
aku udah bikin capek – capek berharap hasilnya bakal maksimal dan bagus banget.
Pokoknya perfect lah.. soalnya aku cuma bisa ngasi kado ini buat kamu. Tapi
ternyata hasilnya malah gitu. Aku sedih banget ! Pengen ngulang buat lagi, tapi
waktunya udah nggak memungkinkan. Yaudah.. aku kepaksa bawa yang ini aja.
Maaf... kuenya gosong banget yaang. “ ujarku sedih dengan pasang muka cemberut
padanya.
Nenji menatap
mataku dalam dan tak bergerak sedikitpun. Senyuman indah yang begitu tulus
terpancar dari wajahnya. Dia menatapku cukup lama. Sampe – sampe aku sendiri
nggak kuat untuk balas menatapnya.
“ Kalo nggak
mau yaudah.. nggak usah dimakan ! “ tuturku yang langsung merebut kue itu dari
Nenji.
“ Eiiitzz...
jangan diambil lagi dong ! Ini kan hadiah kamu buat aku ! Enak aja main ambil
lagi.. lagian siapa juga yang bilang nggak mau.” Ucap Nenji menahan kue itu
ditangannya.
“ Ya abis
kamunya malah diem aja.. kuenya nggak dimakan gitu.”
“ Aku diem..
karna aku salut sama kamu. Aku nggak tau mesti ngucapin terimakasih kayak apa.
Ini adalah kado yang paliiing mahaaaaaal harganya dibandingkan apapun. Kado Kak
Nindy aja kalah sama ini. Aku bukan ngeledek loe yaang, tapi ini beneran.
Diganti sama apapun, dan dibeli sama orang dengan harga yang tinggi sekalipun
aku nggak akan pernah mau ngasinya. Yaa... meskipun kuenya gosong gini, ini
adalah kado kamu untuk aku. Dengan tangan kamu sendiri lagi. Ini sangat
berharga buat aku. “ tutur Nenji dengan senyuman terindahnya itu.
“ Dimakan dong
kuenya kalo gitu... “ ujarku membalas senyumannya tadi.
“ Hehe pasti
dong ! Aku makan yaaa ! Hmm.. aku kasih namanya kue cinta bergambar hati dari my
princess ! Haha... “ tutur Nenji sambil memakan kue dariku.
“ Hmm..
rasanya enak kok yaang sebenarnya ! Tapi, memang ada sedikit pahitnya sih,
karna gosongnya ini. Tapi tetap aja enak kok, mantep yaang !“ puji Nenji yang
dengan lahapnya makan kueku.
“ Hehe..
makasi ganteeeng ! Eh yaa.. bagi dong ! Suapin aku !” kataku dengan manja.
“ Nggak...
nggak boleh yaang ! “ ucap Nenji serius.
“ Aaa.. pelit banget
sih ! Aku kan juga laper !” Cemberutku.
“ Pokonya kamu
nggak boleh makan kue ini. Ini kan kue dari kamu untuk aku, jadi cuma aku doang
yang boleh makannya. Kamu nggak boleh !“ ujar Nenji.
“ Tapi kan aku
yang bikin.... “
“ Tetap aja
nggak boleh ! “ jawab Nenji lagi.
“ Nyebelin ih
kamu ! Pacarnya juga laper, dia enak – enakan makan sendiri. “
“ Haa...
tinggal dikit lagi ni yaang ! Maap aku laper banget.. yaudah kamu makan yang
segini aja. Setelah dipikir – pikir lagi,
yang sekarang ni aku ikhlas kok.. hehehe. Ni aku suapin yaa !“
“ Dikit banget
sih ! Yaudah aku makan sendiri ! Nggak mau disuapin.” Ketusku ketika melihat potongan
kue yang tersisa.
“ Haha.. maap
cintaa ! Jangan cemberut gitu dong ! Ntar aku cium lagi loh.. mau ??” goda
Nenji.
“ Nggak !
Nggak mau.... tadi aja sebenarnya nggak ikhlas banget waktu kamu cium tadi. “
tuturku sambil memakan kuenya.
“ Beneraaan ??
Pasti sebenarnya seneng kaan ?? Jangan boong ! Dapet kecupan mesra dari Nenji Alvaro
masa nggak seneng sih ? Haha !“ rayu Nenji lagi
“ Diih.. pede
banget sih ! Ckckck.. eh yaa ! Aku udah tau yang sebenarnya gimana cerita kak
Zaky waktu pertama ketemu sama Mama. Kak Nindy sengaja boong kan sama aku ?”
Nenji terdiam
dan menyunggingkan senyuman kecil dari bibirnya. Dia menundukkan kepalanya. Dan
kemudian mengangkatnya lagi. Wajahnya yang tadi sudah begitu ceria, sekarang
kembali lagi terlihat sedih dan sangat serius.
“ Kak Nindy
sebenarnya nggak bermaksud boong kok sama kamu. Tapi dia nggak punya cara lain
aja, gimana caranya untuk bisa buat kamu tersenyum dan seneng lagi. Jadi dia
kepaksa boong deh sama kamu. “
“ Iyaa.. aku
nggak marah juga kok sama kak Nindy. Aku tau maksud Kak Nindy sebenarnya.
Malahan aku pengen berterima kasih banget sama kak Nindy. Karna walaupun itu cuma
cerita boong aja, tapi hati aku benar – benar udah dibikin tenang waktu itu. “
Nenji tersenyum lega mendengar ucapanku barusan. Dia pasti nggak ingin aku
membenci kakaknya karna ini. Nggak mungkin lah, aku membenci Kak Nindy. Kak
Nindy udah banyak banget berbuat untuk aku. Aku udah nganggepnya kayak kakak
kandungku sendiri.
“ Sebenarnya
Mama orang yang sangat baik kok. Dia juga bukan orang yang sombong dan galak gitu
sama orang. Dia sama sekali nggak pernah bedain orang dari status keluarganya.
Lihat aja gimana perlakuan dia sama Kak Zaky. Kak Zaky cuma orang biasa aja
kok. Tapi Mama benar – benar setuju banget dia sama Kak Nindy. Karna Mama bisa
lihat sendiri, calon dokter seperti Kak Zaky adalah tipe orang yang pekerja
keras. Dia pasti bisa bahagiain Kak Nindy. Dan sebenarnya, untuk calon aku
nantinya pun Mama nggak milih – milih juga status orangnya seperti apa.
Contohnya aja dulu Dinda. Padahal aku masih SMP. Tapi Mama udah sayang banget
sama Dinda. Dinda juga sama kayak Kak Zaky. Cuma masalahnya sekarang, kenapa
Mama jadi kayak gini ya karna si nenek lampir itu. Semenjak terpengaruh dengan
omongan nenek itu, Mama jadi berubah. Mama yang sulu sangat ramah, sekarang
jadi sering marah – marah sama kami tanpa sebab. Juga jadi sering memandang
remeh orang. Makanya, kami sangat membenci nenek lampir itu. Karna dia lah Mama
jadi berubah seperti ini. “
Aku terdiam
mendengar penjelasan dari Nenji. Mungkin memang benar, Mama sebenarnya adalah
orang yang baik. Bahkan sangat ramah dan tidak sesombong sekarang. Aku bisa
lihat dari paras muka Mama yang cantik dan terlihat lembut. Mama keliatan
berusaha tampak seperti orang yang garang dan pemarah. Padahal dibalik
semuanya, terpancar raut muka yang lembut dan ramah dari dirinya.
“ Walau
bagaimanapun sikap Mama sekarang ini padaku, sebenarnya aku tetap sangat
menyayangi Mama. Dan sampai kapanpun rasa sayangku nggak akan pernah berubah
untuknya. Aku merindukan Mama... merindukan sosok Mama yang dulu. Mama yang
selalu tersenyum dan berkata lembut padaku. Mama yang selalu menjaga aku dan
merawatku terutama ketika aku sakit. Perhatian dan kasih sayangnya yang begitu
tulus, putih dan suci. Dia yang mmeberikan aku hidup. Aku nggak akan pernah
bisa balasnya. Hangat dalam dekapannya selalu memberikan aku kedamaian. Dan
sekarang, aku udah hampir nggak pernah lagi mendapatkannya. Mama sibuk dengan
kerjanya, sekalinya pulang kerumah juga selalu marah – marah. Aku kangen sama
Mama yaang ! Aku merindukan belaian hangat dari tangannya ! Aku merindukan Mama
yang dulu... Sangat merindukannya. “
Aku langsung
memeluk Nenji yang mulai menangis karna ceritanya tadi padaku. Nenji nggak kuat
lagi membendung airmatanya. Nenji langsung menghapus airmatanya yang jatuh.
Nenji pasti sangat merindukan Mamanya yang dulu. Semuanya bisa kurasakan ketika
dia mencoba menahan tangisnya dipelukku. Badannya gemetar karna berusaha
menahan airmatanya supaya nggak jatuh lagi. Nenji berusaha tampak tegar
dihadapanku.
“ Menangislah
Ji.. Menangislah dibahuku. Lepasin semuanya.. jangan menahan semua yang ada
didadamu. Lepasin sayang... aku tahu kamu pasti sangat merindukannya ! Lepasin
semua tangisanmu, jika ini membuat kamu tenang.“ ucapku pada Nenji.
Nenji
memelukku dengan erat. Tubuhnya gemetar karna tangisannya ni. Dia mulai
melepaskan semua tangisannya dibahuku. Aku bisa merasakan, seberapa dalam cinta
Nenji pada Mamanya. Seberapa dalam kerinduan Nenji pada Mamanya. Aku juga ikut
menangis karnanya. Karna bagaimanapun Ibu kita sekarang, dia adalah wanita yang
paling berharga dalam hidup kita. Kita nggak akan pernah mampu membalas semua
jasanya.
Doa untuk
Ibu
Kau
memberikanku hidup
Kau
memberikanku kasih sayang
Tulusnya
cintamu, putihnya kasihmu,
takkan
pernah terbalaskan
Hangat
dalam dekapanmu
Memberikan
aku kedamaian
Eratnya
pelukmu, nimatnya belaimu
Takkan
pernah terlupakan
Ooh..
ibu terima kasih untuk kasih sayang yang tak pernah usai
Tulus
cintamu takkan mampu untuk terbalaskan
Ooh
iBu.. semoga Tuhan memberikan kedamaian dalam hidupmu
Putih
kasihmu kan abadi dalam hidupku
Zora..........
Huaah.. sebenarnya masih sangat
ngantuk sih sekarang. Tadi malem aja baru sampe dirumah jam 2 pagi. Dan
sekarang udah berangkat aja kesekolah. Tapi nggak apa – apa lah, toh sekarang
sekolah bukanlah tempat yang menyebalkan lagi bagiku, layaknya seperti dulu
ketika ku bertengkar dengan Nenji. Tapi sekarang, hubunganku dengan Nenji kan
sudah baik lagi. Jadi pasti sekolah ini menjadi tempat yang menyenangkan lagi
bagiku.
Tadi pagi Nenji juga sudah menelfonku,
memastikan aku sekolah atau tidak pagi ini. Tapi sayang, dia belum bisa
menjemputku untuk ke sekolah, karna dia harus berangkat dengan Ije. Semalem
Nenji tidur dirumah Ije. Terang saja, gimana caranya dia pulang dalam keadaan
seperti itu ? Yang ada mungkin hanyalah pertengkaran saja yang terjadi antara
dia dan Mamanya.
Ternyata hubungan aku dan Nenji
menjadi hot topic disekolah pagi ini. Baru saja aku menginjakkan kakiku di sekolah,
anak – anak sudah langsung datang menyerbuku dengan banyak pertanyaan. Ya yang
intinya, tetap aja sama. Apakah aku putus dengan Nenji atau tetap bersama ??
Dan jawabannya sudah pasti, tetap bersama. Kami masih seperti yang dulu dan
tidak ada kata putus.
“ Hey.. kamu tunangan Nenji yang
semalem ada dipesta itu kaan ? Wuaa.. kalo kamu nggak dandan tetap aja keliatan
cantik yaa ?” tegur anak laki – laki kelas dua.
“ Iya.. yang tadi malam itu aku.
Makasi yaa. “ jawab gadis berparas cantik itu dengan lembut.
“ Kamu sekolah disini juga yaa ?”
“ Kamu anak baru yaa ? “
“ Kakak dikelas berapa ?”
“ Nama aku Dido, aku Agung, Aku Arlan,
aku Kevin... “ dan bla – bla... gadis cantik ini dikerubungi banyak cowok yang
ingin berkenalan dengannya.
Mataku langsung beralih ketika
mendengarkan suara – suara berisik dari depan pintu masuk sekolah. Percakapan
orang yang ingin berkenalan dengan gadis berkulit putih itu. Aku terpaku
melihatnya. Kupandangi gadis itu dari ujung kaki hingga kepalanya. Perfect !
Dia adalah Zora ! Zora Alitzka... Tunangan Nenji.
Buat apa dia disini ?? Mengapa dia
berpakaian seragam Sekolah kami ? Apa dia jadi anak baru disekolah ini juga ?
Haah.. apa – apaan sih ini ? Apa ini termasuk salah satu cara yang digunakan
Mamanya untuk menghancurkan hubungan kami ? Huavf ! Semakin berat saja masalah
yang kuhadapi bersama Nenji.
“ Ngapain kamu disini ?” tanya Nenji
sinis pada gadis itu.
“ Nenji ?? Wuaa... aku kangen banget
sama kamu ! Daritadi aku cariin kamu. Tapi nggak ketemu – ketemu juga, malah dikerubungi
adek kelas disini yang mau kenalan. Kamu baru dateng yaa ?” jawab gadis itu
dengan sangat antusias. Ini pertama kalinya aku mendengar suara gadis itu.
Bening dan lembut. Sangat cocok dengan paras mukanya.
“ Jawab yang gue tanya, nggak usah
banyak ngomong !” ketus Nenji lagi. Mungkin kelihatan sedikit jahat jika aku
dari sini tersenyum bahagia melihat cara Nenji memperlakukan gadis itu.
“ Ketus banget siih ! Aku kan disini
jadi anak baru disekolah kamu. Aku sekolah disini juga Ji. Mama kamu yang
masukin aku disini. Di kelas 3 IPA 2. Eh ya.. aku belum tahu kelasnya dimana,
bisa anterin aku kesana nggak ?” tutur gadis itu dengan sangat manja.
“ Pergi aja sendiri ! Bukan urusan gue
! “ jawab Nenji dengan sinis, kemudian berlalu meninggalkan gadis itu sendiri.
Nenji berjalan menghampiriku. Didalam
hatiku, rasanya ingin tertawa lepas sekeras – kerasnya. Karna begitu senangnya
aku, melihat Nenji sama sekali tidak merspon gadis itu. Bukan bermaksud jahat
atau gimana, aku senang karena Nenji membuktikan omongannya semalam padaku.
Bahwa dia sampai kapanpun nggak akan pernah menerima pertunangan itu. Jangankan
untuk berkata manis pada gadis itu. Senyum aja Nenji nggak akan pernah mau. Dan
aku begitu bahagia, melihat semuanya terbukti didepan mataku.
“ Selamat pagi Cinderelaku !” sapa
Nenji dengan senyuman terindahnya padaku.
“ Selamat pagi jagoanku !” balasku
padanya.
“ Haha.. lucu juga yaa, kalau nama
panggilan sayang kita diganti dengan panggilan sayang Pasha ke anak – anaknya.
Haha.. “ tutur Nenji.
“ Hmm.. boleh juga tu ! Eh yaa, tuan
putri ngambek tu kamu ketusin kayak gitu ! Liat deh, daritadi dia cemberut
terus ngeliat ke kita.“ tuturku.
“ Biarin aja ! Bodoh amat ! Lagian dia
juga punya dayang – dayang banyak tu disana. Urus aja penggemar fanatiknya itu
! Yuk kita masuk !“ ajak Nenji.
Dia langsung merangkulku dengan mesra.
Sepertinya aku tau maksud Nenji apa. Dia pasti ingin memanas – manasi tuan
putri yang dibelakang itu. Aku sudah bisa membayangkan gimana ekspresi wajah
Nona cantik itu sekarang. Haha :D
“ Maaf Zora.. aku nggak bermaksud
bikin kamu sakit hati ! Tapi kalau kamu juga orang yang baik, kamu pasti nggak
mau untuk dijodohkan dengan Nenji yang kamu tau sendiri Nenji nggak pernah
menyutujuinya. Tapi ini nggak, malah kamu ngikutin semua permainan yang ada.
Jadi jangan salahkan aku, kalau permainanmu ini ku buat lebih kacau !” tuturku
didalam hati.
Inilah suasana kelas dan sekolah yang
aku inginkan. Heboh, ceria dan selalu tertawa karna lelucon – lelucon Nenji.
Dan nggak hanya itu saja, ketika aku dan sahabatku lainnya termasuk Nenji ngumpul bersama – sama dikantin sekolah, kita
nggak pernah berhenti tertawa karna mendengar cerita dari Ije, Chika, Echa, dan
Shiren tentang bagaimana keadaan dirumah Nenji setelah kami tinggal.
Shiren, Chika, dan Echa juga dengan
kompaknya memperagakan ekspresi dari Mama dan tuan putri itu. Chika yang
memerankan tuan putri, Echa jadi Mama, dan Shiren jadi Kak Nindy. Sampe – sampe
aku sendiri nggak kuat untuk menahan sakit perutku, karna melihat aksi bodoh
mereka ini. Apalagi juga kalo Ije juga ikut mempergakan gimana ekpresi
bodyguard Mama yang menjaga Nenji panik, ketikan Nenji langsung kabur mengejar
aku. Hahaha.. semuanya benar – benar lucu. Bahkan Nenji aja sama sekali tidak
marah, waktu Echa memperagakan gaya
Mamanya itu. Dia malah nggak berhenti – hentinya ketawa.
Aku sangat
senang bila melihat Nenji tertawa lepas seperti ini. Rasanya aku kembali
melihat sosok Nenji waktu pertama kali ku kenal. Dia yang selalu tertawa dan
ceria. Gelak tawanya yang sudah menjadi ciri khasnya. Mungkin akhir – akhir ini
aku sudah jarang melihatnya lagi. Karna masalah yang semakin lama terus datang
silih berganti menghampiri hidup Nenji dan aku. Semoga saja bisa seperti ini
terus. Tertawa dan bahagia selamanya bersama.
“ Nenji....
aku makan disini ya ! Aku belum punya teman soalnya ! Nggak apa – apa kan kalo
aku ikut gabung dengan kalian semua ?” sapa gadis cantik itu.
“ Heh... jelas
saja ! Lagian siapa yang mau berteman dengan kamu ?” balas Nenji dengan sinis.
Wajah manja
Zora langsung berubah ketika mendengar ucapan dari Nenji. Dia seperti ingin
marah, tapi untuk kemudian dia memperlihatkan wajah baiknya lagi dengan
senyuman manisnya itu. Dia keliatan sangat berusaha untuk menahan emosinya pada
Nenji. Dia benar – benar menjaga dirinya, agar tidak marah dengan tunangannya
itu.
“ Eh ya..
makannya udah pada selesai kaan ? Kita kekelas yuuk ! Bentar lagi juga udah mau
masuk !” ajak Nenji dengan santai pada kami, ketika Zora baru saja duduk.
“ Ayuuk !
Males lama – lama disini !” sahut Chika.
“ Lagian
cerita kita juga udah selesai ! Aku kekelas duluan yaa !“ sambung Echa.
“ Okey ! Let’s
go !” lanjut Ije. Kita langsung bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan Zora
yang baru saja duduk dimeja kami.
“ Laah.. kok
udah mau pergi aja sih ? Aku kan baru aja duduk !” rengek Zora.
“ Ya kalo mau
duduk, duduk aja ! Lagian tujuan ke kantin juga mau makan kan. Nggak perlu ada
teman lagi ! “ sinis Nenji.
Aku hanya diam
dan tak mau menyahuti kata – kata, baik itu dari Nenji ataupun sahabatku
lainnya. Bagiku, apa yang sudah mereka perbuat sudah cukup untuk memojokkan
Zora. Jadi aku nggak perlu lagi menambah sakit hati Zora atas perlakuan kami
semua.
***
Hari yang
sangat menyenangkan berada disekolah tadi. Bisa ketawa bareng lagi sama Nenji
dan anak – anak. Trus bisa liat wajah tuan putri sakit hati. Hahaha.. jadi
nggak sabar untuk menyambut hari esok lagi.
“ Non Debra...
ada telefon !” seru Mbok Minah dari lantai bawah.
Hmm.. telfon
dari siapa ya ?? Aneh banget ! Kenapa nggak langsung telfon ke hape ku saja ?
Kok malah ke telfon rumah ?
“ Hallo !”
sapaku
“ Hallo.. ini
dengan Nona Debra ?” suara laki – laki seperti orang kerja kantoran dan
sepantarannya. Tapi aku sama sekali nggak tahu ini dari siapa.
“ Iya ini
saya. Ini siapa ya ?”
“ Kami dari
penerbit Antartika. Pusat penerbitan novel, komik, artikel dan semacamnya. Kami
sangat tertarik ketika membaca artikel kamu di majalah sekolah Scholastika
tempat kamu belajar. Kami ingin bertemu langsung dengan kamu, dan membicarakan
artikel dan cerpen – cerpen kamu. Kami tertarik mengumpulkan semua cerpen kamu
dalam satu buku. Kamu tidak keberatan kan ? Bisa tidak kami bertemu langsung
dengan kamu ?” ucap laki – laki itu dengan serius.
Penerbit
Antartika ?? Wuaa yang bener aja ! Cerpenku mau dibukukan ? Mimpi apa aku
semalam ? Kenapa hari ini benar – benar hari yang menyenangkan sih ?? Tumben
banget ! Makasi banyak ya Allah. Ini adalah impianku. Ceritaku baik itu novel
atau cerpen dijadikan sebuah buku. Aku nggak mungkin nolak pertemuan ini.
Dengan semangat yang menggebu – gebu aku langsung menjawab pertanyaan laki –
laki tadi.
“ Ya pasti
bisa ! Kapan kita bisa ketemu ?”
“ Kalau kamu
bisa, hari ini juga kita ketemu di kafe Solera jam 5 sore nanti. Gimana ? Kamu
bisa ?”
“ Iya iya ! Aku
bisa kok ! Aku pasti akan dateng !” jawabku bersemangat.
“ Okey ! Kami
tunggu disana tepat jam 5 sore. Tolong jangan terlambat. Waktu sangat berharga
bagi kami. Terima kasih. “ tutur laki – laki itu, kemudian langsung menutup
telfonnya.
Ku lihat jam
didinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Aku langsung bersiap – siap untuk
segera pergi kesana.
***
Wuaa tempat
ini mewah sekali. Ini mah namanya bukan kafe lagi. Tapi restoran mahal. Aku
nggak ngerti kenapa pihak yang mempunyai restoran ini, memberikan namanya Kafe
Solera. Padahal tempatnya sama sekali tidak mencerminkan sebuah kafe. Tempat
ini sangat megah, makanannya juga sangat mahal – mahal. Nggak heran, banyak
orang yang begitu mengagumi tempat ini. Dan menjadikan tempat kencan pertama,
atau makan malam mereka bersama pasangannya. Restoran mahal ini sangat cocok
sekali.
Kulihat jam
ditangan, tinggal 5 menit lagi. Pihak Antartika pasti sebentar lagi akan
datang. Ahh.. sudah nggak sabar rasanya ingin cepat – cepat jadi sebuah penulis
terkenal. Ahhay !
“ Selamat sore
Nona Debra !” sapa laki – laki berjas hitam dan sangat rapi. Ternyata tempat
penerbitan sebuah buku, pekerjanya juga berpakaian layaknya orang kerja
kantoran yaa ? Wuaa... baru tau aku !
“ Iya..
selamat sore. Pasti tadi kakak yang menelfon aku ya ?”
Kakak ?? yaa
aku nggak tau mesti manggil dia apa. Wajahnya keliatan sangat muda, seperti
orang yang masih berumuran 24 tahun. Aku nggak mungkin memanggilnya bapak atau
om. Hmm.. masih muda saja sudah bekerja. Dia pasti orang yang pekerja keras.
“ Iya.. tapi
yang ingin bicara dengan nona sekarang bukan saya. Tapi Ibu atasan saya. “ jawab lelaki itu sopan.
“ Oh... Ibunya
mana ? “
“ Selamat
siang Debra !” sapa wanita dari arah belakangku.
MAMA ??!! Aku
sangat terkejut ketika membalikkan badanku melihat siapa yang menyapaku. Aku
pikir atasan yang dimaksudkan laki – laki ini adalah orang yang punya Antartika,
tapi ternyata tidak. Mama ! Mamanya Nenji.
“ Nggak usah
kaget gitu ! Silahkan duduk ! “ suruh mama padaku. Nada bicara yang masih saja
terdengar dingin, namun tetap tegas.
“ Rio ! Tunggu
saya dimobil !” tutur Mama pada laki – laki itu.
“ Baik Nyonya
!”balasnya.
“ Dia adalah
asisten saya. Bukan pekerja di tempat penerbitan Antartika.” Ujar Mama yang
langsung duduk dihadapanku.
“ Jadi...
Penerbit Antartika tadi... “
“ Iya ! Sama
sekali nggak ada Antartika yang ingin kamu tuju disini. Itu adalah tipuan saya.
Saya yakin, kamu nggak akan mau bertemu dengan saya, jika bukan karena alasan
itu. Heh... ternyata gadis yang begitu dibanggakan Nenji karna kepintarannya,
sangat mudah sekali untuk ditipu. Lain kali jangan terlalu percaya terhadap
telfon asing seperti itu.” ucap Mama sinis.
“ Kenapa Mama
ingin bertemu sama Debra ?” tanyaku yang tetap berusaha sopan.
“ Saya bukan
Mama kamu, dan juga bukan mertua kamu. Jadi jangan panggil saya dengan sebutan
Mama. Panggil saja saya Tante ! Itupun juga sebenarnya juga terpaksa, karna
saya juga bukan tante kamu. Tapi daripada dipanggil Mama, mending dipanggil
Tante agar kedengarannya masih sopan.”
Aarggh...
siapa juga yang mau memanggil dia Mama ? Aku hanya ingin keliatan sopan, malah
diberlakukan seperti ini. Bikin gondok aja. Rasanya ingn sekali memberontak dan
marah. ? Bukan karena ini aja, tapi juga karna Mama telah membohongiku dengan alasan
yang sangat kuharapkan seperti tadi.
“ Langsung
saja, saya nggak ingin buang – buang waktu. saya ingin menanyakan suatu hal
sama kamu. Apa yang kamu inginkan dari Nenji ?” tanya Mamanya yang membuatku
terkejut.
“ Aku nggak inginin
apa – apa dari dia. Aku cuma ingin cintanya. Karna dia mencintaiku, dan begitu
juga dengan aku.” Jawabku dengan mengumpulkan semua keberanian yang aku miliki.
Argh.. sulit sekali rasanya berhadapan dengan orang seperti Mama.
“ Jangan
berbohong ! Buktinya saja.. anak saya telah menjual mobil kesayangannya karna
kamu ! Apa itu artinya tidak menginginkan apa – apa dari dia ?” lanjut Mama
lagi dengan tatapan yang tajam. Menatapnya saja sangat membuatku takut.
“ Nenji
menjual mobilnya juga bukan karna aku kok. Itu semua memang keinginan dia yang
ingin membantu biaya operasi Mama Yoga. Dari awal aku juga udah ingetin Nenji
untuk nggak ngeluarin biaya sepersenpun buat nolonginnya. Tapi Nenji tetap aja
bersikeras mau menolong Ibu itu. Dengan cara menjual mobilnya. Seharusnya Tante
beryukur punya anak yang mempunyai jiwa sosial begitu tinggi, sehingga mau
merelakan mobil kesayangannya untuk membantu Ibu itu.”
“ Saya sangat
bangga pada anak saya ! Bahkan jauh sebelum dia mengenal kamu, saya sudah
sangat bangga pada dia. Hubungan saya dan dia dulu begitu dekat. Dan setelah
kehadiran kamu, semuanya berubah.”
“ Karna
kehadiran aku ? Bukannya ini semua karna salah tante yang nggak pernah lagi
memperhatikan Nenji karna sibuk dengan urusan tante sendiri ? “
Ya Tuhan..
maafkan aku harus berkata tidak sopan seperti ini pada orang yang lebih tua
dari aku. Orang yang seharusnya aku hormati. Tapi aku nggak punya cara lain.
“ Jangan ikut
campur masalah saya. Saya kesini bukan untuk berdebat dengan kamu. Langsung
saja, berapa jumlah nominal yang ingin kamu dapatkan dari anak saya ?”
What ??!!
Jumlah nominal ??!! Apa maksudnya mengatakan hal itu ? Memangnya aku cewek
matre apa ? Yang hanya mengharapkan uang dari Nenji. Ooh.. rasanya harga diriku
begitu diinjak – diinjak disini. Maafkan aku jika nantinya aku berlaku sangat
tidak sopan.
“ Ini tulis
saja jumlah uang yang kamu inginkan ! Nanti akan saya transfer ke rekening kamu
hari ini juga. Dan mulai detik ini, jauhi anak saya !”
“ Heh...
terima kasih tante ! Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, silahkan ambil
kertas suci ini lagi. Saya tidak membutuhkannya. Yang saya inginkan dari anak
tante adalah cintanya. Begitu juga sebaliknya dengan dia. Jadi maaf, kalau saya
nggak akan pernah menjauhi Nenji. Apapun cara yang mau tante lakuin nanti, saya
nggak akan pernah melakukannya, begitu juga dengan Nenji. Tolong diinget baik –
baik ya tante, kami berdua nggak akan pernah bisa dipisahkan.” Ucapku dengan
penuh emosi.
Arggh !!
Bicara apa aku barusan ?? Kata – kata itu sangat tidak sopan. Debra......
kenapa sih bisa dengan sangat berani bicara seperti itu pada Mama ? Kontrol
emosi sedikit kenapa ?? Aduuh... maafin aku ya Tuhan ! Ampuni dosa hambamu ini
! L
“Aku sangat
mencintai Nenji, dan begitu juga dengan dia. Aku nggak pernah menginginkan
apapun dari dia, kecuali cintanya. Maaf kalau aku nggak bisa melakukan apa yang
Tante minta. Maaf !” lanjutku dengan nada suara yang mulai melunak. Aku sadar
kata – kata ku tadi salah dan nggak seharusnya aku menjawabnya demikian.
Aku langsung
berdiri hendak meninggalkan Mama Nenji.
Hatiku begitu sakit diperlakukan seperti ini. Batinku sama sekali tidak terima.
Ingin rasanya mengakhiri saja pergulatan ini, tapi aku telah berjanji pada
Nenji. Bahwa apapun yang terjadi nanti, kita akan menghadapinya sama – sama.
Masing – masing kita akan berjuang mempertahankan cinta ini. aku ingin menepati
janjiku.
“ Debra
tunggu ! “ tegur Mama ketika ku mulai
melangkahkan kakiku meninggalkan tempat ini.
“ Mungkin
selepas ini kamu akan sangat membenci Tante. Tante maklum dan terima semua itu.
Tapi asal kamu tahu, ada satu hal yang membuat Tante begitu sulit memberikan
restu pada hubungan kalian berdua. Tante sangat mencintai Nenji. Tante sangat
menyayangi dia. Cuma dia anak laki – laki satu – satunya yang Tante punya. Cuma
dia satu – satunya harapan dari Tante dan keluarga. Tante nggak ingin
kehilangan dia. Tante nggak ingin......... Debra ! Tante nggak bisa kasih tahu
kamu alasan apa yang membuat Tante melakukan ini. Tante nggak bisa ! Suatu saat
kamu pasti tahu kenapa Tante melakukan ini pada kamu. Jika kamu memang sangat
mencintai Nenji... tolong ! Tolong jangan pisahkan dia dari Ibunya !”
Aku bisa
merasakan kegetiran hati Mama Nenji saat mengucapkan kalimat itu satu per satu
padaku. Dengan terbata – bata Mama tampak berusaha ingin mengucapkannya. Suara
seraknya bisa kudengar sangat jelas, meski aku tak bisa melihat ekspresinya
langsung. Karna Mama mengucapkannya ketika aku telah membalikkan badanku untuk
pergi meninggalkan tempat itu.
Ketika ku
balikkan lagi badanku ke arah Mama, aku sudah melihat Mama tak ada lagi
ditempatnya. Aku melihat dia berjalan ke arah pintu luar, sambil menyeka air
matanya. Aku bisa merasakan suatu ketulusan dari ucapan Mama yang terakhir
tadi. Dia keliatan begitu tulus mengucapkannya. Apa yang sebenarnya dimaksudkan
Mama, suatu hal yang nggak bisa diberitahukannya padaku itu ?
***
Jam pelajaran
sudah selesai, dan sekarang aku duduk ditaman sekolah dengan setianya menanti
sang Pangeran yang mau menemui teman bandnya dulu. Katanya ada urusan penting
yang harus mereka bicarakan. Sebelum Nenji bertemu dengan teman – temannya,
dari jauh aku melihat langkah Nenji sempat dicegat oleh Tuan Putri itu. Tapi
tetap saja, Nenji tidak mengacuhkannya. Malah aku lihat Nenji sempat
membentaknya.
Aku memang
senang melihat Nenji memperlakukan Zora seperti itu. Itu tandanya dia benar –
benar setia dengan omongannya padaku. Mungkin memang kedengarannya jahat, tapi
jika kamu berada diposisi aku, kamu pasti juga akan melakukannya kan ? Jelas
saja, nggak ada yang pernah mau melihat kekasihnya dijodohkan dengan orang
lain. Setiap pasangan pasti ingin memiliki selamanya dan takkan pernah
terpisahkan. Begitu juga dengan aku.
Tapi nggak tau
kenapa, jika melihat lebih dalam lagi wajah Zora, aku seperti nggak pernah
menemukan sosok yang buruk dan jahat dari dirinya. Dia keliatan begitu polos
dan lembut. Lihat saja dari gaya bicaranya ! Hmm.. mungkin kalau kamu mendengar
suaranya langsung, kamu pasti nggak akan pernah bilang kalau dia itu jahat.
Pasti sebaliknya.
Rasanya tidak
ingin saja menyakiti gadis itu, jika mendengar suara lembut dan menatap
wajahnya yang innocent itu. Buktinya saja aku, selama ini aku nggak pernah
berkata kasar, atau menghinanya. Paling hal itu hanya dilakukan Nenji atau
sahabat – sahabatku lainnya. Aku seperti nggak bisa untuk berlaku jahat
padanya. Hmm.. entah memang karna diri aslinya memang baik, atau sebaliknya.
Saking jahatnya, aku nggak bisa untuk melawannya lagi.
“ Debra.. aku
boleh duduk disini kan ? Kita bisa bicara sebentar kan ?” tanya Zora dengan
lembut.
Sekali lagi,
aku tidak bisa menolaknya, atau berkata kasar pada gadis ini. Tapi untuk
sekarang. Kalau nantinya dia yang mulai duluan, ooh.. jangan harap aku bisa
tinggal diam aja. Jika orang itu berbuat baik padaku, aku mungkin bisa lebih
baik dari dia. Tapi sebaliknya, jika dia yang mulai untuk berlaku jahat padaku,
aku bisa lebih jahat daripada dia. Trust Me !!
“ Boleh !
Duduk aja !” kataku dengan santai.
“ Aku orangnya
nggak suka basa – basi. “ ucapnya dengan tersenyum.
“ Heh ? Siapa
juga yang mau basa – basi ?” jawabku sinis tanpa menatap wajahnya. Aku nggak
berani untuk menatap wajahnya yang innocent itu. Bisa – bisa aku malah lemah
padanya. Entah apa yang menyihirku nanti.
“ Kamu masih
ingin pertahanin hubungan kamu dengan Nenji ?”
“ Masih !
Bukan cuma aku, Nenji juga akan tetap pertahaninnya.”
“ Tapi, Mama
Nenji kan nggak merestui hubungan kalian, mending kalian putus aja deh. Lakuin
aja, teori cinta yang selama ini berlaku yaitu Cinta Nggak Harus Memiliki.
Gampang kan ?” ujarnya dengan santai.
“ Heh.. enak
banget kamu ngomong. Orang udah susah – susah pertahanin hubungan dengan Nenji,
malah disuruh putus. “
“ Iya.. lagian
kamunya juga nggak akan pernah bersatu dengan Nenji. Percuma aja lagi ! Toh
juga yang akhirnya bersama Nenji itu aku ! Bukan kamu ! Mama Nenji sudah
mempercayakan anaknya padaku. Jadi nggak usah capek – capek deh pertahanin
hubungan dengan Nenji ! Percuma tau nggak ! Aku tu ngomong gini, karna aku
kasian sama kamu ! Kamu berusaha untuk pertahanin hubungan dengan Nenji,
sedangkan Mamanya ?? Sama sekali nggak restuin kamu ! Kasian banget tau nggak
jadi diri kamu !”
Mungkin nada
suaranya masih kedengaran lembut dan baik. Tapi tetap saja, kata – katanya
menusuk ! Keliatannya lembut, tapi arti katanya sangat jauh dalam menghinaku.
“ Haha...
justru sebenarnya aku yang kasian sama kamu ! Ngapain sih capek – capek
bertahan dengan bangganya jadi tunangan Nenji ? Ngejar Nenji terus – terusan lagi
! Kasian banget tau nggak ! Kamu berusaha untuk pertahanin pertunanganan kamu
dengan Nenji, sedangkan Nenjinya ? Selalu aja berusaha untuk menghindar dan
mengakhiri pertunangan ini. Kasian banget tau nggak jadi diri kamu !” balasku
membalikkan kata – katanya tadi.
Zora langsung
terdiam dan menatapku penuh dengan rasa sakit hati yang terpancar dari
wajahnya. Sedangkan aku, menatapnya dengan senyuman termanisku, merasa menang
atas ucapanku tadi.
“ Lagian..
yang pertahanin kamu cuma Mamanya aja ! Yang nikah sama kamu kan bukan Mamanya,
tapi anaknya. Kalau cuma Mamanya yang bertahan dengan kamu, mending nikah aja
sama Mamanya. Nggak usah nunggu Nenji buka hatinya buat kamu. Cckckck.. kasiaan
ya kamunya !” sinisku dan langsung berdiri hendak meninggalkannya.
“ Debra... !
Dari omongan kamu, aku yakin kamu pasti sangat membenci aku. Aku hidup bukan
untuk dibenci oleh orang lain. Tapi keadaan lah yang membuatku terkadang harus
melakukan ini. “ ujar Zora yang penuh dengan arti.
“ Maksud kamu
?” ucapku yang langsung membalikkan badanku menghadapnya.
“ Aku nggak
pernah menginginkan pertunanganan ini. Sama sekali nggak pernah ! Dulunya aku
juga punya kekasih yang sangat aku cintai dan aku memutuskannya. karena ini
semua adalah keputusan ibu kami masing – masing. Dan aku nggak bisa untuk
menolaknya.”
“ Aku sudah
tau semua ceritanya. Ini adalah ingin Mama kamu yang sangat gila harta itu kaan
? Heh... Ibu sama anak, memangnya apa bedanya ? Sama aja lagi !” ketusku.
“ Beda !
Jujur... aku juga benci dengan sifat Mamaku itu. Gila harta yang kamu
maksudkan. Karna dia memanfaatkan aku, agar tetap bisa menguasai hartanya
keluarga Nenji. Aku juga sama sekali nggak terima Ra awalnya.”
“ Oh yaa ?
Trus sekarang ? Kenapa dengan manisnya kamu tetap menjalankan permainan ini ?”
“ Demi Mama
Nenji. Demi Tante Alva. Tante yang sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri. Tante
yang menyayangiku dari kecil. Tante yang selalu menjagaku dan merawatku sampai
aku dewasa ini. Aku hanya ingin membalas semua jasa Tante Alva. Apa itu salah
?”
“ Membalas
jasa ? Aku sama sekali nggak ngerti !” balasku.
“ Heh.. aku
pikir kamu sudah tau semuanya. Kamu tau kan, Mama aku yang memberikan syarat
pada Mama Nenji, karna dia telah sangat berjasa pada keluarga Nenji ? Kamu tau
kan syaratnya apa ?? Perusahaan yang sudah menjadi turun – temurun dari
keluarga Nenji. Mama Nenji nggak akan mungkin memberikannya pada Mama aku.
Sekalipun Mamaku sudah dianggap menjadi anggota bagian dari keluarga Nenji. Itu
nggak mungkin Ra ! Dan syarat yang kedua yang dia ajukan adalah Nenji. Mamaku
ingin Nenji menikah denganku. Dengan harapan, jika Nantinya Nenji menikah
denganku, harta keluarga Nenji juga pasti akan ada ditanganku. Dan jika
nantinya Nenji menikah dengan kamu, itu artinya semua perusahaan Mama hilang,
dan Nenji....... dia pasti juga akan hilang dari Mamanya. Karena kamu telah
mengambil Nenji dari Mamanya.”
Aku hanya
terdiam mendengar penjelasan Zora. Harta.. lagi – lagi harta. Kenapa sih
manusia hanya bisa memikirkan harta ? Memangnya cinta nggak ada harganya lagi
dimata mereka ? Aku benci cerita ini !
“ Haah....
lupakan soal perusahaan dan segala macamnya ! Pikirkan hubungan Nenji dengan
Mamanya ! Aku mau melakukan ini, karna aku ingin hubungan antara ibu dan anak
ini tetap bersatu selamanya. Tak ada yang bisa memisahkan mereka, Ra. Termasuk
kamu !” ucap Zora dengan serius.
“ Apa maksud
kamu ?”
“ Ra... Mama
dan Nenji mempunyai hubungan yang sangaaat erat ! Mereka begitu dekat Ra. Aku
aja mungkin sempat sangat iri pada mereka bertiga, yaitu Nenji, Mama dan Kak
Nindy. Aku sangat bermimpi punya Ibu seperti Mama Nenji. Tapi semenjak
persyaratan Mamaku itu, semuanya berubah ! Setelah Mama meminta Nenji mau
menerima perjodohan ini, Nenji menolaknya dan hubungan mereka menjadi sangat
renggang. Mama bukan bermaksud memaksakan keinginannya sendiri, tapi Mama
melakukan ini karna Mama sangat menyayangi Nenji. Mama hanya ingin yang terbaik
untuk Nenji. Dan Mama nggak ingin dia terluka. Karna kamu tahu ?? Jika
keinginan Mamaku tidak bisa tercapai, dia akan bertindak gila Ra. Hal yang
salah, akan menjadi sangat halal baginya untuk dilakukan. Seorang Ibu, pasti nggak
ingin anaknya terluka. Dan demi kamu... Nenji rela untuk itu ! Dia rela dirinya
terluka nantinya, dan dia rela jika harus Ibunya yang terluka nanti ! Apa nggak
ada lagi sebuah kesucian kasih sayang antara Ibu dan Anak dimata kamu ?”
“ Aku benar –
benar nggak ngerti maksud kamu ! Ibunya terluka dan apalah.. Aku nggak ngerti
Zora !”
“ Mungkin aku
nggak perlu lagi, jelasin terlalu panjang. Kamu pikirkan aja sendiri apa maksud
ceritaku tadi. Tapi aku hanya ingin minta pengertian kamu. Tolong.. jangan
pisahkan hubungan yang sangat erat antara Ibu dan anaknya. Tolong jangan buat
Nenji membenci Mamanya. Mereka berdua dulu begitu dekat. Apa kamu tega
memisahkan kasih antara Ibu dengan Anaknya ?? Mama melakukan ini karna dia
begitu sangat mencintai Nenji dan tidak ingin dia terluka. Mama sama sekali
nggak bermaksud jahat pada kamu atau siapapun. Jika kamu memang mencintai
Nenji, relain dia Ra ! Berikan yang terbaik buat dia dan keluarganya ! Cinta
nggak harus memiliki Ra ! Cinta adalah ikhlas melihat orang yang dia cintai
bahagia dengan orang terkasihnya. Dan orang terkasih Nenji adalah keluarganya,
Ibunya ! Tolong ikhlasin dia... jika memang kamu sangat mencintainya ! Karna
cinta bukanlah suatu keegoisan untuk saling memiliki satu sama lain.” Zora
mengakhiri kata – katanya dan berlalu meninggalkanku yang terpaku mendegar
penjelasannya itu.
0 komentar:
Posting Komentar